Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
David S Perdanakusuma
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Prof. Dr. David S Perdanakusuma, dr., SpBP-RE(K) adalah Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Ketua Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia.

New Normal, Ketidaknormalan yang Dinormalkan

Kompas.com - 28/05/2020, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BENCANA pandemi Covid-19 yang tengah melanda bangsa Indonesia telah memasuki bulan ketiga. Dampak yang ditimbulkan meliputi berbagai aspek kehidupan.

Berbagai keterbatasan harus dipatuhi, mulai menjaga jarak interaksi fisik antar individu sampai pembatasan sosial berskala besar di beberapa kota/kabupaten dengan insiden penyakit dan penularan yang tinggi.

Kegiatan yang dibatasi meliputi kegiatan belajar di sekolah dan institusi pendidikan lain, kegiatan di tempat kerja, kegiatan keagamaan, kegiatan sosial/budaya.

Pembatasan juga berkonsekuensi penutupan fasilitas umum, pusat perbelanjaan, tempat hiburan, kegiatan keramaian, moda transportasi, dan kegiatan perusahaan.

Kondisi pandemi membuat pola kehidupan sehari-hari berubah dengan tujuan mencegah penyebaran penyakit. Ada pola kehidupan baru akibat berbagai pembatasan ini. Ada pergeseran akibat pembatasan kontak fisik menjadi kehidupan online.

Pada masa pandemi ini terjadi suatu kondisi baru di mana interaksi fisik tidak dapat dilakukan. Situasi normal sebelum kondisi pandemi berubah menjadi tidak normal.

Pembeli menggunakan masker saat belanja kebutuhan pokok di supermarket AEON Mal Serpong, Tangerang, Banten, Selasa (26/5/2020). Pemerintah Indonesia bersiap menerapkan tatanan baru (new normal) dalam waktu dekat. Salah satunya dengan mulai membuka pusat perbelanjaan secara bertahap di bulan Juni mendatang.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Pembeli menggunakan masker saat belanja kebutuhan pokok di supermarket AEON Mal Serpong, Tangerang, Banten, Selasa (26/5/2020). Pemerintah Indonesia bersiap menerapkan tatanan baru (new normal) dalam waktu dekat. Salah satunya dengan mulai membuka pusat perbelanjaan secara bertahap di bulan Juni mendatang.

Ketidaknormalan yang terjadi bisa meliputi suatu keadaan di bawah (subnormal) maupun yang lebih dari normal (supernormal). Ketidaknormalan dapat bermakna positif maupun yang negatif, diawali dengan keterpaksaan menjadi suatu rutinitas.

Kegiatan yang terdampak di antaranya adalah kegiatan pembelajaran dan pekerjaan yang tidak menyangkut aktivitas fisik seperti belajar di kelas, perkuliahan, dan pekerjaan administratif dapat tetap berlangsung dengan model berbeda.

Model pembelajaran online sebelum masa pandemi sudah dikenal, namun target 20 persen setiap mata kuliah dalam bentuk e-learning sulit tercapai.

Di atas normal

Di masa pandemi ini, dalam waktu singkat didapatkan pencapaian di atas 90 persen, bahkan mendekati 100 persen.

Target tercapai dalam waktu singkat. Ini adalah bentuk keterpaksaan positif dalam proses pembelajaran. Ini adalah contoh kondisi di atas normal akibat situasi pandemi.

Selain itu, terdapat pula pergeseran kewajiban menjaga kebersihan dan kesehatan dari kepentingan individu menjadi kepentingan umum. Ini suatu keterpaksaan yang mengarah kepada kebaikan.

Kegiatan praktikum yang memerlukan interaksi dengan orang lain. Demikian pula pekerjaan kantor yang memerlukan interaksi dengan banyak orang tidak dimungkinkan karena kebijakan menjaga jarak.

Di bawah normal

Praktik klinik bagi mahasiswa kedokteran dan profesi kesehatan lain, praktik laboratorium, dan penelitian kesehatan menjadi terhambat karena tidak optimal dilaksanakan secara online.

New normal di restoran dengan menerapkan physical distancing.Shutterstock New normal di restoran dengan menerapkan physical distancing.

Praktik laboratorium dan penelitian kesehatan akan tertunda. Demikian juga pelayanan perawatan kecantikan, salon, tukang cukur, maupun pijat refleksi, menjadi terhenti karena tidak mungkin dilakukan secara online.

Perawatan kecantikan maupun mencukur rambut dilakukan sendiri sehingga terasa hasilnya tidak sebaik bila dilakukan oleh profesional. Namun bisa diterima karena situasi. Ini adalah gambaran situasi aktivitas di bawah normal.

Kondisi normal

Kondisi yang tetap normal adalah pelayanan yang diharapkan tetap berjalan seperti biasa meliputi pertahanan keamanan TNI-Polri, bank, telekomunikasi, listrik, air minum, kantor pos, pemadam kebakaran, pusat informasi, lembaga pemasyarakatan, badan penanggulangan bencana, pemeliharaan kebun binatang, pengelolaan panti asuhan dan panti jompo, toko bahan pangan pokok, media cetak dan elektronik, layanan internet, pengiriman bahan pangan/pokok maupun obat dan alat medis, pompa bensin, bursa efek, dan layanan ekspedisi.

