Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada 2,2 Juta Kasus Covid-19 di AS Disebut Hanya "Puncak Gunung Es"

Kompas.com - 17/06/2020, 21:04 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hingga hari Rabu (17/6/2020), Amerika Serikat masih berada di posisi pertama sebagai negara dengan jumlah kasus infeksi Covid-19 tertinggi di dunia.

Setidaknya, berdasarkan data Worldometer (17/6/2020), total kasus yang tercatat di Negeri Paman Sam ini mencapai angka 2.208.787 kasus.

Sementara Brazil yang ada di posisi kedua, memiliki kasus yang terpaut cukup jauh, tak sampai separuh kasus di AS, yakni 928.834 kasus.

Meskipun mencatat jumlah kasus infeksi tertinggi dengan 2,2 juta kasus, Hakim Wilayah Dallas Clay Jenkins mengatakan, kasus yang tampak seperti rawat inap hanya sebagian dari puncak gunung es.

“Gunung es di bawah air jelas jauh lebih besar dari gunung es di atasnya dan sedikit peningkatan rawat inap menunjukkan peningkatan penyakit yang lebih besar,” ujar dia dilansir dari dallasnews, Selasa (16/6/2020). 

Baca juga: Tidak Manjur, AS Tarik Obat Hidroksiklorokuin untuk Pasien Covid-19

Tangakapan layar ilustrasi kasus gunung es infeksi covid di AS https://preventepidemics.org/ Tangakapan layar ilustrasi kasus gunung es infeksi covid di AS

Puncak gunung es

Melansir Prevent Epidemics, 11 Juni 2020, mereka menggunakan istilah "puncak gunung es". Artinya, 2,2 juta kasus itu hanyalah puncak gunung yang terlihat, sementara di bawahnya masih terdapat begitu banyak es sebagai dasarnya.

Sebab sebagian besar kasus Covid-19 di AS belum didiagnosis sebagai Covid-19. Jumlah kasus yang belum terdiagnosis itu, jauh lebih besar daripada jumlah kasus yang saat ini sudah diketahui.

Kesimpulan ini didapat dengan melihat data-data yang ada sebelumnya.

Pada 10 Juni 2020, AS melaporkan 2 juta kasus infeksi di wilayah negaranya dengan 112.000 kematian.

Itu berarti, dari semua kasus yang dilaporkan tingkat kematian ada di rasio 5,5 persen, atau 1 dari 17 kasus.

Akan tetapi, hasil konsensus memperkirakan persentasi jumlah kasus meninggal tidak ada di angka 5,5 persen, melainkan 0,05-1 persen.

Melihat hal tersebut, berarti kematian terjadi pada 1 dari 100-200 kasus infeksi.

Perkiraan kasus kematian dari konsensus itu yang paling dianggap valid ada di angka 0,8 persen. Jika kematian yang terjadi ada di angka 112.000, maka total kasus infeksi yang sesungguhnya terjadi ada di kisaran angka 14.000.000 kasus.

Angka 112.000 kematian merupakan 0,8 persen dari 14.000.000 kasus infeksi yang mungkin terjadi.

Sehingga apabila hari ini kasus yang terdeteksi baru ada di angka 2 juta kasus, itu berarti hanya 14 persen dari total kasus yang sesungguhnya ada.

Baca juga: WHO Soroti Lamanya Laporan Hasil Tes dan Positivity Rate Covid di Indonesia

Jumlah tes dan orang tanpa gejala

Banyak faktor yang melatarbelakangi mengapa lebih banyak kasus Covid-19 di AS yang belum ditemukan, daripada yang sudah terdeteksi.

Pertama karena kurangnya tes yang dilakukan, meskipun negara ini termasuk dalam negara yang memiliki tes uji Covid-19 terbanyak untuk masyarakatnya.

Faktor yang kedua adalah banyaknya penderita yang tidak menunjukkan gejala. Faktor ini diperkirakan menyumbang 35 persen dari total kasus yang belum ditemukan.

Sumber: Prevent Epidemics

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Tren
UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

Tren
Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Tren
Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Tren
Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Tren
Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Tren
Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Tren
57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini 'Ditemukan'

57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini "Ditemukan"

Tren
5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

Tren
Kisah Celia, Wanita yang Tidak Makan Selama 4 Tahun akibat Sindrom Langka

Kisah Celia, Wanita yang Tidak Makan Selama 4 Tahun akibat Sindrom Langka

Tren
Tema Met Gala dari Masa ke Masa, 'Sleeping Beauties: Reawakening Fashion' Jadi Tajuk 2024

Tema Met Gala dari Masa ke Masa, "Sleeping Beauties: Reawakening Fashion" Jadi Tajuk 2024

Tren
Cabut Gigi Bungsu, ke Dokter Gigi Umum atau Spesialis Bedah Mulut?

Cabut Gigi Bungsu, ke Dokter Gigi Umum atau Spesialis Bedah Mulut?

Tren
Cara Daftar Anggota PPS Pilkada 2024, Berikut Syarat dan Prosedurnya

Cara Daftar Anggota PPS Pilkada 2024, Berikut Syarat dan Prosedurnya

Tren
Profil CNF Clairefontaine di Perancis, Tempat Pertandingan Indonesia Vs Guinea

Profil CNF Clairefontaine di Perancis, Tempat Pertandingan Indonesia Vs Guinea

Tren
Kronologi Fortuner Polda Jabar Picu Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ, Diselesaikan secara Kekeluargaan

Kronologi Fortuner Polda Jabar Picu Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ, Diselesaikan secara Kekeluargaan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com