Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hasil Penelitian: Virus Corona Sensitif dengan Suhu Tinggi, Bagaimana Penyebarannya?

Kompas.com - 08/03/2020, 17:45 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Virdita Rizki Ratriani

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Meluasnya penyebaran virus corona atau Covid-19 membuat penelitian tentang virus tersebut juga semakin gencar.

Salah satu hasil penelitian terbaru mengenai virus corona yakni virus ini sangat sensitif terhadap suhu tinggi.

Dilansir SCMP (8/3/2020), studi tersebut dibuat oleh tim dari Universitas Sun Yat-sen di Guangzhou, Ibu Kota Provinsi Guangdong China selatan.

Fokus penelitiannya menentukan bagaimana penyebaran virus corona baru mungkin dipengaruhi oleh perubahan musim dan suhu.

Penelitian tersebut diterbitkan bulan lalu. Dalam laporan tersebut ditemukan bahwa suhu panas memiliki peran yang signifikan terhadap perilaku virus. 

Dikatakan dalam penelitian, suhu dapat secara signifikan mengubah transmisi Covid-19 dan mungkin ada suhu terbaik untuk penularan virus.

Baca juga: Update WNI Terinfeksi Virus Corona: 7 dari 12 WNI Terkena Covid-19 Berhasil Sembuh

Sensitif terhadap suhu tinggi

Virus ini sangat sensitif terhadap suhu tinggi, sehingga dapat mencegahnya menyebar di negara-negara yang beriklim hangat.

Sementara itu di negara dengan iklim yang lebih dingin penyebarannya lebih mungkin terjadi.

Kesimpulannya disarankan bahwa negara dan wilayah dengan suhu yang lebih rendah mengadopsi langkah-langkah kontrol yang paling ketat.

Meski begitu tidak dianjurkan untuk hanya mengandalkan musim panas agar virusnya mati.

Penelitian yang dilakukan tim Guangzhou didasarkan pada setiap kasus baru virus corona yang dikonfirmasi di seluruh dunia antara 20 Januari hingga 4 Februari.

Hal itu termasuk di lebih dari 400 kota dan wilayah Cina.

Analisis menunjukkan bahwa jumlah kasus naik sejalan dengan suhu rata-rata hingga puncak 8,72 derajat celcius dan kemudian menurun.

Baca juga: Menyebar Hampir di Seluruh Negara Anggota, Bagaimana Cara Eropa Menghadapi Wabah Corona?

Dikatakan juga bahwa iklim mungkin berperan dalam mengapa virus itu menyebar Wuhan, China tempat pertama kali terdeteksi.

Pakar lainnya, asisten direktur di Center for Infectious Diseases Research di American University of Beirut Hassan Zaraket juga mendukung hal tersebut.

Dia mengatakan ada kemungkinan bahwa cuaca yang lebih hangat dan lebih lembab akan membuat virus corona lebih stabil dan dengan demikian kurang menular, seperti halnya dengan patogen virus lainnya.

"Ketika suhu memanas, stabilitas virus dapat menurun. Jika cuaca membantu kita mengurangi transmisibilitas dan stabilitas lingkungan dari virus, maka mungkin kita dapat memutus rantai penularan," katanya.

Baca juga: Berikut Perkembangan Terkini Kasus Virus Corona di 16 Negara Timur Tengah

Tidak selalu suhu tinggi

Sebuah studi terpisah dilakukan oleh sekelompok peneliti termasuk ahli epidemologi Marc Lipsitch dari Harvard School of Public Health TH Chan.

Mereka menemukan bahwa penularan virus corona yang berkelanjutan dan pertumbuhan infeksi yang cepat dimungkinkan dalam berbagai kondisi kelembaban.

Misalnya dari provinsi dingin dan kering di China ke lokasi tropis, seperti daerah otonom Guangxi Zhuang di ujung selatan negara itu dan Singapura.

Cuaca saja, seperti peningkatan suhu dan kelembaban tidak akan serta merta menyebabkan penurunan dalam jumlah kasus infeksi virus corona tanpa penerapan kebijakan kesehatan masyarakat yang luas.

Direktur eksekutif program kedaruratan kesehatan WHO, Mike Ryan mengimbau masyarakat untuk tidak menganggap epidemi akan secara otomatis mereda di musim panas.

“Adalah harapan yang salah untuk mengatakan, ya, itu akan hilang seperti flu. Kita tidak bisa membuat asumsi itu. Dan tidak ada bukti," ujarnya.

Baca juga: Melalui Kartun, Jokowi Ingatkan Masyarat Tak Panik Hadapi Virus Corona

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Tren
WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

Tren
Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Tren
Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Tren
Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Tren
3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

Tren
Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Tren
Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Tren
Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Tren
Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Tren
Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Tren
Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Tren
UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

Tren
Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Tren
Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com