Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Hal yang Perlu Diketahui soal OTG pada Covid-19

Kompas.com - 13/06/2020, 19:31 WIB
Mela Arnani,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejak klaster pertama kasus corona virus jenis baru dilaporkan di China pada Desember lalu, para ilmuwan berlomba untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai penyakit yang sangat menular yaitu Covid-19 dan bagaimana menghentikan penyebarannya.

Virus corona SARS-CoV-2, penyebab Covid-19 diketahui ditularkan dari orang ke orang melalui kontak langsung, tetesan air liur saat batuk atau bersin.

Tapi, muncul perdebatan ilmiah dan penelitian yang tengah berlangsung mengenai penularan yang diturunkan dari pembawa asimptomatik.

Baca juga: Mengenal Apa Itu OTG dan Bagaimana Mengujinya?

Apa itu asimptomatik?

Melansir Aljazeera, Jumat (12/6/2020), asimptomatik berarti seseorang yang telah terinfeksi virus, namun tidak merasa sakit atau mengalami gejala apa pun.

Ini berbeda dari pra-gejala, yang berarti seseorang tidak menunjukkan gejala pada tahap awal penyakit tetapi mengembangkannya nanti.

Bagi seseorang yang tidak menunjukkan gejala, waktu antara infeksi dan timbulnya gejala dapat berkisar dari 1-14 hari.

Baca juga: Waspada, OTG Mendominasi Penambahan Kasus Covid-19

Meski begitu, mayoritas orang yang terinfeksi menunjukkan gejala dalam lima hingga enam hari.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), gejala Covid-19 yang paling umum antara lain demam, kelelahan, dan batuk kering.

Beberapa pasien mungkin mengalami sakit dan nyeri, sakit tenggorokan, diare, atau kehilangan bau atau rasa.

Baca juga: Para Ahli Teliti Gejala-gejala Langka Virus Corona, Apa Saja?

Bisakah orang tanpa gejala menyebarkan virus corona?

Pasien orang tanpa gejala (OTG) dan pasien reaktif hasil rapid test Covid-19 melakukan senam pagi bersama relawan dan tenaga medis di Rumah Singgah Karantina Covid-19, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu (27/5/2020). Rumah Singgah Karantina Covid-19 ini merawat 33 pasien OTG Covid-19  dan 12 orang reaktif hasil rapid test.KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO Pasien orang tanpa gejala (OTG) dan pasien reaktif hasil rapid test Covid-19 melakukan senam pagi bersama relawan dan tenaga medis di Rumah Singgah Karantina Covid-19, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu (27/5/2020). Rumah Singgah Karantina Covid-19 ini merawat 33 pasien OTG Covid-19 dan 12 orang reaktif hasil rapid test.

Konsensus umum di antara pejabat kesehatan dan pakar adalah iya.

WHO berpendapat bahwa orang tanpa gejala dapat menularkan Covid-19. Namun penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan tingkat penularannya.

Dr Naheed Usmani, presiden Asosiasi Dokter Keturunan Pakistan di Amerika Utara (APPNA), mengatakan bahwa orang yang asimptomatik umumnya tidak diskrining.

"Paling tidak di Amerika Serikat. Mereka pasti dapat menyebarkan penyakit ini," kata dia.

Baca juga: Hampir 80 Persen Kasus Covid-19 Tak Bergejala, Ini Fakta soal OTG

Bagaimana asimptomatik dapat menyebarkan virus?

Seperti halnya kasus yang bergejala dan pra-gejala, orang yang tidak bergejala dapat melepaskan virus dengan berbagai cara, termasuk melalui meludah, batuk, dan bersin.

Infeksi juga dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan orang lain atau dengan mencemari permukaan atau benda.

"Ketika Anda berbicara, kadang-kadang Anda akan meludah sedikit," Anne Rimoin, seorang profesor epidemiologi di School of Public Health UCLA.

Tidak sengaja mendapatkan percikan yang mengandung virus tersebut, kemudian menyentuh bagian wajah, baik mulut, hidung, atau mata, dapat menularkan infeksi.

