KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan menjadi salah satu perwakilan di World Economic Forum 2020.
Acara World Economic Forum 2020 yang diselenggarakan pada 20-25 januari 2020 tersebut dihadiri oleh sejumlah perwakilan negara dan pebisnis dari seluruh dunia.
Dalam kesempatan itu, Luhut bertemu dengan Axton Salim, Direktur Indofood dan Tommy Tjiptadjaja, penggagas ide plastik ramah lingkungan berbahan singkong.
Pertemuan itu diabadikannya dalam unggahan foto yang disertai dengan rekaman suara di akun Instagram Menkomarves, luhut.pandjaitan.
Dalam rekaman suara itu, Luhut mengatakan bahwa Indonesia menjadi leading dalam penanganan sampah.
"Di forum, Indonesia jadi leading dalam penanganan sampah dan itu akan membuat Indonesia tambah bagus. Tadi malam diapresiasi kerjaan mereka ini," tutur Luhut dalam rekaman yang diunggah melalui akun Instagramnya, Rabu (22/1/2020).
Baca juga: Luhut Rayu Investor Asing Ikut Danai Upaya RI Tekan Emisi Karbon
Lantas, siapa sosok Tommy Tjiptadjaja?
Dikutip dari data LinkedIn Tommy, ia merupakan lulusan University of Texas di bidang Manajemen Sistem Informasi tahun 2000.
Selanjutnya, ia melanjutkan pendidikannya ke University of Chicago Booth School of Business pada 2005 di bidang Strategi Manajemen dan Finansial.
Bersama dengan rekannya, Sugianto Tandio, Tommy mendapatkan program beasiswa World Economic Forum Harvard University dan Schwab Foundation pada tahun 2017.
Lulus dari Chicago, Tommy bekerja di sejumlah perusahaan ternama, seperti The Boston Consulting Group pada 2007-2011.
Setelah melalang buana di Amerika Serikat dan Eropa selama 10 tahun, Tommy memilih untuk pulang dan bermimpi membangun Indonesia.
Baca juga: Dukung Go Green, Naga Komodo Hadirkan Peralatan Rumah Tangga Ramah Lingkungan
Saat ini, Tommy menjadi CoFounder dan CEO Greenhope, perusahaan penghasil material oxium (katalis plastik biodegradable) dan bioplastik.
Greenhope berambisi besar untuk mengembangkan plastik alternatif yang ramah lingkungan.
Salah satu produknya adalah ecoplas yang terbuat dari polimer biologis dari tapioka.
Produk tersebut bahkan telah mengantongi ASTM D6954 serta paten di Amerika Serikat, Singapura, dan Indonesia, seperti dikutip dari Harian Kompas, 10 Juli 2019.
ASTM D6954 adalah standar internasional pengujian plastik terdegradasi di lingkungan dengan kombinasi oksidasi dan biodegradasi.
Kendati demikian, produk ecolas itu tak banyak dilirik oleh konsumen karena harganya yang lebih mahal.
Mahalnya harga ecoplas sendiri disebabkan karena biaya produksi yang memakan biaya dua kali lipat lebih besar dibandingkan plastik biasa.
Baca juga: Sebelum Ciptakan Rumah Ramah Lingkungan, Simak 3 Tips Ini!
Selain menjadi CEO Greenhope, Tommy juga menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Masyarakat dan Industri Hijau Indonesia.
Beberapa penghargaan pun berhasil diraihnya. Pada 2013, Tommy memenangkan penghargaan "Social Enterpreneur Award" dari Schwab Foundation, bersama dengan rekannya Tandio.
Ia juga pernah menyabet penghargaan Sustainable Bussiness Awards Indonesia pada 2017, melalui perusahaan Greenhope yang didirikannya.
Di tahun 2018, nama Tommy masuk ke dalam daftar Top 100 pemimpin visioner yang dikeluarkan oleh majalah Real Reader.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.