Meski begitu, kemungkinan muncul awan stratus ini bisa terjadi di mana saja baik siang hari maupun malam hari.
Baca juga: Fenomena Topi Awan yang Terjadi Serentak di 4 Gunung, Ada Apa?
Sementara itu, penjelasan terkait fenomena awan stratus ini juga dibenarkan oleh astronom amatir, Marufin Sudibyo, melalui Citra Satelit.
Ia menegaskan bahwa awan tersebut bukanlah awan Cumulonimbus yang menjadi sumber hujan deras.
"Kalau berdasarkan Citra Satelit, memang ada tutupan awan di Selayar kemarin. Tapi bukan awan Cumulonimbus yang menjadi sumber hujan deras/badai," ujar Marufin saat dihubungi terpisah, Kamis (9/1/2020).
Marufin menyampaikan, jika melihat penampakan dalam unggahan itu, awan tersebut termasuk ciri khas awan stratocumulus.
Menurutnya, awan stratocumulus yang terbentuk akibat gabungan antara awan stratus (awan berketinggian menengah dengan ciri khas nampak berlapis-lapis) dan awan cumulus (awan berketinggian rendah dengan ciri khas bergumpal-gumpal).
"Jadi, ini awan dengan dasar rendah dan puncak menengah bisa mendatangkan hujan tapi bukan hujan deras atau badai," ujar Marufin.
Terkait kemunculan awan ini, Marufin mengungkapkan, awan sejenis stratocumulus biasa dijumpai di tempat lain, terutama di saat musim hujan.
Baca juga: Keluarkan Awan Panas, Ini Letusan-Letusan Besar yang Pernah Terjadi di Merapi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.