Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Virus Corona: Memahami Apa Itu Puncak Pandemi, Pengujian, dan Tingkat Kematian

Kompas.com - 18/04/2020, 11:54 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Pengujian luas

Pengujian luas atau widespread testing juga seringkali disebut dalam penanganan virus corona.

Presiden AS Donald Trump mengatakan, pengujian yang dilakukan AS merupakan yang terbanyak dibandingkan negara-negara lain. 

Namun, tidak hanya berapa banyak yang telah diuji, tetapi juga penting dilihat kapan dan siapa orang yang diuji.

Lagi-lagi, setiap negara memiliki kriterianya sendiri dan menciptakan arti sendiri dari angka yang nantinya muncul sebagai hasil pengujian luas tersebut. 

Beberapa negara seperti Korea Selatan, Australia, dan Singapura, sangat mementingkan pengujian massal dari awal wabah.

Mereka menggunakan informasi yang ada untuk melakukan penelusuran kontak, menemukan, dan menguji mereka yang berada dekat dengan orang yang terinfeksi meskipun tidak menunjukkan gejala. 

Upaya ini memberikan gambaran yang lebih lengkap dari penyebaran virus corona.

Meskipun tidak berada dalam skala yang sama, Jerman juga telah melakukan lebih banyak pengujian dan penelusuran kontak dari awal dibandingkan negara-negara Eropa lainnya.

Namun, sebagian besar negara dengan jumlah kasus yang besar melakukan langkah pengujian yang lebih sedikit, menggunakan angka kasar, dan melakukan upaya yang minim untuk menelusuri kontak. 

Ada banyak kasus yang dapat dideteksi, tetapi negara-negara ini tidak dapat menjelaskan berapa banyak pertumbuhan dari epidemi ini. 

Ketidakmampuan untuk menjawab hal tersebut, negara pun membatasi pengujian hanya pada pasien yang sakit dan tenaga kesehatan.

Baca juga: Apa yang Harus Dilakukan jika Hasil Rapid Test Virus Corona Positif atau Negatif?

Tingkat kematian

Keluarga pasien berdoa ke jenazah suspect virus corona atau Covid-19 di TPU Tegal Alur, Jakarta Barat, Selasa (31/3/2020). Pemprov DKI Jakarta telah menyiapkan dua tempat pemakaman umum (TPU) untuk memakamkan pasien terjangkit virus corona (Covid-19) yang meninggal dunia, yakni di TPU Tegal Alur di Jakarta Barat dan TPU Pondok Ranggon di Jakarta Timur. Jenazah yang dapat dimakamkan di sana, yakni yang berstatus pasien dalam pengawasan (PDP) dan berstatus positif terjangkit virus corona.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Keluarga pasien berdoa ke jenazah suspect virus corona atau Covid-19 di TPU Tegal Alur, Jakarta Barat, Selasa (31/3/2020). Pemprov DKI Jakarta telah menyiapkan dua tempat pemakaman umum (TPU) untuk memakamkan pasien terjangkit virus corona (Covid-19) yang meninggal dunia, yakni di TPU Tegal Alur di Jakarta Barat dan TPU Pondok Ranggon di Jakarta Timur. Jenazah yang dapat dimakamkan di sana, yakni yang berstatus pasien dalam pengawasan (PDP) dan berstatus positif terjangkit virus corona.
Italia dan Spanyol sering disebut sebagai negara dengan tingkat kematian pasien virus corona terbesar.

Sementara, Jerman tergolong rendah dan China berada di antaranya.

Namun, melihat tingkat kematian tidak bisa sesederhana itu. 

Mengutip New York Times, 4 April 2020, laporan terbaru menunjukkan bahwa di Wuhan, lebih dari ribuan guci kremasi telah dipesan.

Hal ini memunculkan dugaan bahwa kasus kematian dapat melebihi yang telah dikonfirmasi.

Wabah di Wuhan dan bagian negara Italia maupun Spanyol telah membuat rumah sakit kewalahan, membuat sebagian pasien yang sakit harus kembali ke rumah.

Tidak ada yang tahu berapa banyak orang yang sembuh atau meninggal tanpa pernah diuji.

Italia dan Perancis melaporkan total kematian yang secara umum hanya mencatat pasien yang meninggal di rumah sakit.

Di Jerman, beberapa pasien dikecualikan karena ada pengujian virus yang dianggap tidak sesuai standar di rumah sakit.

Dan jika hanya pasien sakit yang diuji, jumlah infeksi akan terlihat lebih kecil. Sementara, persentase kematian akan terlihat lebih tinggi.

Baca juga: 3 Alasan yang Membuat Angka Kematian Akibat Corona di Jepang Rendah

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com