Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengapa Tanggal 21 April Diperingati sebagai Hari Kartini?

KOMPAS.com - Masyarakat Indonesia memperingati Hari Kartini tiap 21 April.

Tahun 2023, Hari Kartini jatuh pada Jumat (21/4/2023).

Peringatan Hari Kartini tidak lepas dari sosok RA Kartini, perempuan asal Jepara yang dikenal sebagai pejuang emansipasi wanita.

Gagasannya tertuang dalam surat-surat yang ditinggalkannya.

Sekitar 106 surat dikumpulkan dan diterbitkan pertama kali pada 1911 yang kemudian diberi judul Habis Gelap Terbitlah Terang.

Lantas, mengapa 21 April diperingati sebagai Hari Kartini?

Alasan 21 April diperingati sebagai Hari Kartini

Dilansir dari Kompas.com (21/4/2021), peringatan Hari Kartini berawal dari penetapan Keputusan Presiden RI Nomor 108 Tahun 1964 pada 2 Mei 1964.

Kepres di masa Presiden Soekarno itu menetapkan Raden Ajeng (RA) Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional.

Bersamaan dengan itu, 21 April juga ditetapkan sebagai Hari Kartini yang diperingati tiap tahunnya. Hal itu sesuai dengan hari lahir Kartini.

Tujuannya, untuk menghormati jasa-jasa RA Kartini dalam memperjuangkan emansipasi perempuan di Indonesia.

Mengenal sosok RA Kartini

RA Kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah, pada 21 April 1879.

Namun, beberapa literatur menulis bahwa tanggal lahir RA Kartini adalah 21 Januari 1879.

Kartini merupakan putri sulung dari keluarga priyayi.

Ayahnya, Raden Mas Sosriningrat merupakan seorang Bupati Jepara.

Sementara ibunya, M.A Ngasirah adalah putri dari seorang guru agama di Teluwakur, Jepara.

Kakaknya, Sosrokartono merupakan orang cerdas yang ahli di bidang bahasa.

Adapun kakeknya, Pangeran Arion Tjondronegoro IV merupakan bupati muda yang cerdas.

Meskipun terlahir dari keluarga cerdas dan terpandang, Kartini hanya bersekolah hingga usia 12 tahun.

Tradisi Jawa pada masa itu mengharuskan perempuan untuk tetap tinggal di rumah sejak usia 12 tahun hingga menikah.

Gagasan RA Kartini

Meskipun hanya bersekolah hingga ELS (Europe Lagere School), Kartini tetap berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan.

Dia terus belajar, membaca, dan menulis.

Kartini mengabdikan diri untuk mengajar membatik di sekolah kerajinan yang dikelolanya bersama saudaranya, RA Kardinah dan RA Rukmini.

Pada 1896-1903, Kartini mulai menuliskan pemikirannya tentang emansipasi perempuan.

Tulisan itu diterbitkan oleh majalah perempuan di Belanda.

Dia juga rutin berkirim surat dengan sahabat penanya dari Belanda.

Dikutip dari Kompas.com (21/4/2020), surat-suratnya dikumpulkan dan diterbitkan dalam bentuk buku oleh pejabat Belanda.

Buku itu berjudul Door Duisternis tot Lict yang dicetak sebanyak empat kali.

Terjemahannya bahkan diterbitkan dalam Bahasa Perancis pada 1960.

Edisi Inggris pertama kali terbit pada 1920 di New York.

Pada 1922, buku itu diterbitkan dalam bahasa Melayu dalam seri Volkslectuur (Bacaan Rakyat) di Jakarta.

Edisi tersebut memuat pilihan tertentu dari surat-surat Kartini yang ada dalam edisi Belanda di bawah judul Habis Gelap Terbitlah Terang.

(Sumber: Kompas.com/ Vina Fadhrotul Mukaromah, Puthut Dwi Putranto Nugroho, Nur Fitriatus Shalihah | Editor: Inggried Dwi Wedhaswary, Dony Aprian, Sari Hardiyanto).

https://www.kompas.com/tren/read/2023/04/21/081500465/mengapa-tanggal-21-april-diperingati-sebagai-hari-kartini-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke