"Sebagaian besar gempa dan tsunami di Sulawesi dipicu oleh aktivitas sesar aktif, bukan aktivitas zona megathrust," papar Daryono.
Ia menuturkan, dari 24 kali tsunami di Sulawesi, 4 kali di antaranya dipicu oleh megathrust Sulawesi bagian utara, yaitu
Terkait pemberitaan viral yang menyebutkan di Selat Makassar terdapat zona megathrust dan mampu memicu gempa besar, dapat dipastikan tidak benar.
Daryono memaparkan, megathrust merupakan istilah untuk menyebut sumber gempa di zona penunjaman lempeng, tepatnya jalur subduksi landai dan dangkal.
Di Selat Makassar, lanjut dia, tak ada aktivitas penunjaman lempeng atau pate subduction, namun yang ada adalah sumber gempa Makassar Strait Thrust yang berarti sesar naik Selat Makassar.
"Sulawesi memang rawan gempa, mengingat wilayahnya banyak terdapat sumber gempa," papar Daryono.
Maka ia menilai, potensi gempa harus disampaikan kepada masyarakat apa adanya, sesuai fakta tidak berlebihan, hingga dapat menimbulkan kecemasan di masyarakat.
"Semua informasi terkait potensi gempa dan tsunami harus direspon dengan langkah nyata dengan upaya memperkuat mitigasi guna meminimalkan dampak," tuturnya.
Daryono menambahkan, meskipun tinggal di daerah rawan gempa menurutnya hal tersebut tidak menjadi soal.
"Karena yang paling penting dan harus dibangun adalah mitigasinya, kesiapsiagaannya, kapasitas stakeholder dan masyarakat, serta menyiapkan infrastrukturnya yang tahan gempa," pungkasnya.
Baca juga: Berkaca dari Gempa Ambon, Ini yang Harus Dilakukan Ketika Terjadi Gempa Bumi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.