Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Guru Mengajar Lewat Online: Terkendala Fasilitas hingga Ditinggal Mabar Siswa

Kompas.com - 13/04/2020, 18:45 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Setelah merebaknya virus corona di sejumlah wilayah Indonesia, banyak pemerintah daerah mulai menerapkan kebijakan pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Dengan adanya kebijakan ini diharapkan melindungi siswa dari paparan Covid-19, sebab para siswa belajar dari rumah

Kegiatan pembelajaran jarak jauh ini dimulai pada pertengahan Maret hingga saat ini, sambil terus melihat perkembangan virus corona Covid-19.

Total ada sekitar 28,6 juta siswa dari SD sampai dengan SMA/SMK di sejumlah provinsi yang harus menjalani program belajar mengajar jarak jauh ini, dikutip dari Harian Kompas, 26 Maret 2020.

Jumlah itu belum termasuk mahasiswa yang juga mengalami nasib sama. Sampai dengan 18 Maret 2020, tercatat 276 perguruan tinggi negeri dan swasta di Indonesia yang menerapkan kuliah daring.

Baca juga: Melihat Kondisi Yaman, yang Harus Bertahan di Antara Perang dan Corona

Jumlah tersebut dipastikan akan terus bertambah seiring meluasnya wabah virus corona di Indonesia. Pada tataran global, tercatat lebih dari 1,5 miliar peserta didik dari 192 negara yang terdampak virus corona, merujuk pada data UNESCO.

Siap atau tidak, sekolah terpaksa harus siap dan beradaptasi dengan metode pembelajaran baru di tengah ketidakpastian akibat wabah virus corona.

Terkendala fasilitas

Nurul Istiqomah, seorang guru di MTsN 1 Kota Bima, Nusa Tenggara Barat mengatakan, sejak 18 Maret para siswa sudah melakukan kegiatan pembelajaran dari rumah.

Setiap hari, guru memberikan tugas untuk dikerjakan dan dikumpulkan ketika kegiatan pembelajaran kembali normal. Menurutnya, pembelajaran melalui teleconference baru bisa dimulai hari ini, Senin (13/4/2020).

"Laman (teleconference) baru bisa digunakan sekarang," kata Nurul saat dihubungi, Senin (13/4/2020).

Sayangnya, proses pembelajaran via teleconference ini juga mendapat protes dari orang tua siswa karena banyak dari mereka yang tidak memiliki fasilitas pendukung. Saat ini, pihak sekolah pun masih mencari solusi terbaik untuk mengatasi masalah ini.

Kondisi serupa diungkapkan Efendi, guru mata pelajaran PKn di SMPN di Jawa Tengah. Menurutnya guru yang daerah pinggiran agak susah sinyal dan siswa tidak punya gawai dan paketan internet yang mendukung.

Selain itu imbasnya juga menjadi kesulitan untuk mengembangkan pembelajaran karena kesulitan memanfaatkan berbagai menu atau fitur online yang ada

"Jadi grup WA hanya bisa dipakai sebagai media tanya jawab seperti di kelas biasa. Padahal jika fasilitas online mendukung bisa mengajak siswa memanfaatkan banyak fitur belajar online yang menarik. Kita yang di daerah pinggiran atau akses internet sulit masih belum maksimal untuk pembelajaran online intinya," kata dia.

Baca juga: Ini 3 Kendala Program Belajar dari Rumah TVRI yang Dihadapi di Papua

32 siswa, yang online 5

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Tren
Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Tren
Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Tren
8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

Tren
WHO Temukan 3 Kasus di Riyadh, Ketahui Penyebab dan Pencegahan MERS- CoV Selama Ibadah Haji

WHO Temukan 3 Kasus di Riyadh, Ketahui Penyebab dan Pencegahan MERS- CoV Selama Ibadah Haji

Tren
Pertandingan Indonesia Vs Guinea Malam Ini, Pukul Berapa?

Pertandingan Indonesia Vs Guinea Malam Ini, Pukul Berapa?

Tren
Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Tren
WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

Tren
Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Tren
Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Tren
Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Tren
3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

Tren
Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Tren
Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Tren
Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com