Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Para Ahli Teliti Gejala-gejala Langka Virus Corona, Apa Saja?

Kompas.com - 23/05/2020, 11:27 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejak pertama kali diidentifikasi pada akhir Desember 2019, kasus virus corona di dunia telah mencapai lebih dari 5 juta.

Pasien-pasien Covid-19 ini mengalami berbagai macam gejala.

Virus corona umumnya menyerang paru-paru sehingga dapat menyebabkan pneumonia atau gangguan pernapasan.

Baca juga: Gejala Baru Virus Corona, Muncul Ruam pada Kaki Pasien Positif Covid-19

Kondisi ini dialami oleh satu dari lima pasien yang terpapar virus corona dan dapat memicu kegagalan organ lain.

Kasus-kasus baru yang masih terus dikonfirmasi pun menunjukkan kerusakan yang tidak biasa, mulai dari darah yang menggumpal hingga ruam pada tubuh anak-anak.

Setiap tubuh manusia memiliki keunikan tersendiri. Oleh karena itu, suatu jenis penyakit juga dapat menghasilkan gejala yang aneh pada kondisi tertentu.

Baca juga: Berikut 8 Organ Dalam yang Terdampak Saat Tubuh Terinfeksi Covid-19

Gejala langka virus corona

Mengutip National Geographic, Kamis (21/5/2020), berikut adalah sejumlah gejala langka yang diteliti pada pasien Covid-19:

1. Kemungkinan infeksi jantung

Ilustrasi jantungyodiyim Ilustrasi jantung

Selain paru-paru, virus corona baru ini juga tampaknya menimbulkan kerusakan pada jantung.

Menurut sebuah penelitian baru di China, satu dari lima pasien Covid-29 disebut mengalami cedera jantung.

Jantung bertugas memompa darah ke seluruh tubuh, memasok organ dengan oksigen dari paru-paru. 

Jika virus menyerang paru-paru, organ ini menjadi kurang efisien dalam memasok oksigen ke aliran darah. 

Baca juga: Sebabkan Komplikasi Jantung, Penelitian Klorokuin di Brazil Dihentikan

Hingga kini, berbagai penelitian terus dilakukan untuk melihat kemungkinan virus corona menyebabkan infeksi jantung ini.

Bukti-bukti soal gejala pada jantung ini memunculkan pertanyaan apakah Covid-19 harus diklasifikasikan juga sebagai penyakit kardiovaskuler atau tidak.

"Pertanyaan-pertanyaan ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana kita harus merawat pasien saat ini. Saat seorang laki-laki berusia 75 tahun datang dengan sakit di dada, apakah itu serangan jantung atau Covid-19?" kata Profesor Kardiologi di University Feinberg School of Medicine Robert Bonow.

Baca juga: 2 Kemungkinan Cara Virus Corona Dapat Menyerang Jantung

2. Pembekuan darah misterius

Ilustrasi pasien Covid-19 yang sembuh dari infeksi virus corona SARS-CoV-2 mendonorkan plasma darahnya untuk terapi plasma konvalense. Ilustrasi pasien Covid-19 yang sembuh dari infeksi virus corona SARS-CoV-2 mendonorkan plasma darahnya untuk terapi plasma konvalense.

Pada sebagian pasien, Covid-19 menyebabkan pembekuan darah.

Lebih dari 160 tahun lalu, seorang dokter Jerman bernama Rudolf Virchow merinci tiga alasan pembekuan darah abnormal dapat terjadi.

Pertama, jika lapisan dalam pembuluh darah terluka sehingga melepaskan protein yang memicu pembekuan.

Kedua, gumpalan dapat terbentuk jika aliran darah menjadi stagnan.

Baca juga: Kenali Batuk Darah dan Bahayanya...

Ketiga, pembuluh darah dapat menjadi kacau karena trombosit atau protein sirkulasi yang memperbaiki luka. Kondisi ini biasanya terjadi karena penyakit bawaan, tetapi juga dapat dipicu oleh peradangan sistemik.

"Saya pikir, kami memiliki bukti bahwa ketiganya memiliki peran dalam Covid," kata Profesor Kedokteran di rumah sakit University of Pennsylvania, Adam Cuker.

Hingga kini, belum jelas alasan mengapa gumpalan darah akibat Covid-19 sangatlah kecil dan dapat mengisi ratusan organ. 

Cuker sendiri mengatakan bahwa para ilmuwan pun meneliti gejala-gejala ini dengan perspektif yang lebih luas untuk menemukan jawabannya.

