Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Profil David Jacobs, Atlet Paratenis Meja Indonesia yang Meninggal Dunia Hari Ini

Kabar kematian David Jacobs disampaikan pertama kali melalui akun Intagram @npcindonesia milik Komite Paralimpiade Nasional atau National Paralympic Committee (NPC) Indonesia.

"Duka kami yang begitu mendalam atas kepergian seorang David, olahragawan sekaligus Ketua NPCI DKI Jakarta. Semoga diberikan ketenangan di sisi Tuhan Yang Maha Esa," lanjut keterangan tersebut.

Berikut profil David Jacobs, atlet paratenis meja Indonesia.

Dilansir dari data PDDikti Kemendikbud, David lulus dari S1 Program Studi Manajemen
Institut Keuangan-Perbankan dan Informatika Asia Perbanas pada 2006.

Menurut data Federasi Para Tenis Meja Internasional (IPTTC), pria dengan tinggi 174 cm ini tergabung dalam klub Teo Chen dengan pelatih pribadi Rima Ferdianto. Ia berlaga dalam kelas 10 paratenis meja.

Sejak kecil, David sudah tertarik menekuni olahraga tenis meja. Pada tahun 2000, ia bahkan telah berlatih untuk mengikuti turnamen tenis meja internasional.

Usaha yang tidak sia-sia karena David dan Yon Mardiono berhasil meraih satu-satunya medali emas bagi Indonesia pada pertandingan tenis meja SEATTA di Singapura. Mereka mengalahkan Phucong Sanguansin and Phakphoom Sanguansin atlet asal Thailand.

Sebagai atlet tenis meja, ia terus berlaga di sejumlah pertandingan SEA Games, yaitu di Vietnam (2003), Filipina (2005), Thailand (2007), dan Kuala Lumpur (2009). David bahkan sempat menjadi pelatih tim Tenis Meja Indonesia pada 2008.

Federasi Tenis Meja Internasional (ITTF) mengklasifikasikan atlet tenis meja ke dalam 10 kelas. David masuk ke kelas 10 sebagai atlet yang mengalami gangguan atau kaku pada pergelangan kaki atau tangan yang digunakan saat bermain.

Sejak saat itu, David terus menorehkan prestasi dalam semua kategori, baik tunggal, ganda pria, atau ganda campuran. Pada ASEAN ParaGames 2011 di Surakarta, Jacobs memenangkan tujuh medali emas.

David pernah dua kali menyabet medali perunggu dalam kompetisi olahraga terbesar dunia, yaitu Paralimpiade London (2012) dan Tokyo (2020).

Ia terakhir kali bertanding di Kejuaraan Para Tenis Meja Dunia pada November 2022 di Granada, Spanyol.

Paralimpiade:

  • Paralimpiade London 2012 (medali perunggu)
  • Paralimpiade Tokyo 2020 (medali perunggu)

Asian Para Games:

  • Asian Para Games Incheon 2014 (perorangan kelas 10) (medali emas)
  • Asian Para Games Jakarta 2018 (perorangan kelas 10) (medali emas)
  • Asian Para Games Jakarta 2018 (ganda kelas 10) (medali emas)
  • Asian Para Games Incheon 2014 (ganda kelas 10) (medali perak)
  • Asian Para Games Guanzhou 2010 (perorangan kelas 10) (medali perunggu)

Kejuaraan Asia:

  • Kejuaraan Asia Amman 2015 (perorangan kelas 10) (medali emas)
  • Kejuaraan Asia Taichung 2019 (beregu kelas 10) (medali emas)
  • Kejuaraan Asia Beijing 2013 (perorangan kelas 10) (medali perak)
  • Kejuaraan Asia Beijing 2013 (beregu kelas 10) (medali perak)
  • Kejuaraan Asia Taichung 2019 (perorangan kelas 10) (medali perak)

David Jacobs berada dalam peringkat terbaik ke-2 di kelas 10 pada April 2023 dan ke-4 di tunggal pria.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/04/28/141500465/profil-david-jacobs-atlet-paratenis-meja-indonesia-yang-meninggal-dunia

Terkini Lainnya

Kapan Waktu Terbaik Minum Vitamin?

Kapan Waktu Terbaik Minum Vitamin?

Tren
Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Tren
Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Tren
Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Tren
Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Tren
Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni 'Atlantis yang Hilang' di Lepas Pantai Australia

Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni "Atlantis yang Hilang" di Lepas Pantai Australia

Tren
4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

Tren
Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Tren
Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Tren
8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

Tren
2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

Tren
Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke