Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

UMKM Wedang Rempah Menembus Pasar Eropa Usai "Diterbangkan" Pemprov Jateng

KOMPAS.com - Elisa Anggraeni, seorang pengusaha asal Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, berhasil menyulap bahan rempah di sekitar rumah menjadi pundi-pundi rupiah.

Melalui usaha wedang rempah D'Lizfood Borobudur, wanita ini mengubah tanaman rempah menjadi produk minuman herbal dengan pasar hingga mancanegara.

Terletak di Wanurejo, Borobudur, Magelang, toko wedang rempah usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) ini menampilkan beraneka ragam rempah kering yang dijajakan sebagai oleh-oleh.

Elisa menceritakan, wedang rempah D'Lizfood Borobudur lahir dari ketertarikannya pada minuman herbal dan rempah-rempah.

Kala itu, pada 2018, dirinya yang memutuskan untuk berhenti bekerja demi mengasuh anak, tiba di titik bosan.

"Kebetulan saya suka minum minuman sehat terus kalau ada teman datang, sering saya kasih, katanya enak. Di situ terinspirasi kenapa tidak saya jual saja. Tapi waktu itu masih ready to drink, belum yang kering-kering," kata Elisa ketika berbincang dengan Kompas.com, Rabu (18/10/2023).

Lantaran kemasan ready to drink terkesan tidak aman saat dikirim, Elisa pun memutuskan untuk mengeringkan bahan-bahan herbal wedang rempah tersebut.

Memanfaatkan rempah di sekitar rumah

Kebetulan, di sekitar rumahnya banyak bahan-bahan bermanfaat yang kerap telantar dan tidak memiliki nilai jual tinggi.

Misalnya, bahan baku mawar untuk membuat teh mawar, hanya laku dengan harga murah pada saat Hari Raya atau malam Jumat Kliwon saja.

"Pertama kali produksi itu teh mawar, makanya mereknya 'Roseliz', berasal dari rose itu mawar, Liz itu penggalan nama saya dan D'lizfood Borobudur," ujar Elisa.

Wanita dengan latar belakang pendidikan Teknologi Pangan ini mengatakan, mawar memiliki manfaat yang sangat bagus untuk kesehatan, karena inilah ia tertarik untuk memasarkannya.

Ia pun mengirimkan sampel produk ke teman dan orang sekitar. Tak disangka, para penerima teh mawar pun antusias dan kembali memesan.

Semakin lama, permintaan pasar semakin beragam. Tak hanya "menuntut" teh mawar, mereka juga meminta adanya produk wedang rempah lainnya. Hingga Elisa pun memutuskan untuk mengembangkan produk dan mulai memasarkan beragam wedang rempah.

Awalnya, demi menjaga keberlangsungan usaha, Elisa hanya memanfaatkan rempah di sekitar kediaman yang menjadi tempat usahanya.

Dengan demikian saat pesanan membludak, dia tidak khawatir akan kesulitan mencari bahan baku.

"Pertama kali produksi rempah tidak ada 10 bungkus. Cuma saya sampelin dan coba sendiri," terangnya.

Elisa mengaku, modal awal usahanya hanya sekitar Rp 500.000. Tentu saja dengan modal sekecil itu, untung yang didapatkan pun tak langsung besar.

Dulu, kenang Elisa, segala sesuatu yang menyangkut usaha wedang rempah dia kerjakan sendiri.

Dari memilih rempah, mengeringkannya dengan alat khusus, hingga meracik dan mengemasnya.

Seiring berkembangnya usaha, Elisa akhirnya merekrut tiga karyawan tetap untuk membantu mengurusi pekerjaan teknis.

Dia menceritakan, titik awal usahanya semakin dikenal dan mendapat pesanan dari luar negeri tak lepas dari program Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng) bertajuk Lapak Ganjar.

"Pertama kali kirim ke luar negeri, ke Jepang itu, katanya (pembeli) dapat dari Lapak Ganjar. Waktu itu saya ikut program Lapak Ganjar, kemudian di-repost malam, dan paginya sudah ada yang pesan," ucap Elisa.

Lapak Ganjar merupakan program Pemprov Jawa Tengah hasil inisiasi eks Gubernur Ganjar Pranowo untuk membantu pelaku UMKM memasarkan produk di tengah krisis masa pandemi.

"Lapak Ganjar itu 2022 kalau tidak salah. Tahun 2022 pertama kali (diekspor) ke luar negeri," ungkap Elisa.

Tak sampai di situ, sehari hingga dua hari setelah diliput oleh tim Lapak Ganjar dan Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jateng, akun e-commerce D'Lizfood Borobudur pun langsung diserbu pembeli.

