Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah California, Kini New York di AS Deklarasikan Kondisi Darurat Corona

Kompas.com - 08/03/2020, 11:58 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kota terpadat dan metropolitan Amerika SerikatNew York menyatakan status darurat virus corona setelah total kematian di seluruh Amerika Serikat mencapai angka 19 kasus pada Sabtu (7/3/2020) siang.

Berdasarkan data dari Johns Hopkins CSSE per Minggu (8/3/2020) pukul 10.13 pagi, total kasus infeksi di AS tembus di angka 428.

Sementara kematian terbaru terjadi di Washington (16 orang), California (1), dan Florida (2), sebagaimana dikutip dari The Guardian (7/3/2020).

Selain itu, lebih dari 3.000 orang dari 50 negara saat ini juga tengah dikarantina di Kapal Grand Princess di dekat San Francisco, California setelah 21 orang penumpang di antaranya terdeteksi positif corona.

Baca juga: Fase Baru Virus Corona di Amerika Tidak Terdeteksi, Ahli Peringatkan

Nyatakan kondisi darurat

Menyikapi semua itu, Gubernur New York, Andrew Cuomo mengumumkan wilayahnya ada dalam status darurat untuk menangani persebaran virus Covid-19.

Pemberlakuan status darurat ini memungkinkan Pemerintah menyediakan pendanaan dan sumber daya khusus untuk menangani wabah yang tengah terjadi.

Di New York sendiri, kasus infeksi virus corona sudah terkonfirmasi sebanyak di 76 kasus pada Sabtu sore (7/3/2020).

Cuomo mengkritisi pemerintahan Trump yang terlihat mengeluarkan pernyataan tidak sinkron dalam menangani permasalahan kesehatan ini.

Sementara Wakil Presiden AS Mike Pence yang telah ditugaskan untuk menangani krisis virus corona memiliki pernyataan yang berlainan dengan Presiden Trump.

Pence pada Kamis (5/3/2020) menyatakan tidak ada alat tes yang memadai di AS untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat. Tapi keesokan harinya, Trump justru mengatakan ada peralatan yang memadai untuk siapa saja yang membutuhkan.

"Itu menyebabkan kekhawatiran, kecemasan. Kalian tahu apa yang lebih buruk dari virus? Kepanikan, ketakutan, dan ketidakjelasan," ujar Cuomo.

Ada anggapan bahwa Pemerintah AS tidak sepenuhnya mempersiapkan dan mengelola berbagai macam aspek terkait kondisi medis dan informasi publik.

Baca juga: Mengapa Italia Memiliki Lebih Banyak Kasus Corona daripada Negara Eropa Lainnya?

Bekerja dari rumah

Marc Cenedella, pendiri dan kepala eksekutif situs pencarian pekerjaan The Ladders yang berbasis di New York mengatakan, sejumlah besar pekerja Kota New York, dari Wall Street ke Silicon Alley, dengan laptop dan telepon pintar dapat bekerja dari rumah untuk waktu yang lama. 

"Ini situasi yang berpotensi sangat serius. New York sangat rentan. Banyak orang masuk dan keluar dari New York untuk urusan bisnis dan pariwisata dan berisiko dikurung, atau semacam jam malam atau karantina karena virus corona," katanya seperti dikutip dari New York Post.

Cenedella mengatakan masih banyak yang tidak diketahui tentang penyebaran dan dampak ekonomi dari virus corona. Kondisi itu berpotensi menggusur jutaan pekerja di New York dan daerah lain.

"Kami sudah melihat dari luar negeri bahwa penyakit ini telah menyebabkan penutupan bisnis di area komersial, dan dalam beberapa kasus menyelesaikan penutupan," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com