Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kenapa Barang yang Dijual di Toko Online Lebih Murah dari Offline?

Hal tersebut pertama kali diungkapkan oleh pemilik akun X atau dulu Twitter @NdrewsTjan, Rabu (13/9/2023).

Dia mencontohkan, sebuah barang dijual di toko online seharga Rp 75.000 sampai Rp 100.000. Namun, di penjualan offline bisa dijual seharga Rp 150.000-Rp 200.000. 

Pemilik akun itu menyarankan agar penjual offline tidak mengambil untuk terlalu tinggi. 

"Makanya kalau ambil profit jangan terlalu tinggi. Kita2 yg sudah sering belanja online sudah tau perbedaan harha yg dijual antara online dengan offline," tulisnya.

Respons warganet

Unggahan tersebut mendapatkan respons dari sejumlah warganet lainnya yang mengaku mendapatkan pengalaman serupa. 

"Offline harga 100-120. Online gw dapet 30-40. Kwkw," balas akun ini.

"Online tinggal klik besoknya langsung dateng depan rumah," ujar pemilik akun lain.

Meskipun demikian, ada warganet yang menjelaskan alasan perbedaan harga antara penjual online dan offline yang lebih mahal. 

Akun @Lisaaaaaalovee menyebutkan, penjual barang offline harus mengeluarkan biaya lebih daripada penjual online karena untuk sewa toko, bayar listrik, perawatan, dan gaji pegawai. Hal ini berpengaruh ke harga barangnya.

Hingga Kamis (14/9/2023), unggahan tersebut telah tayang sebanyak 1,6 juta kali, dibagikan 2.158 kali, dan disukai 7.561 pengguna Twitter.

Penyebab harga barang yang dijual offline lebih mahal

Ekonom Universitas Gajah Mada (UGM) Eddy Junarsin mengatakan, harga barang yang dijual secara offline memang lebih mahal daripada penjualan online.

Hal itu menurutnya karena biaya operasionalnya toko online lebih rendah daripada buka toko offline. 

Selain itu, Eddy juga mengatakan, penjualan toko offline membutuhkan biaya operasional seperti biaya gaji pegawai, biaya sewa kantor atau gedung, biaya administrasi, biaya pemasaran, dan lain-lain.

Sementara biaya tersebut tidak akan dijumpai bagi orang yang berjualan via online.

Selain biaya operasional, ia juga menyebutkan adanya biaya produksi yang naik-turun juga menyebabkan perbedaan harga barang yang dijual.

Sedangkan penjual toko online biasanya hanya memerlukan tenaga kerja lebih sedikit, dan biaya investasi gedung lebih rendah. 

Menurutnya, pedagang tetap mencari untung dari penjualannya. Namun, bisnis online tetap membutuhkan biaya operasional yang lebih rendah. Hal ini membuat harga jual barang menjadi lebih murah.

Kondisi tersebut yang akan tetap membuat harga jual barang di toko offline harus lebih tinggi untuk mendapatkan keuntungan.

Eddy juga mengungkapkan, penjualan offline akan berpotensi mengalami kerugian kalau penjual tidak mempertimbangkan harga jual barangnya.

"Makanya bisnis klasik yang offline itu semakin keras kompetisinya," tegas dia.

Menurut Eddy, bisnis offline yang bisa bertahan tanpa beralih ke online hanyalah penjualan barang spesial atau mewah. Selain itu, penjualan lainnya bisa digantikan oleh bisnis online.

Terkait kondisi ini, ia menyarankan agar penjual barang offline perlu beralih menyediakan layanan online. Dua layanan ini akan menjaga bisnisnya tetap bertahan.

"Kecuali kalau yang dijual barang spesial atau mewah, bisa jualan offline murni," imbuhnya.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/09/19/180000865/kenapa-barang-yang-dijual-di-toko-online-lebih-murah-dari-offline-

Terkini Lainnya

Kapan Waktu Terbaik Minum Vitamin?

Kapan Waktu Terbaik Minum Vitamin?

Tren
Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Tren
Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Tren
Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Tren
Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Tren
Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni 'Atlantis yang Hilang' di Lepas Pantai Australia

Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni "Atlantis yang Hilang" di Lepas Pantai Australia

Tren
4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

Tren
Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Tren
Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Tren
8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

Tren
2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

Tren
Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke