Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasien Virus Corona di AS Membaik setelah Diberi Obat Ini...

Kompas.com - 02/02/2020, 15:17 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Penggunaan obat produksi Gilead Science untuk pasien virus Corona dilaporkan telah dilakukan di Amerika Serikat.

Menurut keterangan dokter, pasien tersebut terlihat membaik dalam satu hari dan tidak memperlihatkan adanya efek samping.

Diketahui pasien pertama AS yang diberikan obat dari Gilead adalah seorang pria berusia 35 tahun yang positif terinfeksi virus corona dan telah dirawat di ruang isolasi di Medical Center Everett, Washington.

"Setahu saya ini adalah kasus pertama yang dilaporkan di dunia, ketika obat ini diterapakan kepada manusia untuk memerangi virus corona," kata Kepala Petugas Medis Jay Cook, dikutip dari SCMP (2/1/2020).

"Pada saat itu, kami merasakan manfaat penggunaan obat ini melebihi potensi risikonya dan kami telah memperoleh persetujuan," sambung Cook.

Baca juga: Virus Corona, Filipina Laporkan Korban Meninggal Pertama di Luar China

Masih Diuji

Hasil ini mendorong dokter untuk melakukan pengujian lebih lanjut terhadap obat tersebut.

Kendati demikian, praktik ini belum disetujui secara global dan belum terbukti aman atau efektif dalam penanganan virus corona.

Gilead Science merupakan perusahaan produksi obat untuk memerangi hepatitis C dan HIV.

Pihak Gilead Science mengatakan, saat ini bekerja sama dengan otoritas kesehatan global untuk menangani wabah virus corona.

Mereka juga tengah mempercepat pengujian di laboratorium untuk obat antivirus corona. Hingga Minggu (2/2/2020), virus corona telah menginfeksi hampir 15.000 orang.

Sementara itu, Direktur Penyakit Menular dan Profesor Pediatri Vanderbilt University School of Medicine Mark Denison mengatakan, riset praklinis antivirus dan senyawa NHC mampu menunjukkan kemampuan untuk melawan virus Corona dalam tubuh kelelawar, manusia, dan hewan yang terinveksi.

Baca juga: 245 WNI dari Wuhan Tiba di Indonesia, Ini Tahapan Evakuasi sampai Isolasi

Menggangu virus bermutasi

Bersama rekannya, Denison menemukan senyawa untuk menghalangi replikasi virus dengan mengganggu kemampuan mereka dalam bermutasi.

Menurut Denison, riset yang mereka lakukan menjanjikan terapi untuk infeksi yang disebabkan oleh SARS, virus hepatitis tikus dan virus kelelawar.

Ia meyakini bahwa senyawa itu juga akan efektif jika digunakan dalam penanganan virus corona.

Seperti diketahui, virus corona sejauh ini telah menginfeksi 14.562 orang dan membuat 305 orang meninggal dunia.

Tecatat sudah ada 25 negara yang mengkonfirmasi adanya kasus virus Corona.

Filipina bahkan telah mengumumkan satu pasien virus corona di negaranya telah meninggal, sekaligus menjadi kasus virus corona pertama di luar China yang meninggal dunia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Beli Pertalite di Batam Wajib Pakai Kartu 'Fuel Card' Mulai 1 Agustus

Beli Pertalite di Batam Wajib Pakai Kartu "Fuel Card" Mulai 1 Agustus

Tren
9 Fenomena Astronomi Mei 2024, Ada Hujan Meteor dan 'Flower Moon'

9 Fenomena Astronomi Mei 2024, Ada Hujan Meteor dan "Flower Moon"

Tren
Ramai soal Wilayah Indonesia Dilanda Suhu Panas di Awal Mei 2024, BMKG: Terjadi hingga Agustus

Ramai soal Wilayah Indonesia Dilanda Suhu Panas di Awal Mei 2024, BMKG: Terjadi hingga Agustus

Tren
Cerita Dante Lauretta yang Dibayar NASA Rp 16,2 Triliun untuk Cegah Asteroid Tabrak Bumi

Cerita Dante Lauretta yang Dibayar NASA Rp 16,2 Triliun untuk Cegah Asteroid Tabrak Bumi

Tren
Profil Calvin Verdonk dan Jens Raven, Calon Penggawa Timnas yang Jalani Proses Naturalisasi

Profil Calvin Verdonk dan Jens Raven, Calon Penggawa Timnas yang Jalani Proses Naturalisasi

Tren
Bisakah Suplemen Kesehatan Mencegah Kantuk Layaknya Kopi?

Bisakah Suplemen Kesehatan Mencegah Kantuk Layaknya Kopi?

Tren
Kasus Sangat Langka, Mata Seorang Wanita Alami Kebutaan Mendadak akibat Kanker Paru-paru

Kasus Sangat Langka, Mata Seorang Wanita Alami Kebutaan Mendadak akibat Kanker Paru-paru

Tren
Cara Buat Kartu Nikah Digital 2024 untuk Pengantin Lama dan Baru

Cara Buat Kartu Nikah Digital 2024 untuk Pengantin Lama dan Baru

Tren
Saat Warganet Soroti Kekayaan Dirjen Bea Cukai yang Mencapai Rp 51,8 Miliar...

Saat Warganet Soroti Kekayaan Dirjen Bea Cukai yang Mencapai Rp 51,8 Miliar...

Tren
Sejarah Tanggal 2 Mei Ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional

Sejarah Tanggal 2 Mei Ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional

Tren
7 Instansi yang Sudah Membuka Formasi untuk CASN 2024

7 Instansi yang Sudah Membuka Formasi untuk CASN 2024

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 2-3 Mei 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 2-3 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Daerah yang Merasakan Gempa Bandung M 4,2 | Madinah Banjir Setelah Hujan Turun 24 Jam

[POPULER TREN] Daerah yang Merasakan Gempa Bandung M 4,2 | Madinah Banjir Setelah Hujan Turun 24 Jam

Tren
Batal Menggagas Benaromologi

Batal Menggagas Benaromologi

Tren
Bukan Pluto, Ilmuwan Temukan Bukti Baru Adanya Planet Kesembilan dalam Tata Surya

Bukan Pluto, Ilmuwan Temukan Bukti Baru Adanya Planet Kesembilan dalam Tata Surya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com