Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mimpi Buruk Pemanasan Global (5): Keruntuhan Ekonomi, Perang, dan Mafia

Kompas.com - 08/12/2019, 20:00 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

Analisa lainnya bahkan menyebut ada kemungkinan 51 persen perubahan iklim bakal menurunkan output global lebih dari 20 persen pada 2100.

Ada juga 12 persen kemungkinan GDP per kapita turun lebih dari 50 persen jika kita tak mampu menghentikan laju emisi karbon.

Negara-negara di utara yang beriklim dingin seperti Rusia, Kanada, dan Greenland, mungkin akan diuntungkan dengan pemanasan global.

Baca juga: Penyumbang Pemanasan Global Paling Besar dari Sektor Energi

Namun bagi negara-negara di garis ekuator seperti Afrika, Brazil, India, termasuk Indonesia, pemanasan akan berdampak sangat buruk.

Pada 2018, Bank Dunia mengestimasi kualitas hidup dari 800 juta orang di Asia Selatan. Seratus juta orang, menurut mereka, akan jatuh ke kemiskinan ekstrem akibat perubahan iklim selama satu dekade ke depan.

Jika setelah Perang Dunia II ada Marshall Plan dan saat Depresi Besar (Great Depression) ada New Deal, kali ini tak ada rencana apa-apa. Belum ada skema untuk mengantisipasi kebangkrutan akibat perubahan iklim.

Konflik dan perang

Selain kemiskinan, kerusakan iklim telah mengantarkan kita pada konflik dan perang. Sejumlah penelitian menemukan keterkaitannya.

Baca juga: Korea Utara Dilanda Kekeringan Terburuk dalam 37 Tahun Terakhir

Lihatlah Suriah yang kini porak-poranda. Kekeringan pada 2007 hingga 2010 yang diperparah perubahan iklim, membuat gagal panen massal dan warga pedesaan pindah ke kota.

Kondisi ini menambah parah tata kelola pemerintahan Suriah. Kerusakan iklim menjadi katalis konflik yang pecah pada 2011.

Dari tahun 1980 hingga 2010, 23 persen konflik di negara-negara multikultural, selalu terjadi di bulan-bulan di mana iklim memburuk. Ini terjadi di negara-negara yang mengandalkan pertanian, seperti Indonesia.

Sebuah penelitian menyebut, setiap setengah derajat celsius pemanasan, masyarakat akan melihat 10 hingga 20 persen peningkatan konflik bersenjata.

Baca juga: Suriah Menjadi Medan Konflik Bersenjata Internasional

Di Afrika, perubahan iklim telah menambah kerawanan konflik menjadi 10 persen. Pada 2030 nanti, diperkirakan kenaikan suhu akan menyebabkan 393.000 orang mati dalam peperangan.

Bagaimana bisa perubahan iklim mendorong terjadi konflik? Sederhana saja, ketika keuntungan dan produktivitas turun, masyarakat goyah.

Orang cenderung berkonflik dan melakukan kejahatan karena didera krisis ekonomi.

Itulah yang terjadi di Italia pada 1893. Kemarau panjang yang parah melahirkan Mafia Sisilia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com