Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Video Batu Empedu Diduga Boba, Ini Penjelasannya

Kompas.com - 23/01/2020, 18:37 WIB
Retia Kartika Dewi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah video menampilkan dokter tengah membedah kantong empedu yang berisi butiran-butiran hitam yang menyerupai boba viral di media sosial Twitter pada Jumat (17/1/2020).

Diketahui, video berdurasi 42 detik itu awalnya diunggah oleh akun Instagram @justageneralsurgeon dan diunggah kembali oleh akun Twitter Rifqa, @cikibols.

Selain itu, akun @cikibols menuliskan narasi yang mengaitkan butiran-butiran dalam empedu itu dengan boba, topping minuman yang sedang tren saat ini.

"Hayo siapa yang demen boba?," tulis @cikibols dalam twitnya.

Unggahan tersebut saat ini menjadi ramai, bahkan twit itu telah di-retwit sebanyak 7.400 kali dan disukai sebnayak 11.400 kali oleh pengguna Twitter lainnya.

Baca juga: Meski Kekinian, Ada Bahaya Mengintai dari Minuman Boba Bagi Tubuh Kita

Penjelasan dokter

Atas ramainya video itu, dokter spesialis penyakit dalam sekaligus Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Ari Fahrial Syam menegaskan bahwa yang di dalam kantung empedu tersebut bukanlah boba, melainkan batu empedu.

"Itu bukan boba itu batu kantung empedu," ujar Ari saat dihubungi Kompas.com, Kamis (23/1/2020).

Menurut Ari, batu kantung empedu termasuk salah satu gejala utama peradangan empedu.

Gejala tersebut dapat berupa nyeri perut yang teramat sangat, misal dengan tiba-tiba atau kronis.

Umumnya, pasien yang mengalami nyeri perut berasal dari lambung, namun hal itu bisa juga berasal dari pankreas dan organ lainnya.

"Nyeri perut bisa juga dari kantung empedu, liver, atau usus dua belas jari," kata dia.

Bahkan, nyeri perut yang timbul di ulu hati juga bisa berhubungan dengan serangan jantung dalam hal ini serangan jantung bagian bawah atau (infark miokard inferior).

Baca juga: Belajar dari Cecep Reza, Kenali Orang Berisiko Tinggi Penyakit Jantung

Batu empedu

Ari mengungkapkan nyeri ulu hati juga dapat disebabkan karena masalah di kantung empedu, seperti adanya batu pada kantung tersebut.

"Jika dianalisis lebih lanjut, batu kantung empedu terdiri dari batu kolesterol dan batu pigmen," katanya lagi.

Terkait gangguan ini, orang dengan batu empedu akan merasakan nyeri yang berlangsung beberapa saat dan berulang atau kolik bilier.

Biasanya nyeri tersebut dapat menjalar ke punggung belakang.

Sementara itu, peradangan pada kantung empedu (karena adanya batu empedu) yang berlangsung tiba-tiba atau akut, dapat merupakan ciri peradangan ringan atau peradangan berat.

"Pada kondisi yang berat, infeksi bisa saja selain mengenai kandungan empedu juga bisa mengenai pankreas, bahkan bisa terjadi infeksi luas dan sistemik yang dapat membahayakan jiwa," imbuh dia.

Baca juga: Mengenal EVALI, Penyakit Paru Misterius akibat Rokok Elektrik

Penyebab batu empedu

Sementara itu, Ari menjelaskan bahwa semakin tinggi umur maka semakin tinggi risiko terkena batu empedu.

Biasanya batu empedu mulai berisiko di usia 40 tahun.

"Risiko terjadinya batu kantung empedu antara lain obesitas, diabetes mellitus, pasien dengan sindrom metabolik yaitu dengan obesitas, kadar kolesterol HDL yang rendah, trigliserida yang tinggi, tekanan darah tinggi, dan gula darah tinggi," katanya lagi.

Tidak hanya itu, ada faktor lain yang dapat menyebabkan seseorang terkena batu kantung empedu, seperti memiliki riwayat keluarga dengan batu kantung empedu, diet tinggi lemak dan tinggi kolesterol dan rendah serat.

