Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mirror Syndrome, Bagaimana Gejala dan Penanganannya?

Kompas.com - 08/10/2019, 12:01 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Mirror syndrome yang terjadi pada artis peran Irish Bella menyebabkan janin kembar yang dikandungnya meninggal dunia.

Mirror syndrome merupakan salah satu sindrom langka yang bisa terjadi pada ibu hamil.

Melansir dari laman resmi Wiley Online Library, Journal of Obstetric, Gynecologic & Neonatal Nursing, mirror syndrome pertama kali dipublikasikan oleh John W. Ballantyne pada 1892.

Sindrom ini disebut sebagai mirror syndrome karena patologi ibu mencerminkan janin.

Laman US National Library of Medicine National Institutes of Health, menuliskan, kasus mirror syndrome tergolong jarang terjadi.

Penelitian yang dilakukan oleh PubMed, baik publikasi maupun jurnal, dari semua hasil penelitian yang terhimpun, mirror syndrome berasosiasi dengan isoimunsiasi rhesus (29%), sindrom transfusi twin to twin (18%), infeksi virus (16%) dan malinformasi janin, dan tumor atau tumor plasenta (37,5%).

Baca juga: Tergolong Sindrom Langka, Apa Itu Mirror Syndrome?

Usia kehamilan saat didiagnosa berkisar antara 22,5 minggu hingga 27,8 minggu.

Sementara itu, dikutip dari UPMC Health Beat, mirror syndrome terjadi ketika janin mengalami penumpukan cairan yang tidak normal.

Sementara, ibu memiliki preeklamsia, yaitu kondisi tekanan darah tinggi.

Gejala

Adapun beberapa gejala yang dapat dikenali pada mirror syndrome, yaitu:

  • Pembengkakan yang parah
  • Tekanan darah yang tinggi
  • Berat badan berlebih dalam waktu yang singkat
  • Ditemukan protein pada urin

Gejala-gejala ini juga merupakan gejala yang umum dialami oleh penderita preeklamsia.

Satu gejala yang menunjukkan terjadinya mirror syndrome adalah adanya hemodilusi.

Gejala ini dapat ditemukan dalam tes darah.

Hemodilusi terjadi ketika ada lebih banyak plasma di dalam darah dan rendahnya jumlah sel darah merah.

Kondisi ini biasanya disebabkan oleh fetal hydrops, yaitu penumpukan cairan pada janin.

Baca juga: Selain Mirror Syndrome, Ini 8 Sindrom Langka yang Bisa Terjadi pada Ibu Hamil

Cairan tersebut dapat terkumpul di bawah kulit, di perut, di sekeliling paru-paru, hingga mengelilingi jantung.

Fetal hydrops dapat disebabkan oleh beberapa kondisi, yaitu:

  • Masalah jantung
  • Kelainan metabolik
  • Anemia
  • Infeksi
  • Sindrom genetik

Sindrom transfusi twin to twin juga menjadi penyebab lain dari hydrops. Kemungkinan besar, cairan dapat dilihat dan didiagnosa selama USG.

Masalah-masalah dengan janin dapat menimbulkan gejala preeklamsia pada ibu, dan mengalami penumpukan cairan pada paru-paru.

Penanganan

Karena mirror syndrome tergolong langka, cara penanganannya juga berbeda-beda, bergantung pada situasinya.

Jika penyebabnya dari fetal hydrops, maka bisa dirawat di dalam kandungan. Gejala-gejalanya juga dapat disembuhkan dari ibu dan bayi pada sisa usia kehamilannya.

Pada kebanyakan kasus, seperti kasus dengan preeklamsia, persalinan segera direkomendasikan untuk melindungi kesehatan ibu.

Gejala-gejala pada ibu akan hilang dalam beberapa hari setelah persalinan.

Setelah persalinan, akan diidentifikasi penyebab dari hydrops dan perawatan pada bayi apabila dimungkinkan.

Melansir International Journal of Clinical and Experimental Medicine, ada banyak faktor signifikan yang dapat memberikan hasil yang baik bagi pasien, termasuk diagnosa tepat waktu, kerja sama yang baik antar anggota tim obstetrik dan perawatan yang hati-hati pada ibu hamil.

Ketika diagnosa telah dilakukan, perawatan atau pengobatan tepat waktu sangat penting dilakukan untuk memperoleh penyembuhan optimal.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Apa itu Mirror Syndrome?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com