Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sering Disepelekan, Berikut Jenis Makanan yang Bisa Memicu Keracunan

KOMPAS.com - Keracunan makanan secara umum merupakan suatu penyakit yang didapat seseorang dari makanan atau minuman yang dikonsumsi.

Keracunan bisa disebabkan karena bakteri, kuman atau hal-hal berbahaya lainnya yang terkandung di dalam makanan atau minuman tersebut.

Gejala keracunan makanan biasanya dimulai dalam beberapa jam atau beberapa hari setelah mengonsumsi makanan.

Kebanyakan orang yang mengalami keracunan sembuh tanpa pengobatan. Namun, ada beberapa kasus di mana penderita keracunan makanan berdampak parah hingga komplikasi.

Gejala dan penyebab keracunan makanan

Melansir laman Mayoclinic, gejala keracunan makanan seringkali berupa sakit perut, diare dan muntah. Semuanya tergantung pada bakteri atau hal berbahaya yang terkandung dalam makanan.

Dalam beberapa kasus, keracunan makanan bisa mempengaruhi sistem saraf dan dapat menyebabkan penyakit parah. Gejalanya bisa termasuk penglihatan kabur, kesemutan atau mati rasa pada kulit, hingga merasa lemah.

Banyak kuman atau bakteri berbahaya, yang disebut kontaminan, pada makanan dapat menyebabkan keracunan pada orang yang mengonsumsinya.

Makanan dapat terkontaminasi oleh salah satu dari beberapa faktor berikut ini:

Dilansir dari laman Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, ada sejumlah makanan yang umum dikonsumsi sehari-hari, berpotensi menyebabkan keracunan makanan ketika salah diolah atau dikonsumsi.

Beberapa jenis makanan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Ayam, daging sapi, dan kalkun

Sebagian besar unggas mentah mengandung campylobacter. Sebagian juga mengandung salmonella, clostridium perfringens, dan bakteri lainnya.

Kemudian daging mentah mungkin mengandung salmonella, e. coli, yersinia, dan bakteri lainnya.

Beberapa cara untuk mengolahnya adalah sebagai berikut:

Mengonsumsi produk segar dapat memberikan manfaat kesehatan yang penting, tetapi terkadang buah dan sayuran mentah dapat menyebabkan keracunan makanan.

Buah dan sayuran segar dapat terkontaminasi kuman dan bakteri di mana saja, ketika proses distribusi dari pertanian hingga ke meja makan. Sehingga bisa terkena kuman berbahaya seperti salmonella, e. coli, dan listeria.

3. Susu mentah atau susu murni

Seseorang bisa sakit parah akibat mengonsumsi susu mentah yang tidak dipasteurisasi atau produk yang terbuat dari susu mentah. 

Itu karena susu mentah bisa membawa kuman berbahaya, termasuk campylobacter, cryptosporidium, e. coli, listeria, dan salmonella.

Pasteurisasi sendiri merupakan proses pemanasan makanan dengan tujuan membunuh organisme merugikan seperti bakteri dan proses untuk memperlambat pertumbuhan mikroba pada makanan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait konsumsi susu mentah adalah:

4. Telur

Telur bisa mengandung kuman bernama salmonella yang bisa membuat Anda sakit, walaupun telur tersebut terlihat bersih.

Gunakan telur dan produk telur yang dipasteurisasi saat menyiapkan resep yang membutuhkan bahan telur mentah atau setengah matang.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait konsumsi telur adalah:

Masak makanan laut hingga 63°C dan panaskan sisa makanan laut hingga 74°C. Hal tersebut untuk menghindari infeksi bawaan makanan.

Hindari mengonsumsi ikan mentah atau setengah matang, kerang, atau makanan yang mengandung makanan laut mentah atau setengah matang.

Beberapa hal yang perlu Anda ketahui tentang tiram dan keracunan makanan:

  • Tiram dan kerang penyaring lainnya bisa mengandung virus dan bakteri yang dapat menyebabkan penyakit.
  • Tiram yang dipanen dari perairan yang terkontaminasi dapat mengandung norovirus.
  • Untuk menghindari keracunan makanan, masak tiram dengan baik.

Tiram mentah atau setengah matang dapat mengandung bakteri vibrio, yang dapat menyebabkan infeksi yang disebut vibriosis.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/01/24/105500865/sering-disepelekan-berikut-jenis-makanan-yang-bisa-memicu-keracunan

Terkini Lainnya

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

Tren
Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Tren
Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Tren
Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Tren
Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Tren
10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

Tren
Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Tren
Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Tren
Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Tren
Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Tren
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke