Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Orang Suka Makanan Pedas?

Kompas.com - 04/06/2020, 07:32 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Virdita Rizki Ratriani

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Manusia terkadang suka untuk menyakiti diri sendiri. Pedas, pada dasarnya, bukan sebuah rasa yang sejenis dengan manis, asin, atau asam. Pedas berarti rasa sakit.

Sensasi pedas yang dirasakan adalah hasil dari pengaktifan reseptor rasa sakit di lidah.

Mengutip The Guardian, 14 September 2010, Psikolog dari University of Pennsylvania Paul Rozin mengatakan, sekitar sepertiga orang di seluruh dunia memakan cabai setiap harinya.

Sensasi terbakar

Mereka suka makanan pedas karena menyukai "rasa terbakar" akibat makan makanan pedas.

Dalam sebuah simposium, Rozin menyebut bahwa manusia merupakan satu-satunya spesies yang mencari tahu tentang sesuatu yang dianggap negatif.

Cabai sendiri menjadi salah satu yang unik di antara sekian banyak makanan yang seharusnya tidak dapat dinikmati.

Baca juga: Cabai Rawit, Cabai Merah, atau Cabai Hijau, Mana yang Lebih Sehat?

Sebagai contoh, manusia juga memiliki ketidaksukaan alami terhadap rasa pahitnya kopi dan kerasnya tembakau, tetapi zat-zat tersebut memiliki sejumlah sifat adiktif yang dapat membuat orang menginginkannya kembali.

Sedangkan capsaicin, senyawa yang disebut mungkin dihasilkan oleh cabai, tidak memiliki sifat adiktif.

Capsaicin ini merupakan komponen yang menimbulkan rasa pedas. Ia merupakan anggota dari molekul vanilloid yang mengikat ke reseptor pada lidah, yaitu disebut subtipe reseptor vanilloid (VR) 1.

Baca juga: Jelang Lebaran, Harga Bawang Merah, Cabai, dan Gula di Pasar Mulai Naik

Saat berikatan dengan reseptor VR1, sensasi yang dihasilkan oleh molekul capsaicin adalah senssasi yang sama dengan yang akan disebabkan oleh panas. Proses tersebut menjelaskan rasa terbakar yang disebabkan oleh capsaicin.

Saat para ilmuwan menemukan bahwa reseptor VR1 adalah anggota yang lebih besar dari saluran ion TRP, reseptor VR1 dinamai TRPV1.  Reseptor TRP diketahui sensitif terhadap perubahan suhu.

Ketika cabai menjadi sumber capsaicin, tidak ada kerusakan jaringan yang benar-benar terjadi.

Akan tetapi, karena ia berikatan dengan reseptor TRPV1, otak pun ditipu untuk mempercayai bahwa lidah benar-benar terbakar.

Baca juga: 5 Cara Menghilangkan Rasa Pedas dengan Cepat

Preferensi untuk memakan cabai

Pada 1980, Rozin dan koleganya, Deborah Schiller melaporkan sebuah studi di mana mereka membandingkan preferensi cabai orang Meksiko dan Amerika.

Hasilnya, orang-orang Meksiko umumnya memakan cabai beberapa kali dalam sehari, sedangkan orang-orang Amerika hanya memakan cabai beberapa kali dalam seminggu.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com