Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mimpi Buruk Pemanasan Global (5): Keruntuhan Ekonomi, Perang, dan Mafia

Kompas.com - 08/12/2019, 20:00 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

Tulisan ini adalah lanjutan dari tulisan keempat, Mimpi Buruk Pemanasan Global (4): Panas Sekarang Belum Ada Apa-apanya.

KOMPAS.com - Selama dua dekade terakhir, istilah neoliberalisme atau neolib telah jadi kata kotor yang dilempar-lempar saat pemilu.

Namun sebelum itu, neolib adalah paham yang digaungkan sebagai puncak perekonomian di dunia barat.

Neolib mengutamakan privatisasi aset, deregulasi, pajak yang ramah bagi korporasi, dan iklim perdagangan yang bebas.

Selama lima puluh tahun, neolib dijual sebagai janji pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kualitas hidup manusia.

Namun pertumbuhan ekonomi yang dijanjikan, kini membawa petaka bagi manusia.

Baca juga: Tuhan, Rakyat, dan Neolib, Jurus Ampuh untuk Tarik Simpati

Hutan ditukar dengan permukiman. Udara bersih ditukar dengan kenyamanan berkendara. Air bersih ditukar dengan operasional pabrik-pabrik yang menyediakan pakaian bermerek bagi kita.

Dikutip dari The Uninhabitable Earth: Life After Warming (2019), sejumlah sejarawan dan ekonom tengah mempelajari apa yang disebut dengan "kapitalisme fosil".

Dugaannya, pertumbuhan ekonomi yang dimulai sejak abad ke-18, bukan semata hasil dari inovasi atau perdagangan bebas.

Masifnya pertumbuhan ekonomi, industrialisasi, dan modernisasi yang kita nikmati sekarang, adalah berkat penemuan cara mengekstraksi fosil menjadi bahan bakar.

Baca juga: Akankah Indonesia Terus Bertahan dengan Bahan Bakar Fosil?

Bahan bakar fosil, mulai dari minyak, batu bara, hingga gas alam, mendorong diciptakannya mesin-mesin penghasil emisi karbon. Mulai dari mobil hingga pembangkit listrik.

Pada akhirnya rugi

Pertumbuhan ekonomi pada akhirnya berimbas pada kerusakan lingkungan. Saat ini, sudah kita rasakan bencana akibat perubahan iklim datang semakin sering dan semakin parah.

Bencana-bencana itu tentunya menimbulkan kerugian yang tak kecil, baik yang ternilai maupun yang tidak. Berapa kira-kira dampak ekonomi yang harus kita tanggung?

Ekonom yang berfokus pada pemanasan global, Solomon Hsiang; Marshall Burke; dan Edward Miguel, berpendapat bahwa setiap kenaikan satu derajat celsius, ekonomi turun sekitar 1 persen.

Baca juga: Mimpi Buruk Pemanasan Global (1): Jakarta Hingga Markas Facebook Tenggelam

Mereka memperkirakan di akhir abad ini, pendapatan per kapita seluruh dunia akan turun sekitar 23 persen.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com