"Anda akan menggosok hidung Anda. Anda akan menyentuh mulut Anda. Anda akan menggosok mata Anda. Dan kemudian Anda akan menyentuh permukaan lain, dan kemudian Anda akan menyebarkan virus jika Anda terinfeksi dan menumpahkan virus," lanjut Anne.

Baca juga: Mengenal FaceApp, Aplikasi Pengubah Wajah Instan yang Tengah Viral

Apakah pembawa Covid-19 asimptomatik kurang menular?

Mengenai ini masih belum jelas dan penelitian lebih lanjut diperlukan.

Kendati begitu, berdasarkan bukti saat ini, WHO mengatakan bahwa orang yang terinfeksi tanpa gejala lebih kecil kemungkinannya untuk menularkan virus dibandingkan mereka yang mengalami gejala.

Dr Usmani sependapat dengan pernyataan WHO tersebut.

"Jika infektivitas berkorelasi dengan dosis pajanan virus, maka pembawa asimptomatik akan menurunkan salinan virus yang lebih rendah," ujar Usmani.

Baca juga: CDC Tambahkan 6 Gejala Baru Virus Corona, Apa Saja?

Bagaimana bisa melindungi diri sendiri?

Untuk melindungi diri dari virus, disarankan untuk sering mencuci tangan dengan sabun dan air, menjaga permukaan dan benda-benda tetap bersih dan memakai masker wajah, terutama di tempat-tempat publik.

Bila memungkinkan, jaga jarak yang aman antara satu orang dengan lainnya, terutama jika orang tersebut mengalami batuk dan bersin.

Selain itu, penting untuk menghindari menyentuh wajah, mata, dan mulut dengan tangan yang tidak dicuci.

Baca juga: Berikut 5 Gejala Virus Corona Ringan yang Tak Boleh Diabaikan

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Beda Batuk Gejala Covid-19 dan Batuk Biasa

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

6 Tanda yang Menunjukkan Seseorang Cerdas Tanpa Berbicara

6 Tanda yang Menunjukkan Seseorang Cerdas Tanpa Berbicara

Tren
Badai Matahari Besar Picu Kemunculan Aurora di Inggris sampai AS, Apa Dampaknya?

Badai Matahari Besar Picu Kemunculan Aurora di Inggris sampai AS, Apa Dampaknya?

Tren
Mengenal Kondisi Thalasemia, Berikut Penyebab dan Gejalanya

Mengenal Kondisi Thalasemia, Berikut Penyebab dan Gejalanya

Tren
Media Asing Ramai-ramai Soroti Rasisme Oknum Suporter Indonesia ke Guinea

Media Asing Ramai-ramai Soroti Rasisme Oknum Suporter Indonesia ke Guinea

Tren
Pajak Makanan Dibayar Restoran atau Pembeli? Ini Penjelasan Ekonom

Pajak Makanan Dibayar Restoran atau Pembeli? Ini Penjelasan Ekonom

Tren
Alasan Komisi X soal Anggota DPR Dapat Kuota KIP Kuliah

Alasan Komisi X soal Anggota DPR Dapat Kuota KIP Kuliah

Tren
Kebun Binatang di China Ubah Anjing Menyerupai Panda, Tuai Kecaman Pengunjung

Kebun Binatang di China Ubah Anjing Menyerupai Panda, Tuai Kecaman Pengunjung

Tren
Buntut Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Kemenhub Tuntut ASN Jaga Etika

Buntut Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Kemenhub Tuntut ASN Jaga Etika

Tren
Pekerjaan untuk Juru Parkir Liar Minimarket

Pekerjaan untuk Juru Parkir Liar Minimarket

Tren
Benarkah Kenaikan UKT Belakangan karena Campur Tangan Pemerintah?

Benarkah Kenaikan UKT Belakangan karena Campur Tangan Pemerintah?

Tren
Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

Tren
Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Tren
Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli 'Cash', Ini Faktanya

Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli "Cash", Ini Faktanya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com