Kembali ke cerita Michael Burry, manajer investasi itu berinvestasi di air dengan cara bercocok tanam.
Ia menanam komoditas di daerah dengan banyak air, lalu menjualnya di daerah yang miskin air.
Tanaman yang dipilihnya, yang membutuhkan banyak air seperti almond. Tren susu almond yang sedang berlangsung juga dinilai mampu mengeruk keuntungan.
Baca juga: Krisis Pangan di Venezuela Makin Parah
Investasi air lewat pangan bukan tanpa alasan. Pasalnya, sekitar 70 hingga 80 persen air bersih dihabiskan untuk produksi pangan dan pertanian.
Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, diprediksi kebutuhan air untuk pangan akan meningkat hingga 50 persen.
Sayangnya, perubahan iklim yang terjadi justru mempersulit produksi pangan. Dalam waktu dekat, kita akan kekurangan pangan akibat kekurangan air.
Sekitar 800 juta orang saat ini diperkirakan kelaparan. Sebanyak 100 juta di antaranya kelaparan karena syok akan perubahan iklim.
Baca juga: Krisis Pangan dan Keamanan, 10.000 Warga Rohingya Lari ke Perbatasan
Di Afrika, satu miliar orang berjuang hanya untuk bisa makan. Di akhir abad ini, angkanya diprediksi meningkat empat kali lipat.
Selain Afrika, penduduk miskin dunialah yang akan jadi korban pertama dari krisis pangan ini.
Para peneliti memprediksi pada 2050, sekitar 150 juta orang di negara berkembang akan kekurangan protein. Salah satunya Indonesia.
Sebab, orang-orang di negara berkembang ini sangat bergantung pada protein nabati atau sayur-mayur dibanding protein hewani.
Baca juga: Indonesia Alami Krisis Pangan?
Sebanyak 138 juta orang juga diperkirakan bakal kekurangan zinc yang sangat dibutuhkan janin. Kemudian 1,4 miliar orang bisa mengalami defisit zat besi. Anemia atau kekurangan darah akan jadi penyakit epidemik akibat defisit zat besi massal.
Semua ini karena tidak tersedianya air bersih yang cukup. "Jika krisis iklim adalah hiu, maka air adalah giginya," begitu kira-kira analogi untuk menyederhanakan kekacauan yang kita hadapi.
Bersambung...
Tulisan ini adalah seri ketiga dari enam seri tulisan Mimpi Buruk Pemanasan Global. Baca artikel berikutnya, "Panas Sekarang Belum Ada Apa-apanya".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.