KOMPAS.com - Enam warga Pinrang yang sedang mengerjakan proyek irigasi tersambar petir.
Peristiwa itu terjadi di area persawahan di Kampung Sali-sali, Desa Pancara, Kecamatan Patampanua, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, Selasa (3/12/2019).
Petir menyambar mereka ketika tengah berteduh di salah satu rumah sawah dekat irigasi.
Dari enam warga itu, lima selamat meski dua orang menderita luka-luka. Sedangkan seorang lainnya tewas di tempat.
Puang, salah satu korban yang selamat, mengatakan, rekannya yang tewas, Ibnu Wahid, sedang menggunakan ponsel.
Puang memperkirakan, ponsel menjadi penyebab petir menyambar rumah sawah tempat mereka berteduh.
Benarkah bermain ponsel saat hujan di area terbuka dapat menyebabkan petir?
Menurut riset yang diterbitkan dalam British Medical Journal, menggunakan ponsel di ruangan terbuka memang meningkatkan risiko luka fatal di bagian internal tubuh saat petir menyambar.
Hal tersebut terjadi karena kulit manusia mampu mentransmisikan listrik ke dalam tubuh.
Jadi, ketika kilat atau petir menyambar seseorang, aliran listrik akan bergerak di sepanjang kulit.
Baca juga: Mengenal Badai Kammuri yang Sempat Ganggu Jadwal SEA Games Filipina
Para ilmuwan menyebut fenomena ini "flashover". Menurut para ahli, bahan konduktif seperti cairan atau benda logam dapat mengganggu flashover dan mengarahkan kilat ke dalam tubuh, yang menyebabkan kerusakan internal.
"Ini dapat mengakibatkan risiko seperti serangan jantung, yang sering berakibat fatal," kata Swinda Esprit, seorang dokter di Northwick Park Hospital, Inggris.
Paul Taylor, seorang ilmuwan di Met Office, mengatakan, membawa ponsel di saku saat terjadi petir juga bisa berbahaya.
"Saat terjadi petir atau kilat, memakai atau membawa benda logam dapat meningkatkan kemungkinan cedera," ucap dia.
John Jensenius, spesialis keselamatan petir untuk Layanan Cuaca Amerika, mengatakan, berada di luar ruangan saat terjadi petir atau kilat sama-sama berisiko.