Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kata Ahli soal Gunung Muria Disebut Terpisah dari Pulau Jawa

KOMPAS.com - Media sosial X diramaikan dengan foto Gunung Muria di utara Jawa Tengah tampak terpisah dari Pulau Jawa.

Dalam unggahan akun @UNSfess, Senin (18/3/2024), disebutkan Gunung Muria terpisah dari Pulau Jawa karena wilayah Kudus, Demak, Semarang, Kudus, Pati, dan Rembang dilanda banjir akhir-akhir ini.

Menurut beberapa warganet, Gunung Muria terlihat terpisah dari Pulau Jawa karena wilayah di sekitarnya dulu merupakan Selat Muria.

Mereka juga menyebutkan, terjadi penurunan tanah di Semarang, Kudus, Pati, dan Rembang yang menyebabkan wilayah ini terendam banjir.

"Warga plat K -11fess mohon pencerahannya terkait bajir di plat K ini. Apa betul dataran di bekas selat ini emang kek cekungan atau dataran rendah gitu?" tanya pengunggah.

Penjelasan peneliti

Foto yang beredar di media sosial sesuai dengan gambar yang diperoleh Kompas.com, Selasa (19/3/2024) dari peneliti ahli utama Kelompok Riset Petrologi dan Mineralogi Pusat Riset Sumber Daya Geologi Organisasi Riset Kebumian dan Maritim BRIN, Haryadi Permana.

Foto tersebut menunjukkan, Gunung Muria terpisah dari Pulau Jawa karena Kudus, Demak, Semarang, Kudus, Pati, dan Rembang akibat dilanda banjir.

"Betul. Gunung Muria sebelumnya terpisah dari Jawa. Erosi dan produk vulkanik (Gunung) Muria menyebabkan pendangkalan dan pembentukan daratan," ujar Haryadi.

Sementara itu, pensiunan peneliti Badan Geologi, Herman Moechtar, yang pernah melakukan penelitian geologi kuarter di Jepara, Rembang, Pati, Demak, dan Kudus pada 2012-2014, menjelaskan bahwa kawasan di sekitar Gunung Muria dulunya merupakan selat.

Geologi kuarter yang dimaksud Herman adalah segala sesuatu proses peristiwa Bumi yang terjadi sejak kurang lebih dua juta tahun silam hingga sekarang.

Herman menerangkan awal mula terbentuknya kawasan di sekitar Gung Muria yang kini menjadi Jepara, Rembang, Pati, Demak, dan Kudus.

Ketika wilayah tersebut berada pada praholosen, masa ini ditandai dengan rekaman kegiatan erupsi Gunung Muria.

Pada saat itu, muka air laut rendah dengan kondisi iklim agak lembap (subhumid) dan tidak ada tanda aktivitas tektonik.

"Awal Holosen memperlihatkan muka laut naik yang mencapai puncaknya lebih kurang 9.000 tahun lalu muka laut berada pada situasi maksimum (high sea level) yang diikuti oleh aktivitas tektonik," ujar Herman kepada Kompas.com, Selasa.

"Kondisi iklim saat itu berada pada puncaknya yaitu basah (sub humid-humid) tanpa diikuti oleh kegiatan erupsi gunung api," sambungnya.


Muka air laut turun

Herman menerangkan, ketika zaman memasuki pertengahan holosen antara 6.000-3.000 tahun silam, muka air laut mengalami penurunan yang diikuti dengan sirkulasi iklim menuju kering, yaitu sub-humid hingga agak kering (sub dry).

Pada masa itu, aktivitas tektonik masih terasa dan erupsi Gunung Muria mulai muncul walau skalanya masih kecil.

Setelah zaman memasuki Holosen atas hingga Resen atau sekitar 3.000 tahun yang lalu hingga sekarang, tidak ada tanda kegiatan tektonik yang muncul.

"Namun muncul beberapa kali aktivitas erupsi yang terlihat dari lapisan material gunung api beberapa cuma pada fasies fluvial," imbuh Herman.

Saat masa Holosen atas, muka air laut semakin turjn di mana wilayah di sekitar Gunung Muria umumnya ditutupi fasies fluvial dan fasies daratan lainnya.

"Namun, di daerah pesisir terekam fasies laut dekat pantai (nearshore deposit dan fasies pantai). Selain itu, rekaman berubahnya iklim dari agak lembap menuju kering secara vertikal sangat jelas," jelas Herman.

Gunung Muria menyatu dengan Pulau Jawa

Secara ringkas, Herman mengatakan, wilayah di sekitar Gunung Muria sebelum Holosen berupa daratan seperti kondisi saat ini.

Tetapi, terjadi kenaikan muka air laut sehingga wilayah tersebut ditutupi laut.

"Kurang lebih 9.000 tahun silam, daratannya sebagian besar ditutupi oleh laut dan pantai. Sebagian lagi ditutupi oleh lingkungan rawa dan puncak berkembangnya sungai besar. Diduga pada saat inilah terjadi puncak pemisahan Gunung Muria dan daratan kini," kata Herman.

"(Saat) Holosen tengah, selat menyusut (dengreasingly) dan daratan meluas (increasingly). Akan tetapi, akibat tektonik menyebabkan daerah ini turun dan sebagian naik sehingga terjadi perubahan garis pantai. Diduga selat (Muria) menyusut," tambahnya.

Herman menyampaikan, Selat Muria semakin menyusut akibat muka air laut turun atau drop ketika zaman memasuki Holosen atas.

Muka air laut semakin turun sehingga Gunung Muria dan daratan menyatu hingga ke posisi saat ini.

https://www.kompas.com/tren/read/2024/03/20/090000865/kata-ahli-soal-gunung-muria-disebut-terpisah-dari-pulau-jawa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke