Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Temuan Sejumlah Gejala dan Cara Baru Virus Corona Menyerang Tubuh

Kompas.com - 11/05/2020, 16:45 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebagai virus yang baru, virus corona penyebab Covid-19 masih banyak yang belum diketahui dibandingkan yang sudah diketahui oleh para ilmuwan. 

Beberapa waktu terakhir, banyak penjelasan yang mengatakan bahwa virus corona jauh lebih tidak dapat diprediksi dari pada virus pernapasan sederhana.

Seringkali virus tersebut menyerang paru-paru, tetapi juga bisa menyerang organ tubuh mana pun dari otak sampai jari kaki.

Baca juga: 5 Gejala Tak Biasa yang Dirasakan Pasien Covid-19, Apa Saja?

Tidak hanya menyerang paru-paru

Lebih dari empat bulan pengalaman klinis di Asia, Eropa, dan Amerika Utara telah menunjukkan patogen itu melakukan lebih dari menyerang paru-paru.

Virus corona disebut dapat menyerang jantung, melemahkan ototnya dan mengganggu ritme kritisnya. Selain itu, virus yang bermula di Kota Wuhan tersebut juga menjalar di sepanjang sistem saraf yang dapat merusak indra perasa dan bau, bahkan terkadang sampai ke otak.

Aktivitas virus dalam tubuh itu dimulai dengan beberapa gejala atau tidak sama sekali.

Gejala yang dialami sejumlah organ: 

Otak: Strok dari gumpalan darah dan masalah neurologis.

Mata: Mata merah atau pink eye.

Hidung: Kehilangan bau dan rasa (anosmia).

Darah: Penggumpalan darah yang tidak terduga; menyerang lapisan pembuluh darah.

Sistem pencernaan: Muntah dan diare pada beberapa orang.

Baca juga: Berapa Lama Pembawa Virus Corona Tanpa Gejala Bisa Menularkan kepada Orang Lain?

Paru-paru: Menyumbat dan mengobarkan alveoli (kantung udara), menghambat pernapasan; emboli paru dari gumpalan darah dan mikroklot yang terpisah.

Jantung: Melemahnya otot jantung; menyebabkan aritmia berbahaya dan serangan jantung karena gumpalan kecil.

Ginjal: Kerusakan pada struktur yang menyaring limbah dari darah; pasien sering membutuhkan dialisis.

Kulit: Jari-jari kaki ruam ungu akibat serangan pada pembuluh darah.

Ssitem kekebalan: Dampak luas, termasuk respons imun yang terlalu aktif yang menyerang jaringan sehat. 

Tidak hanya lansia dan orang dengan komorbid

Covid-19 sebelumnya diyakini lebih banyak menyerang para lansia, orang-orang dengan penyakit bawaan, dan penderita obesitas.

Akan tetapi, Gubernur New York Andrew Cuomo seperti dikutip dari Washington Post mengumumkan 73 anak-anak jatuh sakit parah di negara bagian itu dan seorang bocah lelaki berusia 5 tahun telah menjadi anak pertama yang meninggal karena sindrom tersebut. Dua anak lagi meninggal pada hari Sabtu.

Baca juga: Jepang Targetkan 50.000 Tempat Tidur Antisipasi Lonjakan Pasien Virus Corona

Berita itu telah mengguncang banyak dokter yang merasa telah memahami dimensi penuh penyakit ini pada orang dewasa.

"Kami semua awalnya berpikir ini adalah penyakit yang membunuh orang tua, bukan anak-anak," kata David Reich, ahli anestesi jantung dan presiden Rumah Sakit Mount Sinai di New York City.

Rumah Sakit Mount Sinai telah merawat lima anak dengan kondisi tersebut. Menurut Reich, masing-masing mulai dengan gejala gastrointestinal, yang berubah menjadi komplikasi peradangan yang menyebabkan tekanan darah sangat rendah dan memperluas pembuluh darah.

Hal ini menyebabkan gagal jantung pada kasus anak pertama yang meninggal.

"Pola penyakitnya berbeda dari Covid-19," kata dia. 

Perlu banyak penelitian

Para ahli mengatakan, butuh waktu bertahun-tahun untuk memahami bagaimana penyakit dapat merusak organ dan bagaimana obat-obatan, genetika, diet dan gaya hidup menjauhkan diri dari dampaknya.

"Ini adalah virus yang secara harfiah tidak ada pada manusia enam bulan lalu," kata Geoffrey Barnes, asisten profesor di University of Michigan.

"Kami harus cepat mempelajari bagaimana virus ini berdampak pada tubuh manusia dan mengidentifikasi cara untuk memperlakukannya secara harfiah dalam skala waktu minggu," sambungnya.

Baca juga: Virus Corona: Ciri-ciri, Gejala, Masa Inkubasi, dan Risiko bagi Perokok

Dampak yang ditimbulkan

Pada awal-awal wabah, sebagian besar upaya difokuskan pada paru-paru.

Namun, banyak ilmuwan percaya bahwa banyak dari dampak buruk penyakit itu berasal dari dua penyebab yang saling terkait.

Pertama, kerusakan yang ditimbulkan oleh virus pada pembulu darah yang mengarah pada gumpalan cukup besar. Kedua, respon berlebihan dari sistem kekebalan tubuh.

Seorang profesor kedokteran di Harvard Medical School Mandeep Mehra mengatakan, peradangan sel-sel endotel yang melapisi pembuluh darah dapat membantu menjelaskan mengapa virus corona berbahaya.

Hal itu berarti mengalahkan Covid-19 akan membutuhkan lebih dari terapi antivirus.

"Hipotesis kami adalah Covid-19 dimulai sebagai virus pernapasan dan membunuh sebagai virus kardiovaskular," kata dia.

