Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Grafik Kasus Covid-19 di Indonesia Semakin Tinggi, Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Kompas.com - 18/06/2020, 19:29 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kasus infeksi virus corona di Indonesia terus bertambah. Bahkan, grafiknya semakin tinggi.

Pada Rabu (17/6/2020) kemarin, dengan tambahan 1.031 kasus, total kasus Covid-19 di Indonesia berjumlah 41.431, tertinggi di Asia Tenggara.

Pada hari ini, Kamis (18/6/2020), bertambah kembali 1.331 kasus baru sehingga totalnya menjadi 42.762 kasus.

Penambahan kasus baru pada hari ini bahkan menjadi catatan tambahan kasus tertinggi sejak pertama kali Covid-19 terkonfirmasi ditemukan di Indonesia.

DKI Jakarta dan Jawa Timur, khususnya Surabaya, masih menjadi daerah yang menyumbang kasus harian tertinggi.

Epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Riris Suhandono mengatakan, ada beberapa faktor yang membuat kasus Covid-19 di Indonesia meningkat dalam beberapa minggu terakhir.

Di Surabaya, kata Riris, tingginya kasus infeksi karena masih terjadinya transmisi lokal secara luas.

"Sumbangan kasus ini kan terbesar di beberapa daerah, Jakarta, Surabaya, Makassar dengan situasi yang berbeda-beda," kata Riris, saat dihubungi Kompas.com, Kamis (17/6/2020).

Baca juga: Kasus Virus Corona di ASEAN: Indonesia Tertinggi, 4 Negara Nol Kematian

"Kalau di Surabaya jelas karena memang saat ini masih terjadi transmisi yang luas dan itu perlu untuk menekan laju transmisi," lanjut dia.

Sementara itu, kondisi berbeda terjadi di Jakarta yang sebelumnya sempat mengalami penurunan kasus harian.

Menurut Riris Andono, yang biasa disapa Doni, peningkatan kasus di Jakarta kemungkinan karena adanya interaksi ketika Lebaran dan persepsi publik terhadap PSBB transisi.

Hal itu didasari atas data mobilitas di Jakarta yang menurun sekitar 60 persen pada Maret sampai Mei 2020 dan kembali meningkat usai lebaran.

"Saya rasa ini kemudian karena peningkatan mobilitas itu. Karena pasca lebaran dan juga ada persepsi pelonggaran PSBB, maka transmisinya belum selesai ya terjadi peningkatan lagi," jelas dia.

Apa yang bisa kita lakukan?

Warga berbelanja pakaian yang dijual pedagang kaki lima di Jalan Jati Baru II, Tanah Abang, Jakarta, Senin (18/5/2020). Meski kawasan niaga Pasar Tanah Abang telah tutup selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), namun sebagian oknum pedagang tetap menggelar lapaknya di sejumlah titik seperti di atas trotoar dan di gang perkampungan setempat.ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA Warga berbelanja pakaian yang dijual pedagang kaki lima di Jalan Jati Baru II, Tanah Abang, Jakarta, Senin (18/5/2020). Meski kawasan niaga Pasar Tanah Abang telah tutup selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), namun sebagian oknum pedagang tetap menggelar lapaknya di sejumlah titik seperti di atas trotoar dan di gang perkampungan setempat.
Untuk menekan penyebaran virus corona, Doni mengatakan, masyarakat harus mematuhi menjaga jarak dan memakai masker.

Pasalnya, belum ada cara lain yang efektif untuk menekan penularan virus kecuali dengan dua cara itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengenal Gerakan Blockout 2024 dan Pengaruhnya pada Palestina

Mengenal Gerakan Blockout 2024 dan Pengaruhnya pada Palestina

Tren
Korea Utara Bangun 50.000 Rumah Gratis untuk Warga, Tanpa Iuran seperti Tapera

Korea Utara Bangun 50.000 Rumah Gratis untuk Warga, Tanpa Iuran seperti Tapera

Tren
Menggugat Moralitas: Fenomena Perselingkuhan di Kalangan ASN

Menggugat Moralitas: Fenomena Perselingkuhan di Kalangan ASN

Tren
5 Fakta Kasus Mobil Mewah Pakai Pelat Dinas Palsu DPR, Seret Pengacara Berinisial HI

5 Fakta Kasus Mobil Mewah Pakai Pelat Dinas Palsu DPR, Seret Pengacara Berinisial HI

Tren
Beli Elpiji Wajib Pakai KTP, Pertamina: Masyarakat yang Belum Daftar Masih Dilayani

Beli Elpiji Wajib Pakai KTP, Pertamina: Masyarakat yang Belum Daftar Masih Dilayani

Tren
Kata PBB, Uni Eropa, Hamas, dan Israel soal Usulan Gencatan Senjata di Gaza

Kata PBB, Uni Eropa, Hamas, dan Israel soal Usulan Gencatan Senjata di Gaza

Tren
Beda Kemenag dan MUI soal Ucapan Salam Lintas Agama

Beda Kemenag dan MUI soal Ucapan Salam Lintas Agama

Tren
Orang dengan Gangguan Kesehatan Ini Sebaiknya Tidak Minum Air Kelapa Muda

Orang dengan Gangguan Kesehatan Ini Sebaiknya Tidak Minum Air Kelapa Muda

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 2-3 Juni 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 2-3 Juni 2024

Tren
[POPULER TREN] Harga BBM Pertamina per 1 Juni 2024, Asal-usul Kata Duit

[POPULER TREN] Harga BBM Pertamina per 1 Juni 2024, Asal-usul Kata Duit

Tren
Bagaimana Cahaya di Tubuh Kunang-kunang Dihasilkan? Berikut Penjelasan Ilmiahnya

Bagaimana Cahaya di Tubuh Kunang-kunang Dihasilkan? Berikut Penjelasan Ilmiahnya

Tren
Moeldoko Sebut Tapera Tak Akan Senasib dengan Asabri, Apa Antisipasinya Agar Tak Dikorupsi?

Moeldoko Sebut Tapera Tak Akan Senasib dengan Asabri, Apa Antisipasinya Agar Tak Dikorupsi?

Tren
Tips Mengobati Luka Emosional, Berikut 6 Hal yang Bisa Anda Lakukan

Tips Mengobati Luka Emosional, Berikut 6 Hal yang Bisa Anda Lakukan

Tren
Profil Francisco Rivera, Pemain Terbaik Liga 1 Musim 2023/2024

Profil Francisco Rivera, Pemain Terbaik Liga 1 Musim 2023/2024

Tren
Benarkah Pakai Sampo Mengandung SLS dan SLES Bikin Rambut Rontok? Ini Kata Dokter

Benarkah Pakai Sampo Mengandung SLS dan SLES Bikin Rambut Rontok? Ini Kata Dokter

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com