Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Refleksi dari Meninggalnya Bayi 40 Hari karena Tersedak Pisang yang Diberi Ibunya...

Kompas.com - 12/12/2019, 18:56 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Seorang bayi perempuan berinisial AH yang masih berusia 40 hari meninggal dunia akibat tersedak pisang saat disuapi oleh ibunya.

Bayi tersebut meninggal pada Minggu (8/12/2019) dini hari setelah sempat dibawa ke Puskesmas Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

Ibu sang bayi, YS (27), mengaku memberikan sedikit potongan pisang kepada AH.

Ia tidak menduga apa yang dilakukannya justru membuat putrinya meninggal dunia.

YS mengaku tak hanya memberikan ke AH, tetapi juga ke kembarannya. Namun, kembaran AH tidak mengalami masalah apa pun.

Peristiwa ini memunculkan keprihatinan dan menyayangkan hal ini.

Baca juga: Bayi 40 Hari Meninggal Tersedak Pisang, Kenali Fase Pemberian MPASI

Bayi seusia itu tak seharusnya diberikan makanan lain selain air susu ibu (ASI).

Apa pelajaran dan refleksi yang bisa diambil terkait peristiwa ini?

Ketua Umum Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Nia Umar menyatakan prihatin dan sangat menyayangkan terjadinya peristiwa tersebut.

“Ini suatu pukulan tersendiri buat kita semua. Bagaimana seorang ibu bisa tidak tahu memberikan MPASI terlalu dini bisa seberbahaya itu,” kata Nia saat dihubungi Kompas.com, Senin (12/12/2019).

Pasalnya, kejadian tersebut terjadi di kota besar yang seharusnya fasilitas tenaga kesehatan dan akses informasi mengenai apa yang boleh dan tidak boleh diberikan kepada bayi seharusnya sudah didapatkan ketika ibu selesai persalinan.

Baca juga: Fakta Kematian Bayi 40 Hari karena Tersedak Potongan Kecil Pisang

“Seharusnya ketika ibu keluar rumah sakit, sudah tahu misal cara menyusui yang baik gimana, cara menyusui gimana, boleh dikasih apa saja? Padahal harus tahu bayi eksklusif 6 bulan ASI. Sepertinya informasi tersebut tak tersampaikan dengan baik,” kata dia.

Menurut Nia, perihal ibu menyusui seharusnya bukan hanya tanggung jawab sang ibu, tetapi juga tanggung jawab suami sebagai ayah, tenaga kesehatan, fasilitas kesehatan, dan pemerintah.

Terkait kejadian yang menimpa AH, kata dia, tak bisa serta merta hanya menyalahkan si ibu.

Nia mengatakan, setiap ibu hamil seharusnya sudah memahami informasi terkait menyusui saat dia hamil.

Informasi itu, salah satunya, ketika bayi menangis tidak selalu berarti bahwa ia kekurangan ASI.

Selain itu, informasi lain yang harus dipahami adalah cara payudara bekerja, mengenali posisi menyusui yang baik, dan mengerti bahwa menyusui itu butuh proses agar ASI bisa memenuhi dan sesuai permintaan bayi.

“ASI itu baru keluar setetes, baru bertambah pelan-pelan beberapa hari kemudian. Informasi ini kelihatannya tak tersampaikan dengan baik ke ibu. Sehingga dia berasumsi si anak mesti dikasih ini biar enggak menangis,” ujar Nia.

Baca juga: Kepada Polisi, Ibu di Kedoya Mengaku Tak Tahu Bayi Berusia 40 Hari Belum Bisa Mencerna Pisang

Belajar dari apa yang terjadi pada YS dan bayi AH, Nia mengimbau kepada para ibu hamil untuk memperbanyak pengetahuannya selama kehamilan.

Salah satunya dengan dengan bergabung grup pendukung ibu menyusui seperti AIMI, dan memperbanyak membaca.

Bisa juga bertanya ke bidan maupun mendatangi fasilitas kesehatan lain untuk meminta info sebanyak-banyaknya.

Nia berpesan, seorang ibu harus proaktif, dan sebaiknya tak lelah untuk terus belajar.

“Jadi orangtua pun perlu belajar, dan harus belajar karena juga harus jadi guru anak-anak kita,” kata Nia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Sumur Tua Berusia 3.000 Tahun Ditemukan di Jerman, Simpan 'Harta Karun'

Sumur Tua Berusia 3.000 Tahun Ditemukan di Jerman, Simpan 'Harta Karun'

Tren
Gempa Berkekuatan M 4,2 Guncang Bandung, Ini Daerah yang Merasakan

Gempa Berkekuatan M 4,2 Guncang Bandung, Ini Daerah yang Merasakan

Tren
Gempa Berkekuatan M 4,2 Guncang Kabupaten Bandung, Jawa Barat

Gempa Berkekuatan M 4,2 Guncang Kabupaten Bandung, Jawa Barat

Tren
Berapa Kali BPJS Kesehatan Bisa Digunakan untuk Mengakses Layanan Rumah Sakit dalam Sehari?

Berapa Kali BPJS Kesehatan Bisa Digunakan untuk Mengakses Layanan Rumah Sakit dalam Sehari?

Tren
Mengintip Surat Terakhir George Mallory, Ditulis 100 Tahun Lalu Sebelum 'Ditelan' Everest

Mengintip Surat Terakhir George Mallory, Ditulis 100 Tahun Lalu Sebelum "Ditelan" Everest

Tren
Resmi, Inilah Harga BBM Pertamina per 1 Mei 2024

Resmi, Inilah Harga BBM Pertamina per 1 Mei 2024

Tren
Kisah Petugas Kebersihan Pesawat Jadi Pilot di Nigeria, Penantian 24 Tahun Terwujud

Kisah Petugas Kebersihan Pesawat Jadi Pilot di Nigeria, Penantian 24 Tahun Terwujud

Tren
Menakar Peluang Indonesia Vs Irak pada Perebutan Peringkat Ketiga Piala Asia U23 2024...

Menakar Peluang Indonesia Vs Irak pada Perebutan Peringkat Ketiga Piala Asia U23 2024...

Tren
Amankah Berolahraga Saat Perut Kosong? Kenali Potensi Risikonya Berikut Ini

Amankah Berolahraga Saat Perut Kosong? Kenali Potensi Risikonya Berikut Ini

Tren
Arab Saudi Dilanda Hujan Lebat, Banjir Menerjang Madinah

Arab Saudi Dilanda Hujan Lebat, Banjir Menerjang Madinah

Tren
Aliran Uang Kementan untuk Kebutuhan Pribadi SYL, dari Sunat Cucu hingga Hadiahi Mobil Anak

Aliran Uang Kementan untuk Kebutuhan Pribadi SYL, dari Sunat Cucu hingga Hadiahi Mobil Anak

Tren
45 Kata-kata Selamat Hari Buruh 2024, Bakar Semangat Para Pekerja

45 Kata-kata Selamat Hari Buruh 2024, Bakar Semangat Para Pekerja

Tren
Mengapa 1 Mei Diperingati sebagai Hari Buruh Internasional? Berikut Latar Belakangnya

Mengapa 1 Mei Diperingati sebagai Hari Buruh Internasional? Berikut Latar Belakangnya

Tren
4 Suplemen untuk Menambah Nafsu Makan, Apa Saja?

4 Suplemen untuk Menambah Nafsu Makan, Apa Saja?

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 1-2 Mei 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 1-2 Mei 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com