Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sudah Siapkah Televisi Indonesia Hadapi Disrupsi Digital?

Kompas.com - 25/08/2019, 07:00 WIB
Nibras Nada Nailufar,
Heru Margianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - "YouTube lebih dari TV... Sebentar lagi posisi kita berganti... Tapi jangan bawa perasaan, lihat juga keadaan... Digital itu kenyataan," begitu lirik lagu GGS (Ganteng-ganteng Swag) yang dibawakan Young Lex dan sejumlah Youtubers pada 2016 lalu.

Bagi Young Lex, para Youtubers, dan mereka yang segenerasi, hal itu boleh jadi benar adanya. Siapa sih yang hari ini lebih banyak nonton televisi ketimbang pegang ponsel?

Pola konsumsi media yang hari ini bergeser ke digital sedang berlangsung di Indonesia. Implikasinya, para pemain di industri tayangan konvensional mulai kelabakan.

"Abis kamu gak pernah nonton tv sihhh.." kicau akun Twitter NET TV @netmediatama membalas kesedihan warganet akan dihentikannya sejumlah program andalan NET sejak awal tahun ini.

 

NET TV menjadi stasiun televisi pertama yang terpukul akan tren digital. TV masa kini yang ditujukan untuk mereka yang berusia muda itu kehilangan penontonnya.

Baca juga: Ramai Kabar PHK Karyawan Besar-besaran, Ini Penjelasan NET TV

Imbasnya, sejumlah program dihentikan. Karyawannya dirumahkan dan bironya di Jawa Tengah dan Jawa Timur ditutup.

Industri TV terlambat

Pengamat media Universitas Indonesia Amelia Hezkasari Day menilai beralihnya masyarakat ke digital bukan berarti orang menghilangkan kebiasaan menontonnya. Mereka hanya beralih medium.

"Orang pada satu titik suka NET tapi trennya sekarang semua orang bisa bikin konten," kata Amelia kepada Kompas.com, Jumat (16/8/2019).

Ia menilai dalam hal adaptasi terhadap disrupsi digital, industri televisi boleh dibilang terlambat.

Baca juga: Siapa Masih Menonton Televisi? Angkat Tangan!

Dari sisi teknologi saja, Indonesia belum mampu mengalihkan siaran televisi dari analog ke digital.

Di saat negara-negara lain di dataran Eropa dan Amerika sudah mematikan sinyal analognya sebelum 2010, Indonesia baru merencanakan akan benar-benar menghentikan analog pada Juni 2020.

Belum lagi dari sisi konten. Tayangan televisi tak lagi menarik bagi generasi muda.

"Hiburan murni terlambat karena consumer behaviour sekarang sudah sangat segmented. Udah enggak bisa di-blast satu konten untuk semua se-Indonesia," ujar Amelia.

Amelia menilai salah satu hal yang bisa dicoba industri televisi yakni dengan membuat tayangan-tayangan singkat serupa di Youtube.

Ilustrasi.SHUTTERSTOCK Ilustrasi.

Pendapat yang sama disampaikan Ketua Bidang Industri Penyiaran Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Hardijanto Saroso.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com