Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kearifan Lokal di Citorek, Desa yang Viral dengan Negeri di Atas Awan

Kompas.com - 19/09/2019, 15:00 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Negeri di Atas Awan Gunung Luhur. Lokasi negeri di atas awan Gunung Luhur berada di Desa Citorek Kidul, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.

Desa Citorek yang tengah jadi perbincangan dengan sebutan Negeri di Atas Awan ini pertama kali ditemukan oleh pekerja yang tengah memperbaiki jalan provinsi yang menghubungkan Lebak Utara dan Selatan pada September 2018.

Kini, desa ini menjadi daya tarik wisata.

Di negeri di atas awan, pengunjung bisa menikmati pemandangan awan yang khas dan terlihat dari ketinggian Gunung Luhur yang berkisar 901 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Untuk menikmati pemandangan elok ini, wisatawan bisa berkunjung sekitar pukul 05.00 WIB hingga pukul 08.00 WIB.

Baca juga: Ini Waktu Paling Tepat untuk Menikmati Negeri di Atas Awan di Gunung Luhur

Desa Citorek dan kearifan lokal

Tak hanya pemandangan di Desa Citorek yang menjadi daya tarik.

Desa Citorek yang berada di dalam Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) ini juga dikenal dengan kearifan lokalnya.

Masyarakat Desa Citorek hidup sebagai bagian dari Kesatuan Masyarakat Adat Kasepuhan Banten Kidul yang ada di Sukabumi.

Masyarakat ini kesehariannya menjalankan sosio-budaya berdasarkan tatali paranti karuhun (adat istiadat warisan nenek moyang).

Para leluhur mereka yang membentuk komunitas kasepuhan adalah para pemimpin Laskar Kerajaan Padjajaran yang mundur ke daerah selatan karena kerajaan dikuasai oleh Kasultanan Banten pada abad ke-16.

Kasepuhan Citorek awalnya terletak di Kampung Guradog, Desa Curug Bitung, Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor.

Baca juga: Ramai Dikunjungi Wisatawan, Akses Jalan ke Negeri di Atas Awan Dibangun

Pada 1946, Kasepuhan Citorek kemudian berpindah ke wilayah Citorek karena perintah leluhur.

Nama Citorek disematkan, bermula saat awal pindah dan sampai ke kawasannya sekarang.

Mereka tidak menyadari akan adanya sungai berair deras yang kemudian menjadi lokasi tempat mereka beristirahat.

Selanjutnya, sungai itu dinamai sebagai Sungai Citorek. Ci berarti air atau sungai dan torek berarti tuli.

Pembagian desa

Masyarakat Kasepuhan Citorek terbagi menjadi lima desa.

Lima desa itu adalah Citorek Tengah, Citorek Timur, Citorek Barat, Citorek Kidul, dan Citorek Sabrang.

Adapun pusat kelembagaan adat masyarakat Kasepuhan Citorek berada di Desa Citorek Timur.

Melansir dari situs resmi Kecamatan Cibeber, masyarakat adat Citorek masih memegang erat tradisi nenek moyang layaknya masyarakat Suku Baduy.

Akan tetapi, masyarakat adat Citorek hampir sama dengan masyarakat adat Cisungsang yakni, lebih terbuka kepada dunia luar.

Baca juga: Cerita di Balik Negeri di Atas Awan, Ditemukan Pekerja hingga Akan Dibangun Masjid

Masyarakat Desa Citorek juga sangat menjunjung para sesepuh atau pemimpin adat tertinggi.

Selain itu, masih memegang teguh adat istiadat meskipun tidak tertulis.

Salah satu tradisi yang masih dilaksanakan oleh masyarakat adat Citorek hingga kini adalah tradisi tanam padi.

Masyarakat Citorek memiliki tradisi tanam padi yang mereka sebut dengan tradisi Seren Taun.

Tradisi ini adalah bentuk rasa syukur masyarakat pasca-panen terhadap Tuhan.

Masyarakat ini menganut kepemimpinan tiga unsur yakni negara (lura/jaro), karhuhun (kasepuhan/kaolotan) dan agama (penghulu).

Tiga unsur inilah yang kemudian membentuk sistem sosial yang menjunjung peninggalan leluhur dan selalu mengedepankan kelestarian lingkungan.

Desa Citorek juga memiliki aturan adat yang disebut leuwung kolot.

Istilah tersebut merupakan penyebutan bagi hutan tua atau hutan lindung.

Baca juga: Setelah Viral, Pengunjung Negeri di Atas Awan Gunung Luhur Capai Ribuan Orang

Hutan tersebut tak boleh digarap karena dipercaya telah dipesankan para leluhur sejak turun temurun.

Hal ini rupanya ditujukan untuk melindungi mata air di bagian hulu agar masyarakat tak mengalami kekeringan pada lahan-lahan mereka.

Selain adatnya yang masih kental, keunikan lain dari Desa Citorek adalah di daerah ini terdapat Situs Lebak Sibedug.

Situs ini merupakan salah satu situs megalitik yang ditemukan di desa Citorek.

Adapun destinasi wisata “Negeri di Atas Awan” berada di Citorek Kidul.

Lokasinya bisa ditempuh dalam waktu 15 menit dari Kampung Ciusul dengan menggunakan motor/mobil sehingga tak perlu mendaki.

Waktu yang paling pas untuk mengunjungi tempat ini yakni sekitar pukul 05.30-07.00 WIB.

Dari Rangkas Bitung, rute yang ditempuh adalah ke arah Wewengkon Citorek. Nantinya, perjalanan bisa ditempuh sekitar 4 jam perjalanan menggunakan mobil.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com