Para spesialis ginjal juga memiliki pemikiran sejalan dengan itu.

Awalnya, mereka mengaitkan penyakit ginjal yang luas dan parah dengan kerusakan yang disebabkan oleh ventilator dan obat-obatan tertentu pada pasien perawatan intensif.

Kemudian mereka melihat kerusakan pada sel-sel ginjal penyaringan limbah pasien bahkan sebelum mereka membutuhkan perawatan intensif.

Baca juga: Social Distancing Disebut Bisa Tekan Penularan Corona, Bagaimana Praktiknya?

Proses penularan

Seperti virus corona lainnya, Covid-19 menginfiltrasi tubuh dengan menempel pada reseptor ACE2 yang ada pada beberapa sel.

Tetapi susunan paku yang menonjol dari virus ini agak berbeda dan memungkinkan virus untuk mengikat lebih erat. Akibatnya, lebih sedikit partikel virus yang diperlukan untuk menginfeksi host.

Begitu berada di dalam sel, virus pun bereplikasi dan menyebabkan kekacauan.

Reseptor ACE2 yang membantu mengatur tekanan darah di paru-paru, ginjal, dan usus menjadi yang terpukul keras oleh patogen pada banyak pasien.

"Sel-sel itu hampir ada di mana-mana, jadi masuk akal bahwa virus akan menyebabkan kerusakan di seluruh tubuh," kata Mitchell Elkind, seorang profesor neurologi di College of Physicians and Surgeons, Columbia University.

Menurutnya, peradangan dapat memacu pembekuan ketika sel darah putih melawan infeksi. Reaksi semacam itu telah terlihat pada infeksi parah, seperti sepsis.

"Virus ini dapat menyerang banyak bagian tubuh yang berbeda, dan kami tidak mengerti mengapa hal itu menyebabkan beberapa masalah bagi sebagian orang," kata Elkind.

Baca juga: Sempat Melandai, Kasus Corona di Korea Selatan Kembali Melonjak, Ini Penyebabnya...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

23 Kata Tertua di Dunia yang Sudah Berusia 15.000 Tahun, Beberapa Masih Digunakan hingga Kini

23 Kata Tertua di Dunia yang Sudah Berusia 15.000 Tahun, Beberapa Masih Digunakan hingga Kini

Tren
5 Destinasi Wisata Dunia Khusus Pria, Wanita Dilarang Masuk

5 Destinasi Wisata Dunia Khusus Pria, Wanita Dilarang Masuk

Tren
5 Teleskop Terbesar di Dunia, Ada yang Diameternya Mencapai 500 Meter

5 Teleskop Terbesar di Dunia, Ada yang Diameternya Mencapai 500 Meter

Tren
11 Tanda Seseorang Mengalami Demensia, Salah Satunya Melupakan Nama Teman Dekat

11 Tanda Seseorang Mengalami Demensia, Salah Satunya Melupakan Nama Teman Dekat

Tren
Ramai soal Menantu Anwar Usman Ditunjuk Jadi Direktur Pemasaran dan Operasi PT Patra Logistik, Pertamina: 'Track Record' Baik

Ramai soal Menantu Anwar Usman Ditunjuk Jadi Direktur Pemasaran dan Operasi PT Patra Logistik, Pertamina: "Track Record" Baik

Tren
Pertama Kali di Dunia, Hiu Macan Muntahkan Ekidna, Mamalia Berduri Mirip Landak

Pertama Kali di Dunia, Hiu Macan Muntahkan Ekidna, Mamalia Berduri Mirip Landak

Tren
Ramai soal Besaran Iuran BPJS Kesehatan Akan Disesuaikan dengan Gaji per Juli, Ini Faktanya

Ramai soal Besaran Iuran BPJS Kesehatan Akan Disesuaikan dengan Gaji per Juli, Ini Faktanya

Tren
Peneliti: Virus Covid-19 Dapat Bertahan dalam Sperma Selama Berbulan-bulan sejak Terinfeksi

Peneliti: Virus Covid-19 Dapat Bertahan dalam Sperma Selama Berbulan-bulan sejak Terinfeksi

Tren
Benarkah Air Tebu Akan Basi 15 Menit Setelah Diperas? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Benarkah Air Tebu Akan Basi 15 Menit Setelah Diperas? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Apakah BPJS Kesehatan Menanggung Biaya Pengobatan dan Cabut Gigi Bungsu?

Apakah BPJS Kesehatan Menanggung Biaya Pengobatan dan Cabut Gigi Bungsu?

Tren
Apa Itu Pupuk Kompos? Berikut Manfaatnya bagi Tanah dan Tanaman

Apa Itu Pupuk Kompos? Berikut Manfaatnya bagi Tanah dan Tanaman

Tren
Usai Menyesal, Menteri Basuki Klarifikasi Tapera Ditunda dan Bakal Lapor Jokowi

Usai Menyesal, Menteri Basuki Klarifikasi Tapera Ditunda dan Bakal Lapor Jokowi

Tren
Nasib Mahasiswa UM Palembang Pelaku Plagiat Skripsi, Gagal Wisuda dan Diskors

Nasib Mahasiswa UM Palembang Pelaku Plagiat Skripsi, Gagal Wisuda dan Diskors

Tren
Air Terjun di China Tuai Protes karena Mengalir dari Pipa Buatan Manusia

Air Terjun di China Tuai Protes karena Mengalir dari Pipa Buatan Manusia

Tren
Suntik KB pada Kucing Disebut Bisa Picu Kanker, Benarkah?

Suntik KB pada Kucing Disebut Bisa Picu Kanker, Benarkah?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com