Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggota Polri di Jawa Timur Disebut Terkenal Banyak yang Selingkuh, Apa yang Terjadi dan Mengapa?

Kompas.com - 08/07/2020, 12:05 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Persoalan kawin cerai hingga perselingkuhan menjadi sebuah fenomena tersendiri, tidak hanya di Indonesia.

Perselingkuhan adalah salah satu masalah laten, yang kerap menganggu banyak hubungan asmara, bahkan keluarga dari seluruh lapisan masyarakat.

Baru-baru ini, fenomena polisi yang selingkuh banyak terjadi di Jawa Timur. Mereka tersebar di Madiun, Kediri, Blitar. Malang, dan daerah lainnya.

Baca juga: Viral, Video Pria Ancam Polisi yang Akan Bubarkan Judi Sabung Ayam di Toraja Utara

Menurut Kabag Penegakan Hukum Biro Provost Mabes Polri Kombes Budi P adanya fenomena perselingkungan anggota Polri di Jawa Timur tersebut dilaporkan langsung oleh para istri sah.

"Perlu diketahui bahwa anggota Polri di wilayah Polda Jatim, di Mabes itu terkenal dengan banyaknya anggota yang selingkuh," ujarnya seperti diberitakan Kompas.com, Selasa (7/7/2020).

Namun Budi tidak merinci jumlah pasti kasus perselingkungan tersebut. 

Baca juga: Video Viral Supeltas Difabel Berseragam Polisi di Ciledug, Ini Ceritanya...

Lantas apa sebab dan mengapa seseorang bisa selingkuh?

Analisis Sosiolog

Ilustrasi Selingkuh.Shutterstock Ilustrasi Selingkuh.

Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Suprapto menjelaskan selingkuh atau perselingkuhan bisa terjadi oleh kalangan manapun, tak terkecuali polisi, TNI, ASN, dan swasta.

Yang terjadi di Polda Jatim, imbuhnya bisa disebabkan karena tugas dan tekanan pekerjaan pada polisi.

"Penyebabnya karena tugas berat dan tekanan psikologis sehingga seseorang memerlukan kompensasi atau pelampiasan yang kadangkala tidak mudah didapatkan di rumah, atau karena peluangnya lebih mudah dilakukan dengan orang lain," kata Suprapto kepada Kompas.com, Rabu (8/7/2020).

Baca juga: Viral Polsuska Turunkan Paksa Diduga Anak Punk dengan Pistol, Ini Penjelasan PT KAI

Lanjutnya, pasangan selingkuh biasanya berusaha selalu ada saat dibutuhkan.

Sementara itu pasangan di rumah kadangkala terkendala oleh tugas di rumah sehari hari, mengasuh dan merawat anak, dan sebagainya.

Kemungkinan penyebab lainnya dari terjadinya perselingkuhan menurutnya adalah sebagai berikut:

  • seseorang tidak mendapatkan kenyamanan di dalam keluarganya
  • tidak ada rasa saling (saling menyayangi, saling mencintai, saling membantu, saling menghargai, saling mengisi kekurangan, bukan saling menunjuk kekurangan)
  • iseng atau coba-coba

Suprapto mengatakan, selingkuh dapat terjadi ketika para calon pelakunya mendapat dukungan kesempatan dan prasarana-sarana, karena tanpa kesempatan dan dukungan prasarana-sarana maka selingkuh sulit terjadi.

Baca juga: Fenomena Polisi dan TNI Pamer Senjata di Medsos, Ini Penjelasan Sosiolog

Fenomena lama

Sebenarnya, selingkuh menurutnya bukan merupakan fenomena baru karena sudah terjadi sejak lama. Penyebabnya pun bisa dari berbagai faktor.

Dia mengatakan penyebabnya bisa karena faktor internal, yaitu dorongan kondisi fisik, psikis, biologis.

Bisa juga faktor eksternal, yaitu lingkungan keluarga yang tidak harmonis, kelompok pertemanan, atau lingkungan masyarakat luas.

"Proses selingkuh bisa terjadi spontan atau terencana, namun ketika sudah terjadi maka kecenderungannya berulang karena selingkuh itu bersifat adiktif," katanya.

Baca juga: Mengapa TikTok Begitu Digandrungi dan Bahkan Membuat Kecanduan?

Lalu apakah perselingkuhan bisa ditanggulangi?

Menurut Surapto untuk menanggulangi perselingkuhan perlu dilakukan kerja sama antar lembaga sosial dasar seperti keluarga, agama, pendidikan, ekonomi, dan lembaga pemerintah.

Kerja sama tersebut dalam bentuk:

  • Sosialisasi budaya, nilai, norma sosial dan norma agama
  • Pendewasaan masyarakat, secara fisik dan kejiwaan
  • Sosialisasi jenis kekerasan, dan kejahatan
  • Advokasi penanggulangan kekerasan dan/atau kejahatan
  • Melakukan control sosial secara terpadu.

Baca juga: Viral, Video Oknum Anggota Polisi di Maluku Pukul Pantat Warga yang Tak Gunakan Masker dengan Rotan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Prediksi Susunan Pemain Indonesia dan Guinea di Babak Play-off Olimpiade Paris

Prediksi Susunan Pemain Indonesia dan Guinea di Babak Play-off Olimpiade Paris

Tren
Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Tren
Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Tren
Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Tren
8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

Tren
WHO Temukan 3 Kasus di Riyadh, Ketahui Penyebab dan Pencegahan MERS- CoV Selama Ibadah Haji

WHO Temukan 3 Kasus di Riyadh, Ketahui Penyebab dan Pencegahan MERS- CoV Selama Ibadah Haji

Tren
Pertandingan Indonesia Vs Guinea Malam Ini, Pukul Berapa?

Pertandingan Indonesia Vs Guinea Malam Ini, Pukul Berapa?

Tren
Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Tren
WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

Tren
Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Tren
Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Tren
Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Tren
3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

Tren
Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Tren
Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com