Selanjutnya, bahan-bahan berupa limbah difermentasi dengan minimal waktu 7 hari hingga terbentuk pupuk yang diinginkan.
Pembuatan produk berhasil setelah dua kali percobaan.
Percobaan pertama gagal dikarenakan wadah yang digunakan terlalu kecil, sehingga botol mengeras dan penuh gas. Alhasil, semua pupuk tumpah.
Baca juga: SMK Bisa, Siswa SMK Indonesia Raih 15 Medali pada WSC 2019 Rusia
Selanjutnya, pada percobaan kedua digunakan wadah yang lebih besar dan pembuatan pupuk berhasil.
"Untuk pupuk ini baru diuji coba kan pada tanaman hortikultura, dan belum diuji pada tanaman pangan," papar Panji.
Ke depan, produk tersebut diharapkan dapat dipasarkan, dengan mengkaji harga produk agar dapat dijangkau oleh petani-petani kecil maupun strategi pemasarannya agar dapat bersaing dengan produk sejenisnya di pasaran.
"Kami juga berharap produk tersebut mendapatkan paten dari UNS. Selama kompetisi kemarin kami mendapat bimbingan dan dukungan penuh dari Bapak Raden Kunto Adi, S.P., M.P. selaku Kepala Prodi D3 Agribisnis juga Admin Prodi dan Sekolah Vokasi UNS," jelas Taufiek.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.