Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Epidemiolog: Tes Covid-19 Masih Rendah, Jangan Dulu Berpikir New Normal

Kompas.com - 30/05/2020, 20:10 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

Angka ini masih sangat jauh dari kata ideal, jika diambil 1 persen dari 1 juta, maka semestinya jumlah orang yang dites PCR sebanyak 10.000 dari setiap 1 juta jiwa.

Baca juga: Disebut Manjur Obati Pasien Covid-19, Sejumlah Negara Berebut Remdesivir

Positive rate

Sasaran tepat itu berhubungan dengan istilah selanjutnya yang juga mennjadi indikator untuk diberlakukannya new normal, yakni positive rate.

"Ada indikator lain, kaitan dengan tes ini yang disebut dengan positive rate yang menjadi ukuran, pantauan, evaluasi, secara harian melihat kualitas tes kita," ucap Dicky.

Positive rate adalah hasil dari jumlah kasus positif dalam suatu hari dibagi jumlah keseluruhan orang yang diperiksa di hari yang sama.

"Idealnya ini harusnya di bawah 5 persen, idealnya. Jadi jumlah orang yang tes hasilnya positif dibagi jumlah total orang yang diperiksa, idealnya di bawah 5 persen dan stabil, misalnya persen atau 1 persen," sebut dia.

Jika angka itu sudah menunjukkan hasil yang rendah, di bawah 5 persen, artinya tes yang dilakukan sudah menyasar kelompok-kelompok yang tepat yang memang diharapkan terjaring.

"Kalau nilainya masih 20 persen, 17 persen, di atas 10 persen, apalagi naik turun harian, berarti kita harus terus meningkatkan jumlah tes (PCR) kita, cakupan tes kita. Malah bukan berarti harus berhenti di total 1 persen dari populasi, nanti kita lihat kalau ternyata positive rate-nya masih terus tinggi, (tes harus) terus dilakukan," jelas Dicky.

Baca juga: Terapkan New Normal, Kepala Daerah Wajib Libatkan IDI hingga Epidemiolog

Dicky menceritakan bagaimana pemerintah di Australia, terus melakukan tes meskipun positive rate-nya sudah baik. Mereka terus memperluas cakupan tes, dengan menjaring orang-orang yang dinilai potensial terinfeksi.

"Misalnya pada orang yang memiliki gejala demam, atau mungkin orang yang demamnya 1 minggu yang lalu pun dia akan periksa," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengenal Gerakan Blockout 2024 dan Pengaruhnya pada Palestina

Mengenal Gerakan Blockout 2024 dan Pengaruhnya pada Palestina

Tren
Korea Utara Bangun 50.000 Rumah Gratis untuk Warga, Tanpa Iuran seperti Tapera

Korea Utara Bangun 50.000 Rumah Gratis untuk Warga, Tanpa Iuran seperti Tapera

Tren
Menggugat Moralitas: Fenomena Perselingkuhan di Kalangan ASN

Menggugat Moralitas: Fenomena Perselingkuhan di Kalangan ASN

Tren
5 Fakta Kasus Mobil Mewah Pakai Pelat Dinas Palsu DPR, Seret Pengacara Berinisial HI

5 Fakta Kasus Mobil Mewah Pakai Pelat Dinas Palsu DPR, Seret Pengacara Berinisial HI

Tren
Beli Elpiji Wajib Pakai KTP, Pertamina: Masyarakat yang Belum Daftar Masih Dilayani

Beli Elpiji Wajib Pakai KTP, Pertamina: Masyarakat yang Belum Daftar Masih Dilayani

Tren
Kata PBB, Uni Eropa, Hamas, dan Israel soal Usulan Gencatan Senjata di Gaza

Kata PBB, Uni Eropa, Hamas, dan Israel soal Usulan Gencatan Senjata di Gaza

Tren
Beda Kemenag dan MUI soal Ucapan Salam Lintas Agama

Beda Kemenag dan MUI soal Ucapan Salam Lintas Agama

Tren
Orang dengan Gangguan Kesehatan Ini Sebaiknya Tidak Minum Air Kelapa Muda

Orang dengan Gangguan Kesehatan Ini Sebaiknya Tidak Minum Air Kelapa Muda

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 2-3 Juni 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 2-3 Juni 2024

Tren
[POPULER TREN] Harga BBM Pertamina per 1 Juni 2024, Asal-usul Kata Duit

[POPULER TREN] Harga BBM Pertamina per 1 Juni 2024, Asal-usul Kata Duit

Tren
Bagaimana Cahaya di Tubuh Kunang-kunang Dihasilkan? Berikut Penjelasan Ilmiahnya

Bagaimana Cahaya di Tubuh Kunang-kunang Dihasilkan? Berikut Penjelasan Ilmiahnya

Tren
Moeldoko Sebut Tapera Tak Akan Senasib dengan Asabri, Apa Antisipasinya Agar Tak Dikorupsi?

Moeldoko Sebut Tapera Tak Akan Senasib dengan Asabri, Apa Antisipasinya Agar Tak Dikorupsi?

Tren
Tips Mengobati Luka Emosional, Berikut 6 Hal yang Bisa Anda Lakukan

Tips Mengobati Luka Emosional, Berikut 6 Hal yang Bisa Anda Lakukan

Tren
Profil Francisco Rivera, Pemain Terbaik Liga 1 Musim 2023/2024

Profil Francisco Rivera, Pemain Terbaik Liga 1 Musim 2023/2024

Tren
Benarkah Pakai Sampo Mengandung SLS dan SLES Bikin Rambut Rontok? Ini Kata Dokter

Benarkah Pakai Sampo Mengandung SLS dan SLES Bikin Rambut Rontok? Ini Kata Dokter

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com