Ini adalah kenormalan yang tetap berjalan normal sebelum, semasa, dan sesudah pandemi. Pelayanan kesehatan adalah pelayanan yang tetap harus berjalan normal.

Walau demikian, kondisi angka penularan dan peningkatan jumlah orang sakit menyebabkan pelayanan kesehatan masuk kategori di atas normal.

Beban yang ditanggung tidak hanya pemberian layanan namun juga potensi risiko tertular. Ini menjadi suatu perjuangan yang harus dilakukan.

Normal baru

New normal (normal baru) adalah upaya normalisasi kondisi dengan melakukan sesuatu untuk bertahan dan tidak menyerah. Suatu keadaan yang sebelumnya dirasa tidak normal menjadi biasa.

Secara umum ada kondisi aktivitas di bawah normal atau subnormal, aktivitas normal, dan aktivitas di atas normal atau supernormal.

Jadi normal baru adalah keadaan di bawah normal, keadaan normal, maupun keadaan di atas normal, yang dapat dianggap sebagai tata nilai normal baru.

Terlihat garis-garis pembatas yang ditempel di perumukaan trotoar untuk membatasi jarak antar pembeli yang sedang mengantre membeli makanan di Yaowarat, Bangkok, ThailandAsia City Media Group Terlihat garis-garis pembatas yang ditempel di perumukaan trotoar untuk membatasi jarak antar pembeli yang sedang mengantre membeli makanan di Yaowarat, Bangkok, Thailand

Normal baru adalah campuran ketidaknormalan baik yang di bawah atau di atas normal dan situasi yang tetap normal. Secara kolektif ini akan menjadi kondisi normal baru yang bisa diterima oleh masyarakat.

Sebagai ilustrasi, banyak kisah para tokoh nasional dan dunia dengan riwayat kehidupan ekonomi yang sulit untuk kehidupan sehari-hari dan menjalani kehidupan dengan perjuangan serta penderitaan.

Ada kebiasaan normal yang telah dijalani dan dirasakan dalam bentuk hidup dalam keprihatinan. Kemudian diriwayatkan menjadi sukses dan hidup berkecukupan.

Hal ini menjadikan yang baik tetap dipegang teguh sebagai prinsip kehidupan terkait perjuangan hidup yang telah dilalui.

Ada pula kondisi yang dikompensasi berlebih pada dirinya, dan keturunannya jangan sampai mengalami kepahitan, kepedihan, dan penderitaan seperti yang dialaminya dulu.

Campuran ketidaknormalan

Jadi tata nilai normal yang baru merupakan campuran dari ketidaknormalan baik di bawah maupun di atas kenormalan yang dianut oleh masyarakat pada umumnya saat ini.

Ada orang yang terbiasa dengan keterbatasan di bawah normal kemudian diteruskan pada masa pasca pandemi.

Ada kondisi di bawah normal yang akan dikompensasi secara berlebihan, dan ada juga kenormalan yang tetap berjalan karena memang tidak berubah sebelum pandemi, saat pandemi, dan sesudah pandemi.

Sebagai contoh lain adalah perawatan estetik/kecantikan saat pandemi. Akibat keterbatasan interaksi sosial, tampilan estetik menjadi terabaikan.

Tampilan estetik seperti kurang diperlukan karena harus tetap di rumah. Wajah dan tubuh kurang terawat.

Setelah masa pandemi, bisa saja terjadi penampilan alami apa adanya dianggap sebagai suatu kenormalan baru.

Pembeli menggunakan masker saat melakukan pembayaran dari balik plastik pembatas di supermarket AEON Mal Serpong, Tangerang, Banten, Selasa (26/5/2020).  Pemerintah Indonesia bersiap menerapkan tatanan baru (new normal) dalam waktu dekat. Salah satunya dengan mulai membuka pusat perbelanjaan secara bertahap di bulan Juni mendatang.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Pembeli menggunakan masker saat melakukan pembayaran dari balik plastik pembatas di supermarket AEON Mal Serpong, Tangerang, Banten, Selasa (26/5/2020). Pemerintah Indonesia bersiap menerapkan tatanan baru (new normal) dalam waktu dekat. Salah satunya dengan mulai membuka pusat perbelanjaan secara bertahap di bulan Juni mendatang.

Namun bisa pula terjadi kompensasi berlebih akibat merasa kurang terawat selama masa pandemi kemudian melakukan perawatan yang lebih intens.

Untuk mendapatkan tampilan estetik dengan berbagai upaya, hal itu bisa menjadi kenormalan yang baru yaitu kebutuhan di atas normal sebagai kompensasi.

Pandemi ini bisa berujung pada kondisi di bawah normal yang dinormalkan atau menjadi di atas normal yang dinormalkan.

Pada masa pandemi ini tidak semua kenormalan baru tetap akan bertahan secara permanen. Sebagian akan kembali ke arah normal seperti sebelum pandemi.

Ada ketidaknormalan saat pandemi yang terus dianut karena dinilai positif. Ada pula kondisi di bawah normal yang dikompensasi menjadi di atas normal karena ketidaknyamanan yang dirasakan selama berbulan-bulan.

Akan terbentuk suatu keadaan normal dan tidak normal yang dianggap sebagai normal baru karena terbiasa atau karena kompensasi berlebih.

Semoga bencana pandemi Covid-19 ini segera berakhir, sehingga kita bisa kembali ke kehidupan normal baru yang lebih baik.

Salam sehat!

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com