Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Heboh Nenek 65 Tahun Nikahi Anak Angkat, Berikut Penjelasan Psikolog

Kompas.com - 09/06/2020, 19:46 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seorang nenek berusia 65 tahun bernama Tri Sutiyem atau lebih dikenal sebagai Mbah Gambreng, warga Unit 7 Blok E, Desa Bumiharjo, Kecamatan Lempuing, OKI menikah dengan seorang pemuda bernama Ardi Waras, warga Desa Cahaya Makmur, Kecamatan Lempuing, yang baru berusia 24 tahun.

Kehebohan bukan saja karena jarak usia keduanya yang cukup jauh, namun juga karena mempelai pria Ardi Waras adalah anak angkat Mbah Gambeng sendiri.

Pernikahan keduanya, seperti diberitakan Kompas.com sebelumnya, dilakukan secara siri di rumah Mbah Gambreng pada hari Jumat tanggal 5 Juni 2020 lalu.

Pernikahan keduanya bukanlah pernikahan yang biasa. Apalagi hingga memicu kehebohan di lingkungan tempat tinggal keduanya dan juga di sejumlah media.

Mengapa pernikahan ibu dan anak angkat itu dapat terjadi? 

Baca juga: Heboh, Nenek 65 Tahun Nikahi Anak Angkatnya Pemuda 24 Tahun

Psikolog seksual Zoya Amirin saat dihubungi Selasa (9/6/2020) sore pun menyebut kejadian ketertarikan semacam itu sangat mungkin terjadi.

"Memang ada yang namanya inses, ketertarikan itu kan sangat personal, ketertarikan pada orang lain sangat personal," ujar Zoya.

Zoya menjelaskan ketertarikan bisa saja terjadi di antara siapa pun, termasuk juga pada mereka yang memiliki hubungan kekeluargaan.

"Ketertarikan ya ketertarikan, bisa jadi itu mereka saling tertarik. Makanya harus saling menjaga," sebutnya.

Saling menjaga menurutnya merupakan satu sikap yang bisa muncul sebagai hasil proses pendidikan seksual yang panjang.

"Jadi, ini sebabnya perlu edukasi seksual sejak kecil. Kayak anak laki-laki dan perempuan, bagaimana cara menjaga batasan, ketelanjangan yang sebaiknya tidak dilakukan di rumah, dan sebagainya," ujar Zoya.

Semua itu bisa didapatkan dari edukasi seksual yang diterapkan dalam waktu yang lama.

Baca juga: Nenek 65 Tahun Nikahi Pemuda Anak Angkatnya: Kalau Senang Sama Senang Gimana Lagi?

Zoya menyebut, tidak bisa dipungkiri menyukai seseorang yang masih berhubungan darah atau terhitung keluarga pasti akan menimbulkan rasa aneh.

"Tapi kita kan enggak pernah tahu, kita hidup sama-sama satu rumah. Kalau misal di panti asuhan, gimana? Apakah karena adik-kakak terus otomatis tidak ada ketertarikan, enggak bisa gitu juga," ungkapnya.

Dalam edukasi seksual, seseorang juga akan diberikan pemahaman sehingga bisa membedakan rasa apa yang harus dibangun dengan keluarga atau saudaranya.

"Itu kan harus dibangun rasa persaudaraan, gimana rasanya bahwa ini adalah rasa kekeluargaan, bukan ketertarikan, cinta, arousal, dan sebagainya. Itu kan ada proses pembelajaran, jadi ini yang membuat mengapa seks edukasi penting," tutur Zoya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com