Pembeli juga berdatangan dari akun resmi Instagram D'Lizfood Borobudur, @dlizfood.

Elisa mengakui, meski sebelumnya produk Roseliz telah mendulang pelanggan, tetapi program Pemprov telah membantu meningkatkan brand awareness.

Bahkan, Roseliz ditunjuk oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) untuk menjadi salah satu buah tangan para tamu dalam rangkaian acara G20 di Indonesia.

Kini, produk Roseliz milik Elisa telah terjual di seluruh Indonesia, dan beberapa negara tetangga, termasuk Malaysia dan Singapura.

Wedang rempah khas Borobudur ini juga beberapa kali dikirim ke luar negeri, seperti Hong Kong, Turkiye, Belanda, hingga Italia, dengan omzet bulanan tembus Rp 35 juta.

"Cuma ekspornya belum dalam jumlah besar, masih di bawah 100 kilogram," ungkap Elisa.

Tak hanya membantu pemasaran, Pemprov Jateng juga membantunya saat ia mengurus sertifikasi halal untuk produknya.

"Kalau dulu (sertifikat) halal bantuan dari Pemprov, dari Dinas Koperasi. Fasilitas dari dinas, tahun 2021," ujarnya.

Saat itu, Elisa mengajukan permohonan sertifikat halal ke Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal Kementerian Agama (BPJPH Kemenag) dengan bantuan Dinas Koperasi dan UMKM Jateng.

"Bukan self declare. Benar-benar dicek, verifikatornya datang ke rumah tempat produksi, ngecek air, alat-alat, bahan baku, semua lengkap," kata dia.

Meski demikian, semua proses sertifikasi halal yang memakan waktu sekitar tiga bulan tersebut tidak dikenai biaya apa pun alias gratis.

Lebih dari dua tahun mengantongi sertifikat halal, Elisa pun mengaku Pemprov masih melakukan pemantauan terkait kehalalan produk UMKM hingga saat ini.

"Tapi itu dari Pemprov masih dipantau atau monitoring sampai sekarang. Harus dilaporkan (kalau ada perubahan)," tambahnya.

Elisa mengungkapkan, ke depan dia ingin mengantongi legalitas produk dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Harapannya, suatu saat nanti ia tidak hanya memproduksi minuman saja, namun juga mampu merambah ke penganan herbal.

"Jadi pasar saya bisa ke apotek atau toko obat, kalau sekarang kan cuma bisa ke toko oleh-oleh, masih masuknya minuman tradisional bukan obat," tutupnya.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/10/20/203000265/umkm-wedang-rempah-menembus-pasar-eropa-usai-diterbangkan-pemprov-jateng

Terkini Lainnya

6 Tanda yang Menunjukkan Seseorang Cerdas Tanpa Berbicara

6 Tanda yang Menunjukkan Seseorang Cerdas Tanpa Berbicara

Tren
Badai Matahari Besar Picu Kemunculan Aurora di Inggris sampai AS, Apa Dampaknya?

Badai Matahari Besar Picu Kemunculan Aurora di Inggris sampai AS, Apa Dampaknya?

Tren
Mengenal Kondisi Thalasemia, Berikut Penyebab dan Gejalanya

Mengenal Kondisi Thalasemia, Berikut Penyebab dan Gejalanya

Tren
Media Asing Ramai-ramai Soroti Rasisme Oknum Suporter Indonesia ke Guinea

Media Asing Ramai-ramai Soroti Rasisme Oknum Suporter Indonesia ke Guinea

Tren
Pajak Makanan Dibayar Restoran atau Pembeli? Ini Penjelasan Ekonom

Pajak Makanan Dibayar Restoran atau Pembeli? Ini Penjelasan Ekonom

Tren
Alasan Komisi X soal Anggota DPR Dapat Kuota KIP Kuliah

Alasan Komisi X soal Anggota DPR Dapat Kuota KIP Kuliah

Tren
Kebun Binatang di China Ubah Anjing Menyerupai Panda, Tuai Kecaman Pengunjung

Kebun Binatang di China Ubah Anjing Menyerupai Panda, Tuai Kecaman Pengunjung

Tren
Buntut Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Kemenhub Tuntut ASN Jaga Etika

Buntut Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Kemenhub Tuntut ASN Jaga Etika

Tren
Pekerjaan untuk Juru Parkir Liar Minimarket

Pekerjaan untuk Juru Parkir Liar Minimarket

Tren
Benarkah Kenaikan UKT Belakangan karena Campur Tangan Pemerintah?

Benarkah Kenaikan UKT Belakangan karena Campur Tangan Pemerintah?

Tren
Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

Tren
Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Tren
Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli 'Cash', Ini Faktanya

Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli "Cash", Ini Faktanya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke