Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prajogo Pangestu, Orang Terkaya Ketiga di Indonesia yang Pernah Jadi Sopir Angkot

Kompas.com - 06/12/2019, 19:34 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Forbes baru saja merilis daftar orang terkaya di indonesia tahun 2019.

Salah satu yang berada dalam daftar tersebut adalah Prajogo Pangestu yang berada di urutan ketiga dengan total kekayaan sebesar 7,6 milliar dollar AS yang setara dengan Rp 106 triliun.

Peningkatan kekayaannya terjadi karena investor menaikkan saham Barito Pacific.

Bagaimana ayah tiga anak ini memulai bisnisnya hingga menjadi orang terkaya nomor tiga di Indonesia?

Pria kelaihran Kalimantan Barat 1944 silam ini merupakan seorang taipan kayu yang mengelola Barito Pacific.

Sebelum mendirikan perusahaannya, ia bekerja di PT Djajanti Group, yang dimiliki oleh Burhan Uray, pada tahun 1969.

Setelah itu, ia menjadi General Manager pabrik PT Plywood Nusantara di Gresik, Jawa Timur, pada tahun 1976.

Pemilik nama asli Phang Djoem Phen ini bukan berasal dari keluarga kaya raya. Ia terlahir dari keluarga biasa yang membuat dirinya hanya bisa mampu mengenyam pendidikan sampai tingkat sekolah menengah.

Baca juga: Taipan Prajogo Pangestu Mantu

Pernah jadi sopir angkot

Pria 75 tahun ini juga sempat bekerja sebagai sopir angkot. Siapa sangka, berawal dari pekerjaan inilah ia berhasil mengubah nasib.

Tahun 1960an, sata masih berprofesi sebagai sopir angkot ia bertemu dengan seorang pengusaha kayu asal Malaysia, Burhan Uray.

Pria asal Malaysia itu mengajak Prajogo bergabung dengan perusahaanya yang berkecimpung dalam industri kayu, PT Djajanti Group.

Setelah itu, Prajogo dipercaya menjadi general manager Pabrik Plywood Nusantara di Gresik, Jawa Timur.

Setelah setahun berkarir Prajogo memutuskan untuk keluar dan memuloai bisnisnya sendiri dengan membeli CV Pacific Lumber Coy.

Prajogo juga mengganti nama CV Pacific Lumber Coy menjadi PT Barito Pacific Timber. Tahun 1993, perusahaan tersebut mulai dikenal masyarakat luas dan namanya lalu berubah menjadi Barito Pacifik pada 2007.

Di tahun yang sama, Barito Pacific mengakuisisi 70 persen perusahaan petrokimia, Chandra Asri, yang juga berdagang di Bursa Efek Indonesia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com