"Semua sistem ini mungkin memainkan perannya sendiri, dan kita perlu memahami itu" kata dia.

Baca juga: 4 Manfaat Air Kelapa, dari Obat Kecantikan hingga Lancarkan Sirkulasi Darah

3. Stroke yang tidak terduga

Ilustrasi strokeShutterstock Ilustrasi stroke

Peningkatan kemungkinan pembekuan darah dapat menjelaskan mengapa pasien Covid-19 muda tanpa faktor risiko jantung menderita stroke.

Meskipun cukup mengejutkan, gejala ini seharusnya dapat diperkirakan mengingat hubungannya pada kasus wabah SARS pada 2002-2003 lalu, yang disebabkan oleh strain virus corona berbeda. 

"Hampir semua hal (neurologis) yang kita lihat sekarang pada Covid-19 adalah hal-hal yang mungkin telah Anda perkirakan akan terjadi" kata Kenneth Tyler, Ketua Departemen University of Colorado School of Medicine.

Sebagian besar stroke yang dilaporkan pada pasien Covid-19 adalah iskemik, artinya gumpalan menyumbat salah satu pembuluh yang memasok darah ke otak. 

Namun, hingga kini, belum dapat dijelaskan bagaimana stroke dan pembekuan darah mungkin terjadi secara umum pada pasien virus corona tersebut.

Baca juga: 7 Cara Terhindar dari Stroke

4. Inflamasi otak

Kratom dipercaya memiliki efek membuat rileks tubuh dan menjadi obat inflamasi. dok BBC Indonesia Kratom dipercaya memiliki efek membuat rileks tubuh dan menjadi obat inflamasi.

Laporan-laporan kasus yang ada juga menghubungkan pasien Covid-19 yang mengalami ensefalitis atau radang otak, serta sindrom yang cukup jarang disebut, yaitu Guillain-Barré, di mana sistem kekebalan tubuh menyerang saraf.

Pada kasus yang lebih ringan, ensefalitis dapat menyebabkan gejala seperti flu, sedangkan dalam kasus yang lebih parah, kemungkinan menyebabkan kejang, kelumpuhan, dan kebingungan.

Hingga kini, para ilmuwan juga belum benar-benar mengatahui mekanisme pasti dari sindrom Guillain-Barré. Namun, dimungkinkan adanya keterkaitan dengan sistem kekebalan tubuh yang didapat.

Baca juga: Saat AS Mulai Distribusikan Remdesivir untuk Pasien Covid-19 di 6 Negara Bagian...

5. Ruam

Ilustrasi ruam pada kulitpumatokoh Ilustrasi ruam pada kulit

Salah satu gejala Covid-19 yang baru ditemukan adalah luka pada kulit seperti ruam, Covid toe, hingga gejala lainnya pada anak-anak yang disebut mirip dengan sindrom Kawasaki.

Menurut Profesor Dermatologi di University of California, Kanade Shinkai, untuk memahami gejala-gejala ini, diperlukan lebih banyak penelitian.

Salah satu penelitian di Italia mengidentifikasi ruam pada 20 persen pasien Covid-19, sedangkan penelitian lain di Wuhan menyebut hanya 0,2 persen pasien yang mengalaminya.

Kepala Layanan Kritis Medis di Boston Children's Hospital mengatakan bahwa kini dokter baru memulai untuk menggambarkan hubungan gejala ini.

Baca juga: Berikut 5 Gejala Virus Corona Ringan yang Tak Boleh Diabaikan

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Beda Batuk, Pilek, Alergi, dan Gejala Virus Corona

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Justru Serang Rafah

Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Justru Serang Rafah

Tren
Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Tren
Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Tren
Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Tren
Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Tren
UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

Tren
Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Tren
Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Tren
Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Tren
Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Tren
Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Tren
57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini 'Ditemukan'

57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini "Ditemukan"

Tren
5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

Tren
Kisah Celia, Wanita yang Tidak Makan Selama 4 Tahun akibat Sindrom Langka

Kisah Celia, Wanita yang Tidak Makan Selama 4 Tahun akibat Sindrom Langka

Tren
Tema Met Gala dari Masa ke Masa, 'Sleeping Beauties: Reawakening Fashion' Jadi Tajuk 2024

Tema Met Gala dari Masa ke Masa, "Sleeping Beauties: Reawakening Fashion" Jadi Tajuk 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com