Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain Qasem Soleimani, AS Juga Targetkan Jenderal Militer Kedua Iran

Kompas.com - 12/01/2020, 18:06 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Selain menyasar Qasem Soleimani, pasukan militer Amerika Serikat (AS) ternyata juga menargetkan Abdul Reza Shahlai, komandan tinggi kedua Pasukan Garda Revolusi Iran pada Jumat (3/1/2020).

Dikutip dari ABC, para pejabat mengatakan bahwa serangan udara yang menargetkan Shahlai tersebut tidak berhasil.

Kendati demikian, Pentagon menolak membahas operasi yang sangat rahasia itu.

"Kami telah melihat laporan serangan udara 2 Januari di Yaman, tempat yang dianggap aman bagi teroris dan musuh AS lainnya," kata Rebecca Rebarich, Juru Bicara Pentagon.

"Departemen Pertahanan tidak membahas dugaan operasi di wilayah itu," sambungnya.

Sementara itu, Departemen Keuangan AS mengatakan, Shahlai saat ini berbasis di Yaman dan dicap memiliki sejarah panjang dalam menargetkan AS dan sekutunya.

Termasuk di antaranya adalah pembunuhan terhadap pasukan koalisi AS di Irak.

AS menuduh Shahlai merencanakan pembunuhan kedutaan besar Arab Saudi untuk AS di sebuah kafe pada 2011 silam.

"Shahlai menyetujui anggaran sebesar 5 juta dollar AS untuh merekrut sejumlah orang dalam menjalankan misi tersebut," kata Departemen Keuangan AS.

Baca juga: Iran, Amerika Serikat, dan Potensi Perang Dunia Ketiga...

Misi Pembunuhan

Para pejabat mengatakan, baik Jenderal Qasem maupun Shahlai, keduanya masuk dalam daftar penargetan militer yang telah disetujui.

Kegagalan misi pembunuhan Shahlai mengindikasikan adanya operasi militer yang lebih luas daripada yang dijelaskan sebelumnya.

Operasi tersebut menimbulkan pertanyaan apakah misi itu dirancang untuk melumpuhkan kepemimpinan Pasukan Garda Revolusi Iran atau hanya semata-mata mencegah serangan terhadap AS.

Trump pun mendapat kecaman dari kubu Demokrat dan dua orang Republikan di Kongres atas keputusannya itu.

Operasi militer AS di Yaman memang banyak diselimuti kerahasiaan.

Para pejabat AS mengatakan, operasi terhadap Shahlai bersifat sangat rahasia dan banyak yang menolak untuk menjelaskan secara rinci, selain operasi itu tidak berhasil.

Sebelumnya, Jenderal top Iran sekaligus pemimpin pasukan al-Quds Iran Qasem Soleimani tewas akibat serangan udara yang dilancarkan oleh AS, Jumat (3/1/2020) di Bandara Internasional Baghdad, Irak.

Operasi pembunuhan itu memantik kekhawatiran akan munculnya perang Iran-AS di kawasan Timur Tengah.

Setelah Iran melakukan aksi balasan pada Rabu (8/1/2020) pada markas militer AS di Irak, AS kemudian menarik diri dari peluang perang dengan Iran.

Baca juga: Mengenal MQ-9 Reaper, Drone Pembunuh Jenderal Iran Qasem Soleimani

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Minum Teh Setelah Makan?

Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Minum Teh Setelah Makan?

Tren
Daftar Nama 11 Korban Meninggal Dunia Kecelakaan Bus di Subang

Daftar Nama 11 Korban Meninggal Dunia Kecelakaan Bus di Subang

Tren
Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik Warga, Begini Solusinya

Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik Warga, Begini Solusinya

Tren
Kapan Waktu Terbaik Minum Vitamin?

Kapan Waktu Terbaik Minum Vitamin?

Tren
Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Tren
Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Tren
Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Tren
Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Tren
Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni 'Atlantis yang Hilang' di Lepas Pantai Australia

Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni "Atlantis yang Hilang" di Lepas Pantai Australia

Tren
4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

Tren
Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Tren
Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Tren
8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

Tren
2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com