Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Rehabilitasi Reputasi Kelelawar

Kompas.com - 22/05/2020, 15:47 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

Kotoran kelelawar bisa diolah menjadi pupuk yang didayagunakan manusia untuk memupuk kesuburan tanaman perkebunan.

Beberapa gua Pacitan dan Bali di mana para kelelawar bermukim diangkat menjadi destinasi wisata yang ramai dikunjungi para turis sebelum prahara Corona tentunya.

Wuhan

Di awal tahun 2020 mendadak popularitas kelelawar mengglobal akibat dituduh sebagai biang-keladi malapetaka wabah virus Corona. Tuduhan itu berdasar dugaan bahwa virus Corona berasal dari kota Wuhan, provinsi Hubei, Republik Rakyat China.

Konon penderita pertama penyakit menular akibat angkara murka virus Corona adalah warga Wuhan akibat makan daging kelelawar yang memang disajikan di menu restoran aneka-ragam satwa di pasar tradisional Wuhan.

Konon virus yang berada di dalam tubuh kekelawar pindah ke tubuh manusia yang menyantap hidangan daging kelelawar.

Apabila memang begitu itu, sebenarnya yang lebih layak dikecam bukan kelelawar yang dimakan namun manusia yang memakan. Dapat diyakini tidak ada kelelawar menginginkan dirinya dimakan oleh manusia.

Kelelawar sudah sengaja menghindari manusia dengan menampilkan wajah yang meringis mengerikan dan selalu tidur di siang hari di dalam gua sambil hanya terbang ke luar gua pada malam hari ketika manusia lazimnya sedang tidur.

Sifat nokturnal kelelawar memang secara kodrati dihadirkan agar tidak ditangkap apalagi dimakan oleh manusia.

Adalah naluri manusia sebagai omnivora alias pemakan segala yang menjerumuskan manusia rakus memakan kekelawar padahal masih banyak daging satwa lain yang lebih layak dimakan.

Apabila memang benar virus Corona berasal dari kelelawar, pada hakikatnya tidak layak manusia memfitnah kelelawar sebagai biang-keladi pagebluk wabah virus Corona.

Selayaknya manusia menyalahkan sesama manusia sendiri yang terlalu rakus makan kelelawar yang sebenarnya bukan untuk dimakan manusia!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com