Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Riau, Terkepung Asap Saat Kemarau, Terendam Banjir Saat Musim Hujan

Kompas.com - 16/12/2019, 13:21 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Provinsi Riau kini kembali menjadi perhatian. Tak lama setelah asap hilang, kini warganya berhadapan dengan kepungan banjir.

Pada September 2019, Riau terkepung asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kebakaran (KLHK), kebakaran hutan di Riau pada 2019 ini mencapai 76.267 hektar.

Angka tersebut dua kali lebih besar jika dibandingkan luas kebakaran hutan pada 2018 yang mencapai 37.236 hektar.

Saat terjadi kebakaran hutan, Riau telah menetapkan status siaga darurat kebakaran sejak 19 Februari 2019 hingga 31 Oktober 2019.

Artinya, kebakaran hutan di Riau sudah dimulai tak lama setelah musim hujan berlalu.

Kualitas udara yang tidak sehat mengakibatkan banyak warga Riau terserang penyakit pernapasan.

Pada September lalu, BNPB mencatat ada 275.793 orang menderita penyakit ISPA.

Baca juga: BNPB Jadikan Kabupaten Ogan Ilir Pilot Project Wilayah Pemulihan Pasca-Karhutla

Gubernur Riau Syamsuar, yang baru dilantik pada Februari 2019, juga tak luput dari sorotan publik.

Kala itu, ia justru bertolak ke Thailand di tengah kebakaran hutan yang melanda wilayahnya.

Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo turut berkomentar. Ia mengatakan, aalih-alih meninggalkan Riau, seharusnya Syamsuar berempati atas penderitaan rakyatnya.

"Harusnya dia punya empati, sensitivitaslah. Masyarakat lagi menderita, ya ditunda kalau hanya sedekar lihat pameran," ujar Tjahjo, seperti dikutip dari pemberitaan Kompas.com (16/12/2019).

Banjir rendam 5 kabupaten

Kini, derita warga pun masih berlanjut. Tercatat ada lima kabupaten di Riau yang terendam banjir.

Kelima kabupaten itu adalah Kampar, Rokan Hulu, Kuantan Singingi, Rokan Hilir, dan Pelalawan.

Akibatnya, ribuan rumah warga, sekolah, rumah ibadah, kantor pemerintahan, hingga perkebunan terendam terendam banjir.

Seorang bocah berusia enam tahun dilaporkan meninggal dunia karena tenggelam di Dusun Pelanduk, Kelurahan Kota Lama, Kecamatan Kunto Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu.

Baca juga: Cerita Korban Banjir Kampar, Panik Saat Tengah Malam hingga Menahan Lapar

Korban tenggelam akibat terpeleset ketika bermain air banjir luapan sungai dan terbawa arus.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau Edward Sanger mengatakan, banjir tersebut karena luapan beberapa aliran sungai.

"Salah satunya di Kabupaten Kampar, yakni aliran Sungai Kampar meluap setelah dibukanya lima pintu waduk PLTA Koto Panjang," kata Edward, dikutip dari pemberitaan Kompas.com (13/12/2019).

Potensi banjir masih akan terus mengancam wilayah itu, mengingat luapan air Sungai Kampar Kanan masih bertambah tinggi.

(Sumber: Kompas.com/Idon Tanjung/Rakhmat Nur Hakim/Fitria Chusna Farisa | Editor: Teuku Muhammad Valdy Arief/Abba Gabrillin/Bayu Galih/Icha Rastika).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

Tren
Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Tren
Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Tren
Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Tren
Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Tren
Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Tren
Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Tren
La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

Tren
Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Tren
Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Tren
Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Tren
Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com