Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seputar G30S/ PKI (5): Komunisme, Ideologi Gagal! Perlukah Dikhawatirkan?

Kompas.com - 30/09/2019, 18:30 WIB
Nibras Nada Nailufar,
Heru Margianto

Tim Redaksi

Lenin tidak sabar menunggu kapitalisme tumbang secara natural sebagaiman diramalkan Marx. Ia melakukan intervensi politik untuk mengambil kekuasaan.

Komunisme atau juga disebut komunisme internasional menjadi sebuah gerakan, kekuatan politik, dan ideologi partai-partai komunis di seluruh dunia.

Marxisme merupakan salah satu komponen dalam ajaran komunis.

Ini bagian pentingnya: baik Marx dan Lenin membayangkan sebuah tatanan masyarakat yang sejahtera, gemah ripah loh jinawi, adil dan makmur.

Bagi mereka, masyarakat dalam struktur kelas adalah salah satu biang keladi tidak tercapainya kesejahteraan.

Lenin kemudian mewujudkan "ramalan" Marx menjadi nyata ketika melakukan revolusi Oktober 1917 dan merebut kekuasaan di Russia.

Masyarakat ala Lenin

Dengan tangan besi, Lenin membangun suatu masyarakat yang benar-baru baru. Kekuasaan di bawah Lenin menghapus kepemilikan pribadi atas semua bank, menutup semua usaha produktif dan pasar.

Ia juga memusnahkan kelas bangsawan, membagi-bagikan tanah kepada para petani untuk kemudian mengubahnya menjadi koperasi negara yang menimbulkan perlawanan sengit dari petani, dan mematahkan dominasi institusi agama.

Segala perlawanan atas kebijakan negara ditumpas. Lima juta orang mati dalam tiga tahun.

Pasca-revolusi Oktober, Russia yang kemudian berubah nama menjadi Uni Soviet menjadi pusat komunisme internasional yang terus berupaya mengembangkan pengaruhnya di dunia dan berhadap-hadapan dengan Amerika Serika yang mengusung paham demokrasi dan kapitalisme.

Franz Magnis Suseno, guru besar Sekolah Tinggi Filsafatn (STF) Driyarkara yang menulis buku Dalam Bayangan Lenin (2003) menyebut, di puncak kejayaannya, komunisme membawahi sepertiga umat manusia, dari pesisir barat Samudera Pasifik sampai ke Sungai Elbe, dari Lingkaran Kutub Utara sampai ke Himalaya dan Kaukasus, bahkan sampai ke Laut Merah dan Selatan Afrika.

PKI ateis?

Di Indonesia, komunisme kerap diidentikkan dengan paham ateisme atau tidak mengakui keberadaan Tuhan.

Komunisme dan ateisme sebenarnya adalah dua ideologi yang berbeda. Komunisme adalah gerakan politik untuk mencapai tatanan masyarakat yang dipandang ideal oleh ideologi itu, sementara ateisme adalah pandangan filosofis.

Kenyataannya, komunisme tak melulu ateis. Di Soviet dan Cina, masyarakat memang dijauhkan dari agama.

Namun di belahan dunia lain, komunisme tak menghapus agama. Di Iran, partai komunis bersatu dengan kelompok Islam.

Pemahaman bahwa komunisme itu ateis merujuk jauh pada gagasan Marx yang menyebut agama adalah candu bagi masyarakat. Menurut Marx, agama adalah opium yang mampu meredam sakit.

Bagi mereka yang tertindas, agama adalah penyelamat. Agama menyarankan agar mereka yang sedang tertindas untuk bersabar dalam pengharapan dan memaknai ketertindasan itu sebagai jalan Tuhan mendidik umat-Nya.

Dengan kata lain, agama melanggengkan ketertindasan. Ia seperti opium yang meninabobokan.

Ada juga yang memaknainya sebagai kritik Marx terhadap agama yang membuat orang pasrah terhadap keadaan. Agama tidak memberdayakan. Agama tidak memiliki watak revolusioner mengubah keadaan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Tren
Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Tren
3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

Tren
Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Tren
Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Tren
Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Tren
Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Tren
Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Tren
Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Tren
UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

Tren
Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Tren
Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Tren
Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Mengatasi Kecemasan Berlebih

Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Mengatasi Kecemasan Berlebih

Tren
Terkait Penerima KIP Kuliah yang Bergaya Hedon, UB: Ada Evaluasi Ulang Tiga Tahap

Terkait Penerima KIP Kuliah yang Bergaya Hedon, UB: Ada Evaluasi Ulang Tiga Tahap

Tren
Catat, Ini 5 Jenis Kendaraan yang Dibatasi Beli Pertalite di Batam Mulai Agustus

Catat, Ini 5 Jenis Kendaraan yang Dibatasi Beli Pertalite di Batam Mulai Agustus

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com