Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antraks Menyebar di Gunungkidul, Ini Penyebab, Gejala dan Pencegahannya

Kompas.com - 17/01/2020, 18:00 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul mencatat adanya puluhan warga yang terjangkit antraks.

Berdasarkan hasil penelitian dari Balai Besar Penelitian Veteriner (BBVET), ternak dan tanah di wilayah Dusun Ngrejek Wetan, Desa Gombang, Gunungkidul positif antraks. 

Dari seluruh temuan warga yang terpapar antraks di wilayah tersebut, dugaan gejala klinis terjadi pada 87 orang. Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, 27 warga dinyatakan positif antraks.

Melihat kondisi tersebut, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul menekankan agar masyarakat tidak menyembelih hewan yang mati atau sakit. 

Apa sebenarnya penyakit antraks?

Antraks adalah penyakit menular serius yang disebabkan oleh mikroba Bacillus anthracis. Mikroba ini terdapat di tanah.

Sebelumnya, antraks dikenal secara luas pada tahun 2001 saat digunakan sebagai senjata biologis. Saat itu, bubuk spora antraks dikirimkan melalui surat pos AS.

Serangan antraks ini kemudian menyebabkan lima kematian dan 17 kasus penyakit. Peristiwa ini pun menjadi salah satu serangan biologis terburuk dalam sejarah AS.

Baca juga: Cegah Penyebaran Antraks, Pemkab Gunungkidul Akan Beli Ternak yang Mati

Penyebab

Melansir Healthline, seseorang dapat terjangkit antraks melalui kontak langsung ataupun tidak langsung. Misalnya melalui sentuhan, hirupan, atau mencerna spora antraks.

Ketika spora antraks telah ada di dalam tubuh dan teraktivasi, bakteri akan membelah diri, menyebar, dan memproduksi toksin atau racun. 

Manusia dapat terjangkit antraks melalui hewan, yaitu apabila mengalami hal-hal berikut:

  • Terpapar hewan yang terinfeksi
  • Terpapar produk yang berasal dari hewan yang terinfeksi, seperti wol atau kulit
  • Menghirup spora, biasanya selama pemrosesan produk hewan yang terkontaminasi (antraks pernapasan)
  • Konsumsi daging tidak matang dari hewan yang terinfeksi (antraks pencernaan)

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengungkapkan bahwa antraks adalah salah satu spora yang paling mungkin digunakan dalam serangan biologis. Sebab, antraks mudah untuk disebarkan dan dapat menyebabkan penyakit secara luas hingga kematian.

Gejala

Gejala antraks bergantung pada jenisnya. Berikut adalah gejala yang dapat dilihat pada masing-masing jenis.

  1. Antraks Kulit
    Antraks kulit adalah antraks yang terjadi melalui kontak dengan kulit. Jika kulit mengalami kontak dengan antraks, seseorang akan mengalami benjolan atau luka kulit yang kecil dan gatal. Biasanya, gejala ini terlihat seperti gigitan serangga.
    Luka tersebut dengan cepat akan berubah menjadi lepuh. Luka menjadi borok kulit dengan warna hitam di tengahnya dan tidak menyebabkan sakit.
    Gejala ini biasanya berkembang dalam satu hingga lima hari setelah paparan. 
  2. Antraks Pernapasan
    Orang yang menghirup antraks biasanya mengalami gejala dalam satu minggu. Akan tetapi, gejala dapat berkembang dengan cepat selama dua hari setelah paparan dan hingga 45 hari setelah paparan.
    Gejala antraks pernapasan dapat termasuk gejala pilek, radang tenggorokan, demam, nyeri otot, batuk, napas pendek, kelelahan, gemetar, menggigil, dan muntah. 
  3. Antraks pencernaan
    Gejala antraks pencernaan biasanya berkembang dalam waktu seminggu setelah paparan.
    Adapun gejala antraks pencernaan di antaranya adalah demam, kehilangan nafsu makan, mual, sakit perut parah, pembengkakan pada leher, hingga diare berdarah.

Baca juga: Puluhan Orang di Gunungkidul Positif Antraks

Pengobatan

Pengobatan terhadap antraks bergantung pada berkembang tidaknya gejala. Jika seseorang terpapar antraks, tetapi tidak menunjukkan gejala, dapat dimulai perawatan pencegahan.

Pengobatan pencegahan terdiri atas antibiotik dan vaksin antraks.

Jika seseorang terpapar antraks dan menunjukkan gejala, dokter akan menggunakan antibiotik untuk 60 hari hingga 100 hari. 

Sementara, tingkat keberhasilan pengobatan bergantung pada faktor usia, kondisi kesehatan penderitan, dan luas bagian tubuh yang terinfeksi. 

Apabila tidak ditangani dengan cepat, antraks dapat menyebabkan komplikasi serius seperti peradangan otak dan tulang belakang (meningitis).

Baca juga: Waspada Antraks, Kenali Penularan, Gejala, hingga Pencegahannya

Pencegahan

Risiko antraks dapat dikurangi dengan meminimalisir faktor-faktor penularan antraks. Adapun hal-hal yang dapat dilakukan di antaranya adalah:

  • Menjalani vaksinasi antraks
  • Memastikan daging telah matang sebelum dikonsumsi
  • Menghindari kontak dengan binatang yang terinfeksi antraks
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com