KOMPAS.com - Satu pasien cacar monyet atau Mpox meninggal dunia setelah mendapatkan perawatan intensif selama dua minggu di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.
Ini merupakan kematian pertama sejak kasus cacar monyet pertama kali terdeteksi di Indonesia pada Agustus 2022.
Kendati demikian, spesialis penyakit dalam RSCM Lie Khie Chen mengatakan, penyebab pasien meninggal bukanlah cacar monyet.
"Ada satu kasus di RSCM meninggal, tapi bukan karena Mpox, tapi karena penyebab lain yang sangat kompleks," ucap Lie Khie Chen dalam konferensi pers daring, Kamis (23/11/2023).
Lantas, bagaimana kronologi kasus kematian pasien cacar monyet pertama di Tanah Air?
Kronologi kematian cacar monyet pertama
Lie Khie Chen mengungkapkan, saat dirujuk ke RSCM Jakarta, pasien sudah masuk dengan kondisi komorbid berat.
Sebelumnya, pasien sudah dirawat di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso dan rumah sakit lainnya selama kurang lebih 3-4 minggu.
Pasien kemudian dirujuk ke RSCM karena memiliki masalah di pencernaan, yakni sumbatan pada usus.
Kondisi yang sama juga mengharuskan pasien yang bersangkutan untuk menjalani operasi di RSCM.
"Pascaoperasi kondisi pasien cukup stabil," terang Lie Khie Chen.
Menurutnya, saat itu, pasien juga positif terinfeksi human immunodeficiency virus (HIV) dengan CD4 sangat rendah.
CD4 adalah jenis sel darah putih atau limfosit, yang menjadi bagian penting dalam sistem kekebalan tubuh.
Dilansir dari laman Yayasan Spiritia, infeksi HIV menyebabkan jumlah sel CD4 semakin menurun, yang menandai semakin rusaknya sistem kekebalan tubuh.
Pada kondisi normal, jumlah CD4 berkisar antara 500 dan 1.600 sel per milimeter kubik. Namun, pada pasien tersebut, jumlah CD4 hanya sekitar 6 sel per milimeter kubik.
Komorbid dan kondisi lesi cacar monyet yang cukup banyak dan berat menyebabkan pasien mengalami komplikasi di paru-paru.
"Sehingga setelah dua minggu perawatan terjadi komplikasi di paru-paru dan pasien tidak tertolong," jelas Lie Khie Chen.
Fatalitas kasus cacar monyet
Kasus kematian pada pasien tidak serta-merta meningkatkan fatalitas kasus cacar monyet atau Mpox.
Sebab, kondisi setiap pasien berbeda dan memiliki penyakit penyerta alias komorbid yang berbeda pula.
Catatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), total ada 57 pasien terkonfirmasi Mpox di seluruh Indonesia hingga 22 November 2023.
Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Kemenkes Achmad Farchanny Tri Adryanto merinci, kasus cacar monyet didominasi di DKI jakarta sebanyak 42 pasien dan diikuti Banten sebanyak 6 kasus.
Menyusul, kasus cacar monyet di Jawa Barat tercatat sebanyak 6 kasus, Jawa Timur sebanyak 2 kasus, serta Kepulauan Riau sebanyak 1 kasus.
"100 persen kasus berjenis kelamin laki-laki, dengan rentang usia terbanyak pada kelompok 30-39 tahun diikuti rentang usia 25-29 tahun," ujar Farchanny.
Pasien juga dilaporkan memiliki perilaku seks banyak pasangan dan berganti-ganti, dengan orientasi seksual terbanyak Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL).
Farchanny menyebutkan, 57 pasien Mpox mayoritas disertai penyakit penyerta, dengan perincian sebagai berikut:
Dia melanjutkan, Kemenkes telah melaksanakan langkah-langkah penanggulangan cacar monyet.
Langkah tersebut, dimulai dari surveilans untuk penemuan kasus aktif dan penyelidikan epidemiologi, terapeutik dengan pemberian terapi sesuai gejala, serta mempersiapkan logistik antivirus.
Selain itu, pihaknya juga melakukan sosialisasi kewaspadaan Mpox kepada tenaga kesehatan dan masyarakat.
"Vaksinasi juga sudah dilakukan, dosis pertama sudah diberikan kepada 495 orang, dan menyusul dosis kedua yang sudah kita mulai pada 21 November," lanjutnya.
Dia pun mengimbau masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan, seperti praktik seks yang aman termasuk membatasi jumlah pasangan dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
"Jika mengalami gejala mengarah Mpox seperti muncul bintik-bintik merah dan demam, segera periksakan diri fasilitas layanan kesehatan terdekat, batasi kegiatan di luar rumah serta menghindari kerumunan," tandasnya.
https://www.kompas.com/tren/read/2023/11/24/071500265/kronologi-kematian-pasien-cacar-monyet-pertama-di-indonesia-disebabkan