Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wajib Registrasi dengan NIK, Kenapa Masih Banyak SMS dari Nomor Tak Dikenal?

Kompas.com - 12/07/2020, 19:47 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Virdita Rizki Ratriani

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejak 2018 lalu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah mewajibkan penggunaan Nomor Induk Kependudukan (NIK) untuk registrasi nomor kartu seluler.

Salah satu tujuannya adalah melindungi masyarakat dari SMS atau telepon yang mengandung teror dan penipuan (spam).

Akan tetapi, dua tahun sejak penerapan aturan itu, masih banyak pelanggan yang mengeluhkan banyaknya SMS spam yang masuk.

Terbaru, keluhan itu disampaikan oleh warganet pengguna Telkomsel melalui media sosial Twitter dengan memanfaatkan (tagar) #boikotTelkomsel yang sedang ramai.

Banyaknya SMS spam juga sering diterima pengguna provider lain meski telah mendaftarkan nomor kartu SIM dengan NIK.

Baca juga: Main Game 22 Jam Sehari Selama Sebulan, ABG China Terkena Stroke

Kebocoran data kependudukan 

Ahli IT sekaligus dosen Ilmu Komputer Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Rosihan Ari Yuana mengatakan, ada beberapa hal yang menyebabkan SMS spam masih banyak diterima pengguna.

Penyebab pertama adalah kebocoran data kependudukan, khususnya data NIK dan Kartu Keluarga (KK).

"Atau bisa juga menggunakan NIK dan KK dari anggota keluarga yang terdaftar di KK tersebut," kata Rosihan saat dihubungi Kompas.com, Minggu (12/7/2020).

Menurutnya, masyarakat harus berhati-hati dalam mengunggah data-data privasinya ke media sosial yang berpotensi untuk disalahgunakan.

Kemungkinan selanjutnya adalah jasa SMS blast atau pengiriman SMS secara massal dalam sekali klik melalui sebuah software.

"Ketika data nomor seluler tujuan didapatkan dalam jumlah banyak, maka dengan menggunakan software itu, SMS bisa dikirim secara massal dalam sekali klik," jelas dia.

Baca juga: [KLARIFIKASI] Penjelasan Telkomsel soal Keluhan Sering Dapat SMS dari Nomor Tak Dikenal

Kendati demikian, Rosihan menyebut SMS spam sudah menurun secara signifikan dibandingkan dulu.

Hanya saja, pemerintah atau pihak-pihak terkait yang memiliki data kependudukan itu harus bisa menjaga supaya tidak terjadi kebocoran.

Menurut Rosihan, turunnya kuantitas SMS spam ini juga dikarenakan beberapa operator seluler melakukan pemblokiran terhadap nomor pengirim spam.

"Beberapa operator seluler sepertinya menerapkan kebijakan pemblokiran nomor pengirim SMS spam ketika di dalam SMS-nya terindentifikasi spam," tutur dia.

Selain itu, pengiriman SMS lintas operator juga dibatasi. Artinya, nomor yang secara massif mengirim SMS ke lintas operator kemungkinan besar akan diblokir.

"Ini juga berlaku untuk ke sesama operator. Ada limit jumlah SMS yang dikirim," kata Rosihan.

Sekali nomor pengirim diblokir, tambah dia, para spammer harus mencari NIK dan KK untuk aktivasi nomor baru.

Baca juga: Sering Di-SMS dari Nomor Tak Dikenal? Ini Penjelasan Telkomsel

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Tren
4 Dokumen yang Dibawa Saat UTBK SNBT 2024 Gelombang 2, Apa Saja?

4 Dokumen yang Dibawa Saat UTBK SNBT 2024 Gelombang 2, Apa Saja?

Tren
Pj Gubernur Jabar Perketat Pelaksanaan Study Tour, Simak Aturannya

Pj Gubernur Jabar Perketat Pelaksanaan Study Tour, Simak Aturannya

Tren
Kasus Perempuan yang Meninggal usai Cabut Gigi Berlanjut, Suami Akan Laporkan Klinik ke Polisi

Kasus Perempuan yang Meninggal usai Cabut Gigi Berlanjut, Suami Akan Laporkan Klinik ke Polisi

Tren
Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Tren
Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Tren
Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Tren
Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Tren
Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Tren
Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Tren
Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Tren
Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Tren
DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

Tren
Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Tren
Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com