Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Prediksi Gletser di Dunia Akan Mencair, Pertama di Puncak Jaya Papua

Kompas.com - 15/12/2019, 07:40 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Dampak pencairan gletser

Pencairan gletser adalah penyebab utama dari kenaikan permukaan laut.

Menurut Profesor Thompson, gletser di puncak gunung seluruh dunia berkontribusi sekitar sepertiga hingga setengah dari jumlah total kenaikan permukaan laut tahunan saat ini di lautan Bumi.

Perubahan iklim telah meningkatkan suhu atmosfer, yang menyebabkan udara di sekitar gletser pun menghangat.

Selain itu, mengubah ketinggian tempat di mana hujan berubah menjadi salju. Artinya, ketika salju jatuh di puncak gletser, akan membantu kembali membangun es dari tahun ke tahun.

Sementara, saat ini, justru hujan yang turun. Air menyerap lebih banyak energi dan lebih banyak panas dari matahari daripada salju.

Oleh karena itu, peningkatan jumlah air di atas gletser akan semakin menghangatkan gletser dan mempercepat pencairan es yang tersisa.

"Air pada dasarnya seperti bor air panas bagi gletser. Ia menembus es ke batuan dasar. Jadi, ketika air menumpuk di atas gletser, ia akan meleleh lebih cepat," kata Profesor Thompson.

Ketika air mulai mengalir melalui celah-celah gletser menuju batuan dasar, akan mulai melelehkan gletser di sepanjang dasarnya.

Pada akhirnya, kondisi ini memunculkan suhu hangat tersendiri yang menyebabkan gletser meluncur, sangat lambat, menuruni gunung ke ketinggian yang lebih rendah di mana suhu lebih hangat.

Sama dengan kasus gletser ini, para peneliti juga menemukan hal yang sama pada pengeboran pertama tahun 2010.

Inti es yang mereka bawa ke permukaan menunjukkan adanya air lelehan di dasar gletser dan di bagian atas gletser.

Pencairan yang terjadi memengaruhi informasi yang dapat dipelajari oleh para peneliti dari inti es tersebut.

Biasanya, peneliti dapat memperoleh catatan data tahunan dari iklim di sekitar gletser.

Namun, ketika gletser mencair, catatan-catatan tersebut menjadi kabur. Dalam hal ini, inti es masih menunjukkan bukti terjadinya El Nino sepanjang sejarah inti es.

Profesor Thompson juga mengungkapkan, hilangnya gletser merupakan kerugian budaya.

Ketika timnya melakukan pengeboran pada tahun 2010, sejumlah tetua adat memprotes.

Kondisi ini pun memunculkan debat di antara masyarakat adat, yang menimbang apakah tim ekspedisi diizinkan melanjutkan penelitiannya untuk mempelajari sejarah yang terkandung di dalam es, atau membiarkan gletser tidak terganggu.

Setelah itu, Profesor Thompson mengatakan, para tetua bersepakat menolak para peneliti. Sementara, para pemuda menginginkan misi tersebut berlanjut.

Para pemuda kemudian menang dan membiarkan para peneliti melanjutkan penelitiannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com