"Ternyata penurunan berat badan yang mendadak juga bisa menyebabkan terbentuknya batu kantung empedu," kata Ari.

Baca juga: Godfrey Gao Meninggal karena Gagal Jantung, Pahami Jenis Penyakit Ini

Pengobatan batu kantung empedu

Terkait pengobatan, pasien dengan peradangan batu kantung empedu dalam kategori ringan (tanpa keluhan) biasanya tidak perlu melakukan operasi.

Adapun pengobatan pada batu empedu yang tunggal dan kecil (diameter kurang dari 1,5 cm) cukup dengan diet dan obat-obatan.

Obat-obatan yang diberikan yaitu obat yang bekerja melarutkan batu kolesterol yaitu ursodeoxycholic acid (UDCA).

Pada umumnya obat ini diberikan selama 3 bulan.

Sementara, pada kasus peradangan batu empedu dengan kategori berat atau memerlukan operasi, saat ini sebagian besar RS menerapkan teknik laparaskopi untuk pengangkatan kantung empedu tersebut.

"Melalui teknik ini masa rawat menjadi pendek, komplikasi pasca-operasi menjadi minimal," imbuh dia.

Lebih lanjut, pihaknya juga mewanti-wanti bagi pasien yang sudah dioperasi kandung empedunya. Pasalnya dengan tidak menjaga asupan makanan maka bisa saja terbentuk pasir dan batu pada saluran empedunya walau kandung empedunya sudah diangkat.

Baca juga: Mengenal Penyakit Pneumonia dan Faktor Risikonya...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Situs Panganku.org Beralih Fungsi Jadi Judi Online, Kemenkes dan Kemenkominfo Buka Suara

Situs Panganku.org Beralih Fungsi Jadi Judi Online, Kemenkes dan Kemenkominfo Buka Suara

Tren
Kapan Pengumuman Hasil Tes Online 1 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Kapan Pengumuman Hasil Tes Online 1 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Tren
Ramai soal Surat Edaran Berisi Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik, Ini Kata DLH

Ramai soal Surat Edaran Berisi Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik, Ini Kata DLH

Tren
Saat Penyambut Tamu Acara Met Gala Dipecat karena Lebih Menonjol dari Kylie Jenner...

Saat Penyambut Tamu Acara Met Gala Dipecat karena Lebih Menonjol dari Kylie Jenner...

Tren
Kronologi dan Motif Ibu Racuni Anak Tiri di Rokan Hilir, Riau

Kronologi dan Motif Ibu Racuni Anak Tiri di Rokan Hilir, Riau

Tren
Rumah Sakit di Rafah Kehabisan Bahan Bakar, WHO: Penutupan Perbatasan Halangi Bantuan

Rumah Sakit di Rafah Kehabisan Bahan Bakar, WHO: Penutupan Perbatasan Halangi Bantuan

Tren
Cerita Rombongan Siswa SD 'Study Tour' Pakai Pesawat Garuda, Hasil Nabung 5 Tahun

Cerita Rombongan Siswa SD "Study Tour" Pakai Pesawat Garuda, Hasil Nabung 5 Tahun

Tren
Viral, Video Kucing Menggonggong Disebut karena 'Salah Asuhan', Ini Kata Ahli

Viral, Video Kucing Menggonggong Disebut karena "Salah Asuhan", Ini Kata Ahli

Tren
Seekor Kuda Terjebak di Atap Rumah Saat Banjir Melanda Brasil

Seekor Kuda Terjebak di Atap Rumah Saat Banjir Melanda Brasil

Tren
Link Live Streaming Indonesia vs Guinea U23 Kick Off Pukul 20.00 WIB

Link Live Streaming Indonesia vs Guinea U23 Kick Off Pukul 20.00 WIB

Tren
Prediksi Susunan Pemain Indonesia dan Guinea di Babak Play-off Olimpiade Paris

Prediksi Susunan Pemain Indonesia dan Guinea di Babak Play-off Olimpiade Paris

Tren
Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Tren
Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Tren
Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Tren
8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com