KOMPAS.com - Masyarakat Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, lokasi pertama kali virus corona terdeteksi telah bisa berpergian secara bebas setelah "dikurung" selama tiga bulan.
Pekan lalu Kota Wuhan merayakan berakhirnya penutupan selama hampir tiga bulan. Bunga dan pohon ditanam di taman di seberang rumah sakit yang sebelumnya dipenuhi pasien yang panik dan sakit. Jalanan pun telah dibersihkan.
Melansir The Guardian, Sabtu (11/4/20202), sebelum tengah malam Rabu pekan lalu, ketika lockdown secara resmi dicabut, outlet berita pemerintah mengirim drone ke langit untuk merekam bangunan dan jembatan yang menyala.
Mobil-mobil berbaris di tol, menunggu untuk segera dikendarai. Pengemudi menggambarkan perasaan akhirnya "terbebaskan".
Beberapa perumahan mengibarkan bendera yang menyatakan "bebas virus". Salah satu mengatakan: "Pertempuran yang menentukan, kemenangan yang menentukan."
Tetapi, bagi kota berpenduduk 11 juta dengan 2.500 orang di antaranya meninggal karena virus corona, belum banyak perubahan yang dirasakan.
"Kami belum merasakan banyak perubahan," kata Zhang, 50, yang tinggal di Distrik Wuchang dan telah dikarantina di rumah. Bagi dia, lockdown masih belum berakhir sepenuhnya.
Keluarnya Wuhan dari lockdown adalah bagian dari upaya yang lebih luas oleh pejabat China untuk meyakinkan publik bahwa kehidupan dapat kembali normal dan pihak berwenang telah mengalahkan virus tersebut.
Baca juga: Hindari Wabah Virus Corona, Keluarga Rusia Kabur ke Tengah Hutan
"Pembukaan kembali Kota Wuhan untuk mengirim sinyal bahwa China akan kembali menghidupkan ekonomi mereka. Tetapi terlepas dari upaya pemerintah, orang akan tetap sangat berhati-hati, ”kata Ho-Fung Hung, seorang dosen ekonomi politik di Universitas Johns Hopkins.
Menurutnya, masyarakat tidak dapat dengan mudah melupakan kesalahan langkah awal pemerintah dalam menyebabkan krisis, khususnya bagi mereka yang kehilangan orang yang mereka cintai atau mengalami gangguan kesehatan.
Baca juga: Hal Pertama yang Ingin Dilakukan Gading Marten Saat Corona Berakhir
Di Wuhan, banyak toko tetap tutup, dengan restoran dibuka kembali hanya untuk pengiriman.
Sekolah, bioskop, dan tempat hiburan lainnya tetap tutup. Banyak lingkungan masih memiliki akses terbatas dengan pekerja yang memiliki izin dapat pergi secara teratur untuk kembali bekerja.
Meski demikian, masyarakat memang lebih bebas untuk datang dan pergi, tetapi ada pos pemeriksaan konstan di mana penduduk harus menunjukkan “kode kesehatan” mereka dan mengukur suhu tubuh.
Pembatasan berkelanjutan, yang oleh pihak berwenang katakan akan dicabut secara bertahap dan tertib, merupakan indikasi bahwa epidemi, meski banyak mereda masih belum berakhir.
Baca juga: Warga Telanjang Tak Pakai Masker di Tengah Virus Corona, Polisi Ceko Mengecam
Banyak warga masih khawatir tentang jumlah pasien tanpa gejala atau pasien yang berhasil sembuh tetapi kembali positif Covid-19 tanpa menunjukkan gejala.
Beberapa orang juga khawatir tentang jumlah kasus impor, karena wisatawan China kembali dari negara yang terinfeksi.
Pada Jumat (10/4/2020), Komisi Kesehatan Nasional melaporkan, 46 kasus baru dari hari sebelumnya, sebanyak 44 orang di antara mereka berasal dari luar negeri. Provinsi Hubei, di mana Wuhan adalah ibu kotanya, tidak melihat kasus baru selama tujuh hari.
Baca juga: Ini Pencerahan dari WHO soal Obat Kumur, Sinar Matahari, dan Bawang Putih Terkait Virus Corona
“Kami masih khawatir dan akan tetap di dalam. Masih ada orang yang keluar dengan hasil tes ulang positif, ”kata Zhou, 68, yang tinggal di Hankou yang keluar rumahnya untuk pertama kalinya dalam dua bulan.
Warga lainnya mengatakan mereka ingin kembali bekerja tetapi masih khawatir tentang kemungkinan wabah kedua. "Kembali normal bukan berarti virusnya hilang," kata Iris Yao, 41, yang juga tinggal di Hankou.
Di sebuah toko yang baru dibuka kembali di luar Rumah Sakit Youfu Wuhan dekat pasar Seafood Huanan tempat kasus pertama kali terdeteksi, seorang pemilik toko mengatakan dia tidak akan kembali bekerja jika dia tidak perlu.
"Jika saya tidak keluar, saya tidak bisa menghasilkan uang dan saya tidak bisa makan. Jika saya bisa, saya akan tinggal di rumah, ”katanya
Beberapa mengatakan lingkungan mereka, setelah melonggarkan pembatasan, telah menjadi ketat kembali sebab beberapa dugaan infeksi baru telah muncul.
Sementara warga lain juga mengatakan mereka tidak percaya apa yang dilaporkan secara resmi.
etapi, warga juga mengatakan, mereka percaya pemerintah telah menebus kesalahan di awal penanganan pandemik yang lambat memperingatkan masyarakat tentang virus dan menekan dokter yang berusaha memperingatkan warga.
Di penjuru kota, dampak pandemik terlihat. Di sebuah rumah duka di Distrik Wuchang, kerabat mereka yang telah meninggal selama dua bulan terakhir masih datang untuk mengambil abunya.
Sebuah tenda telah disiapkan untuk menampung mereka yang menunggu, dengan kursi plastik berjarak satu meter. Penduduk setempat mengatakan bahwa dalam beberapa minggu terakhir rumah pemakaman harus membatasi jumlah peziarah yang datang sebanyak 100 orang sehari.
Zhang, yang putrinya belajar di Hong Kong, belum ingin dia kembali karena dia tidak yakin itu cukup aman. "Beberapa orang percaya bencana sudah berakhir, tetapi ada juga orang yang tidak melihatnya seperti itu," kata dia.
Baca juga: Jalani Isolasi di Masa Wabah Corona, Waspada dan Kenali Gejala Demam Kabin
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.