Menurutnya, menyebarkan video tanpa diketahui sumber video itu sama dengan mengikuti genderang pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab alias pihak pertama yang menyebarkan.
"Banyak tujuan bagi orang yang pertama kali menyebarkan video, yakni sengaja membuat gaduh masyarakat," paparnya.
Ia juga mengungkapkan, penyebaran video lebih mudah karena adanya kehadiran media sosial.
Dengan narasi seperti itu, seolah-olah lokasi peristiwa pemukulan terjadi di Indonesia.
Selain itu, Susianah menjelaskan, beredarnya video kekerasan di sekolah merupakan warning bagi pihak sekolah agar melakukan pencegahan.
Sebab, kekerasan dapat terjadi jika ada pembiaran dari orang-orang di sekolah.
Oleh karena itu, pihak sekolah seharusnya melakukan pengawasan, misalnya dengan pemasangan CCTV, mengoptimalkan peran Bimbingan Konseling bagi anak yang bermasalah.
"Upaya pengawasan bisa juga dengan memaksimalkan kegiatan ekstra kurikuler sebagai media pertumbuhan minat dan bakat, deteksi dini potensi kekerasan di sekolah dan lainnya," imbuhnya.
Baca juga: Mengapa Kasus Kekerasan di Sekolah Taruna Masih Terjadi?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.