Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teror Ular Kobra Masuk Permukiman di Sejumlah Daerah, Ahli Sebut Wajar

Kompas.com - 09/12/2019, 06:29 WIB
Nur Rohmi Aida,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

Adapun ciri telur-telur kobraadalah berwarna putih, berbentuk lonjong, dan memiliki cangkang yang keras dengan ukuran bervariasi tergantung dari induknya.

Saat ditanya, mungkinkah masuknya ular-ular ini terkait dengan adanya kerusakan lingkungan, dirinya menjelaskan hal tersebut tidak bisa dikaitkan secara langsung.

“Kita nggak bisa lihat itu pada konteks kerusakan lingkungan kemudian ular kemana-mana. Yang perlu kita pelajari, kobra atau jenis-jenis ular lain kan bisa survive pada lokasi tertentu,” jelasnya.

Ia mengatakan, kobra justru tidak banyak ditemukan di hutan primer, akan tetapi justru banyak ditemukan di habitat terbuka seperti persawahan.

“Kenapa? Bisa jadi karna perubahan. Perubahan habitat di Jawa itu kan bukan bilang 10-20 tahun terakhir, tapi 200-300 tahun yang lalu,” kata dia.

Sejak 200-300 tahun lalu nenek moyang sudah membuka lahan untuk bercocok tanam. Jawa yang memiliki tanah yang subur merupakan habitat asli kobra.

Baca juga: Kobra Terus Bermunculan di Gunungkidul, Wakil Bupati Imbau Warga Tenang

Ia bisa survive ketika lahan dibuka sejak ratusan tahun lalu karena lahan pertanian adalah lokasi yang ideal bagi para kobra.  Di mana persawahan terdapat tikus yang merupakan mangsa yang pas.

Keberadaan lahan pertanian membantu manusia bisa survive, namun di satu sisi ularpun juga survive meskipun tidak semua jenis ular.

“Transformasi habitat mungkin membuat jenis-jenis tertentu bisa survive sehingga jumlah mereka naik. Mungkin yang lain hilang. Kita tak bilang itu kerusakan lingkungan,” kata dia.

Amir juga menjelaskan hewan ini meski sudah banyak yang ditangkap kenyataannya terus ada karena memang habitatnya yang sesuai.

Kobra sendiri diterangkan Amir merupakan salah satu satwa liar yang diijinkan untuk bisa dimanfaatkan guna keperluan ekspor.

Ia masuk ke dalam kategori Appendiks II cites. Yakni pemanfaatannya diijinkan menurut perundang-undangan akan tetapi memiliki kuota tertentu agar jumlahnya tetap lestari.

“Cites konfrensi internasional mengawasi, memonitor, mengevaluasi peredaran tumbuhan dan satwa liar secara internasional antar bangsa sehingga negara yang ekspor harus melaporkan,” kata dia.

Baca juga: Setelah 5 Jam Mencari, Petugas Damkar Gagal Tangkap Ular Kobra yang Resahkan Warga Ciracas

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pajak Makanan Dibayar Restoran atau Pembeli? Ini Penjelasan Ekonom

Pajak Makanan Dibayar Restoran atau Pembeli? Ini Penjelasan Ekonom

Tren
Alasan Komisi X soal Anggota DPR Dapat Kuota KIP Kuliah

Alasan Komisi X soal Anggota DPR Dapat Kuota KIP Kuliah

Tren
Kebun Binatang di China Ubah Anjing Menyerupai Panda, Tuai Kecaman Pengunjung

Kebun Binatang di China Ubah Anjing Menyerupai Panda, Tuai Kecaman Pengunjung

Tren
Buntut Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Kemenhub Tuntut ASN Jaga Etika

Buntut Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Kemenhub Tuntut ASN Jaga Etika

Tren
Pekerjaan untuk Juru Parkir Liar Minimarket

Pekerjaan untuk Juru Parkir Liar Minimarket

Tren
Benarkah Kenaikan UKT Belakangan karena Campur Tangan Pemerintah?

Benarkah Kenaikan UKT Belakangan karena Campur Tangan Pemerintah?

Tren
Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

Tren
Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Tren
Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli 'Cash', Ini Faktanya

Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli "Cash", Ini Faktanya

Tren
Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Tren
Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Tren
Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Tren
Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com