Namun, hal tersebut tak bisa dirasakan oleh perempuan lainnya.
Dahulu, perempuan keturunan bangsawan terpandang saja yang bisa bersekolah. Hal inilah yang menjadi kegundahan Kartini.
Oleh karena itu, ia berjuang agar prempuan-perempuan pada zaman itu memiliki hak yang sama terutama dalam bidang pendidikan.
Semasa hidupnya, Ia pun aktif menulis surat dengan temannya di Belanda.
Dalam surat-surat tersebut, ia mengeluhkan hambatan perempuan pribumi yang tak bisa memperoleh persamaan, kebebasan, otonomi serta kesetaraan hukum dengan lelaki.
Surat-surat yang ditulis Kartini kemudian dibukukan dengan judul "Habis Gelap Terbitlah Terang" dan diterjemahkan ke berbagai bahasa.
Pemikiran-pemikiran Kartini tersebut akhirnya berhasil menarik perhatian masyarakat dan mengubah pola pikir masyarakat Belanda terhadap perempuan pribumi/
3. Dewi Sartika
Dewi Sartika lahir pada 4 Desember 1884. Ia juga mencatatkan jasa bagi pendidikan Indonesia.
Sebagai perempuan dari keluarga bangsawan, Dewi mendapatkan kesempatan untuk mengenyam pendidikan yang layak, sebuah kesempatan istimewa yang tak dimiliki oleh semua perempuan pribumi saat itu.
Pada 1904, ia memutuskan untuk mendirikan sekolah istri demi membangikan ilmu pengetahuan yan dimilikinya.
Sekolah khsuus perempuan itu awalnya hanya memiliki 20 siswa.
Di sekolah itu, para perempuan diajari membaca, menulis, menjahit, merenda, menyulam dan pendidikan agama.
Lambat laun, sekolah yang didirikan Dewi Sartika pun semakin berkembang dan sempat berganti nama beberapa kali, menjadi Sekolah Kautaman Istri, kemudian menjadi Sekolah Raden Dewi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.