Ia menambahkan, pasien dan dokter harus sama-sama menyadari bahwa Covid-19 juga dapat bermanifestasi yang menimbulkan mata merah, bengkak hingga robek.
"Pasien-pasien ini harus mencari perawatan yang tepat untuk diagnosis dan pencegahan penularan yang tepat." tambahnya.
Alfred Sommer, seorang Profesor Epidemiologi dan Kesehatan Internasional di Sekolah Kesehatan Masyarakat John Hopkins , juga menanggapi penelitian ini.
"Ini adalah peringatan bagi orang-orang bahwa konjungtiva dapat menjadi sumber infeksi yang mungkin menyebar ke orang lain," katanya.
Baca juga: Kabar Baik di Tengah Wabah Corona: Robot Bantu Manusia Hadapi Covid-19
Itu berarti ada kemungkinan penyebaran Covid-19 melalui air mata, menular pada dokter yang memeriksa, serta menempatkan virus di jari-jari yang kemudian menyebar ke orang lain saat seseorang menggosok matanya.
Lebih lanjut ia mengatakan, Pedoman American Academy of Ophthalmology memang merekomendasikan agar sebaiknya menunda dulu melakukan tes mata rutin selama pandemi.
"Orang-orang dapat menunggu satu atau dua bulan untuk melakukan pemeriksaan mata rutin. Anda bisa mendapatkan kacamata baru yang diresepkan kapan saja, tidak harus melakukan itu di tengah epidemi" ujar Sommer.
Akan tetapi, ia mengingatkan untuk keadaan gawat darurat yang bisa mengancam penglihatan tetap harus segera diperiksakan dan dilakukan pengobatan.
Dikutip dari AJMC, Sommer mengingatkan bahwa peringatan awal Covid-19 sendiri datang dari Li Wenliang, dokter spesialis mata Wuhan yang juga meninggal akibat penyakit ini.
Saat itu, Wenliang percaya dirinya terinfeksi oleh pasien glaukoma asimptomatik.
Baca juga: Corona Ganggu Liga Basket Putri AS
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.