Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jelang Hari Guru Nasional, Mengenang Mereka yang Berkontribusi untuk Pendidikan...

KOMPAS.com - Setiap tahun, 25 November, diperingati sebagai Hari Guru Nasional.

Peringatan Hari Guru Nasional setiap 25 November ditetapkan mulai tahun 1994, bertepatan dengan berdirinya Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).

Tujuannya, untuk memberikan apresiasi atas dedikasi para guru.

Menjelang peringatan Hari Guru Nasional tahun ini, Senin (25/11/2019), mari mengenang sosok beberapa tokoh pendidikan di Indonesia.

Mereka tak hanya berkontribusi untuk dunia pendidikan secara luas, tetapi juga berperan untuk kemajuan pendidikan pada masanya.

Tanggal kelahirannya, 2 Mei, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Pria bernama asli Raden Mar Soewardi Soeryaningrat ini lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889

Pada 3 juli 1922, ia mendirikan sebuah sekolah Perguruan Nasional Taman Siswa, yang menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada bangsa Indonesia.

Ki Hajar Dewantara mendirikan Perguruan Nasional Taman Siswa agar rakyat Indonesia memiliki rasa cinta terhadap bangsa dan Tanah Air, serta berjuang untuk memperoleh kemerdekaan.

Pemerintah Belanda sempat akan menutup sekolah ini pada 1 Oktober 1932.

Namun, berkat kegigihan Ki Hajar Dewantara, rencana tersebut gagal.

2. Raden Ajeng Kartini

Wanita berdarah biru ini merupakan pejuang emansipasi wanita yang sangat berjasa terhadap pendidikan kaum perempuan pada masanya.

Raden Ajeng Kartini lahir pada 21 April 1879 di Desa Mayong, Jepara, Jawa Tengah.

Karena statusnya sebagai bangsawan, Kartini masih bisa memperoleh pendidikan yang layak.

Namun, hal tersebut tak bisa dirasakan oleh perempuan lainnya.

Dahulu, perempuan keturunan bangsawan terpandang saja yang bisa bersekolah. Hal inilah yang menjadi kegundahan Kartini.

Oleh karena itu, ia berjuang agar prempuan-perempuan pada zaman itu memiliki hak yang sama terutama dalam bidang pendidikan.

Semasa hidupnya, Ia pun aktif menulis surat dengan temannya di Belanda.

Dalam surat-surat tersebut, ia mengeluhkan hambatan perempuan pribumi yang tak bisa memperoleh persamaan, kebebasan, otonomi serta kesetaraan hukum dengan lelaki.

Surat-surat yang ditulis Kartini kemudian dibukukan dengan judul "Habis Gelap Terbitlah Terang" dan diterjemahkan ke berbagai bahasa.

Pemikiran-pemikiran Kartini tersebut akhirnya berhasil menarik perhatian masyarakat dan mengubah pola pikir masyarakat Belanda terhadap perempuan pribumi/

3. Dewi Sartika

Dewi Sartika lahir pada 4 Desember 1884. Ia juga mencatatkan jasa bagi pendidikan Indonesia.

Sebagai perempuan dari keluarga bangsawan, Dewi mendapatkan kesempatan untuk mengenyam pendidikan yang layak, sebuah kesempatan istimewa yang tak dimiliki oleh semua perempuan pribumi saat itu.

Pada 1904, ia memutuskan untuk mendirikan sekolah istri demi membangikan ilmu pengetahuan yan dimilikinya.

Sekolah khsuus perempuan itu awalnya hanya memiliki 20 siswa.

Di sekolah itu, para perempuan diajari membaca, menulis, menjahit, merenda, menyulam dan pendidikan agama.

Lambat laun, sekolah yang didirikan Dewi Sartika pun semakin berkembang dan sempat berganti nama beberapa kali, menjadi Sekolah Kautaman Istri, kemudian menjadi Sekolah Raden Dewi.

https://www.kompas.com/tren/read/2019/11/24/070400565/jelang-hari-guru-nasional-mengenang-mereka-yang-berkontribusi-untuk

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke