Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Virus Corona: Memahami Apa Itu Puncak Pandemi, Pengujian, dan Tingkat Kematian

Kompas.com - 18/04/2020, 11:54 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Setelah ditetapkan sebagai pandemi global oleh WHO selama lebih dari satu bulan lalu, wabah virus corona masih terus menyebar.

Kasusnya sudah menginfeksi lebih dari 2 juta orang.

Selama hampir 4 bulan sejak virus corona jenis baru terdeteksi di Wuhan, China, pada akhir 2019, berbagai istilah muncul soal pandemi ini.

Tidak jarang istilah-istilah yang digunakan dipahami secara berbeda sehingga berpengaruh terhadap implementasi langkah yang dilakukan.

Beberapa istilah yang sering digunakan seperti pengujian massal, jumlah kasus, hingga angka kematian.

Istilah-istilah tersebut digunakan untuk menggambarkan situasi yang sangat berbeda. 

Orang-orang mulai mencari apa yang terjadi serta membandingkan kondisi virus corona di negaranya dengan negara lain yang telah lebih lama terpapar virus ini.

Akan tetapi, jika istilah yang digunakan dipahami secara berbeda, perbandingan yang dilakukan menjadi tidak tepat.

Oleh karena itu, penting memahami sejumlah istilah yang kerap digunakan untuk menggambarkan perkembangan wabah virus corona.

Baca juga: Update Virus Corona Dunia 18 April: 2,2 Juta Orang Terinfeksi, 568.343 Sembuh

Berikut beberapa di antaranya:

Kasus yang terkonfirmasi

Robot Amy membawa nampan berisi air kemasan saat simulasi membantu petugas medis dalam menangani pasien virus corona (Covid-19) di Rumah Sakit Pertamina Jaya (RSPJ), Jakarta, Kamis (16/4/2020). RSPJ mengerahkan dua robot untuk membantu petugas medis menangani pasien Covid-19.AFP/ADEK BERRY Robot Amy membawa nampan berisi air kemasan saat simulasi membantu petugas medis dalam menangani pasien virus corona (Covid-19) di Rumah Sakit Pertamina Jaya (RSPJ), Jakarta, Kamis (16/4/2020). RSPJ mengerahkan dua robot untuk membantu petugas medis menangani pasien Covid-19.
Beberapa waktu terakhir, Amerika Serikat mendapatkan sorotan karena kasus infeksi virus corona di negara itu telah melebihi China.

Demikian pula dengan beberapa negara Eropa seperti Spanyol dan Perancis.

Namun, ada ketidakpastian tentang apakah jumlah kasus ini menggambarkan keadaan sesungguhnya. 

Masing-masing negara memiliki variasi dalam pengujian virus dan cara melaporkan jumlah kasus.

Para ahli mengatakan, sebagian besar infeksi justru tidak terdeteksi.

Jadi, perhitungan nasional yang dipublikasikan adalah gambaran kasar yang tidak lengkap.

Sebagian kecil negara telah melakukan pengujian yang agresif. Hasilnya, semakin banyak pengujian yang dilakukan, semakin banyak kasus yang ditemukan. 

Di Jepang, jumlah kasus virus corona relatif kecil. Negara ini hanya melakukan 500 pengujian pada setiap satu juta orang.

Kondisi ini meningkatkan kekhawatiran bahwa virus dapat menyebar tanpa terdeteksi.

Sebaliknya, di Korea Selatan, pengujian dilakukan terhadap lebih dari 8.000 orang setiap harinya dan Norwegia sebanyak sekitar 17.000 pengujian.

Baca juga: Ketika Amerika Serikat Kewalahan Hadapi Serangan Virus Corona 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Sosok Calvin Verdonk, Pemain Naturalisasi yang Diproyeksi Ikut Laga Indonesia Vs Tanzania

Sosok Calvin Verdonk, Pemain Naturalisasi yang Diproyeksi Ikut Laga Indonesia Vs Tanzania

Tren
Awal Kemarau, Sebagian Besar Wilayah Masih Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang, Mana Saja?

Awal Kemarau, Sebagian Besar Wilayah Masih Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang, Mana Saja?

Tren
Mengenal Gerakan Blockout 2024 dan Pengaruhnya pada Palestina

Mengenal Gerakan Blockout 2024 dan Pengaruhnya pada Palestina

Tren
Korea Utara Bangun 50.000 Rumah Gratis untuk Warga, Tanpa Iuran seperti Tapera

Korea Utara Bangun 50.000 Rumah Gratis untuk Warga, Tanpa Iuran seperti Tapera

Tren
Menggugat Moralitas: Fenomena Perselingkuhan di Kalangan ASN

Menggugat Moralitas: Fenomena Perselingkuhan di Kalangan ASN

Tren
5 Fakta Kasus Mobil Mewah Pakai Pelat Dinas Palsu DPR, Seret Pengacara Berinisial HI

5 Fakta Kasus Mobil Mewah Pakai Pelat Dinas Palsu DPR, Seret Pengacara Berinisial HI

Tren
Beli Elpiji Wajib Pakai KTP, Pertamina: Masyarakat yang Belum Daftar Masih Dilayani

Beli Elpiji Wajib Pakai KTP, Pertamina: Masyarakat yang Belum Daftar Masih Dilayani

Tren
Kata PBB, Uni Eropa, Hamas, dan Israel soal Usulan Gencatan Senjata di Gaza

Kata PBB, Uni Eropa, Hamas, dan Israel soal Usulan Gencatan Senjata di Gaza

Tren
Beda Kemenag dan MUI soal Ucapan Salam Lintas Agama

Beda Kemenag dan MUI soal Ucapan Salam Lintas Agama

Tren
Orang dengan Gangguan Kesehatan Ini Sebaiknya Tidak Minum Air Kelapa Muda

Orang dengan Gangguan Kesehatan Ini Sebaiknya Tidak Minum Air Kelapa Muda

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 2-3 Juni 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 2-3 Juni 2024

Tren
[POPULER TREN] Harga BBM Pertamina per 1 Juni 2024, Asal-usul Kata Duit

[POPULER TREN] Harga BBM Pertamina per 1 Juni 2024, Asal-usul Kata Duit

Tren
Bagaimana Cahaya di Tubuh Kunang-kunang Dihasilkan? Berikut Penjelasan Ilmiahnya

Bagaimana Cahaya di Tubuh Kunang-kunang Dihasilkan? Berikut Penjelasan Ilmiahnya

Tren
Moeldoko Sebut Tapera Tak Akan Senasib dengan Asabri, Apa Antisipasinya Agar Tak Dikorupsi?

Moeldoko Sebut Tapera Tak Akan Senasib dengan Asabri, Apa Antisipasinya Agar Tak Dikorupsi?

Tren
Tips Mengobati Luka Emosional, Berikut 6 Hal yang Bisa Anda Lakukan

Tips Mengobati Luka Emosional, Berikut 6 Hal yang Bisa Anda Lakukan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com